Sejak lama, istilah “metafisika” dipergunakan
di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani meta ta physika yang berarti “hal-hal yang terdapat
sesudah fisika”. Aristoteles mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai
yang ada sebagai yang-ada sebagai yang-ada, yang dilawankan, misalnya, dengan
yang-ada sebagai yang digerakkan atau yang-ada sebagai yang dijumlahkan.
Dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun acapkali untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Namun secara singkat banyak yang menyebutkan sebagai metafisika sebagai studi tentang realitas dan tentang apa yang nyata. Terkadang metafisika ini sering disamakan dengan “ontologi” (hakikat ilmu). Namun demikian, Anton Baker (Anton Baker, Ontologi atau Metafisika Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 15.) membedakan antara Metafisika dan ontologi. Menurutnya istilah ‘metafisika’ tidak menunjukkan bidang ekstensif atau objek material tertentu dalam penelitian, tetapi. Inti itu hanya tersentuh pada pada taraf penelitian paling fundamental, dan dengan metode tersendiri. Maka nama ‘metafisika’ menunjukkan nivo pemikiran, dan merupakan refleksi filosofis mengenai kenyataan yang secara mutlak paling mendalam dan paling ultimate. Sedangkan ontologi yang menjadi objek material bagi filsafat pertama itu terdiri dari segala-gala yang ada.
Dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun acapkali untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Namun secara singkat banyak yang menyebutkan sebagai metafisika sebagai studi tentang realitas dan tentang apa yang nyata. Terkadang metafisika ini sering disamakan dengan “ontologi” (hakikat ilmu). Namun demikian, Anton Baker (Anton Baker, Ontologi atau Metafisika Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 15.) membedakan antara Metafisika dan ontologi. Menurutnya istilah ‘metafisika’ tidak menunjukkan bidang ekstensif atau objek material tertentu dalam penelitian, tetapi. Inti itu hanya tersentuh pada pada taraf penelitian paling fundamental, dan dengan metode tersendiri. Maka nama ‘metafisika’ menunjukkan nivo pemikiran, dan merupakan refleksi filosofis mengenai kenyataan yang secara mutlak paling mendalam dan paling ultimate. Sedangkan ontologi yang menjadi objek material bagi filsafat pertama itu terdiri dari segala-gala yang ada.
Metafisika sering juga
disebut sebagai ‘filsafat pertama’. Maksudnya ialah ilmu yang menyelidiki apa
hakikat dibalik alam nyata ini. Sering juga disebut sebagai ‘”filsafat tentang
hal yang ada.” Persoalannya ialah menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari
alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indra
saja. Aristoteles memandang metafisika sebagai filsafat pertama. Istilah
“pertama’ tidak berarti, bahwa bagian filsafat ini harus ditempatkan didepan,
tetapi menunjukkan kedudukan atau pentingnya. Filsafat pertama menyelidiki
pengandaian-pengandaian paling mendalam dan paling akhir dalam pengetahuan
manusiawi yang mendasari segala macam pengetahuan lainnya. Aristoteles
mengatakan bahwa menurut kodratnya setiap orang mempunyai keinginan mengetahui
sesuatu. Pengetahuan khusus yang ingin ia defenisikan dalam tulisannya tentang
metafisika adalah pengetahuan tentang sebab-sebab pertama, yaitu pengetahuan
yang mendasari dan mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan menuntun manusia
untuk mencapai sumber tertinggi dari gerakan dan kehidupan.
Secara umum metafisika
adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas
atau tentang segala sesuatu yang “ada” (being). Yang dimaksud dengan “ADA”
ialah ‘semua yang ada baik yang ada secara mutlak, ada tidak mutlak, maupun ada
dalam kemungkinan.” Ilmu ini bertanya apakah hakikat kenyataan itu
sebenar-benarnya? Jadi , metafisika ini mempersoalkan asal dan struktur alam
semesta. Untuk mengetahui asal dan struktur alam semesta, Alkitab mengawali
dengan menuliskan,”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1).
Kata “menciptakan” (bara) berati dari yang tidak ada menjadi ada (baru sama
sekali), yang dikenal dengan istilah creatio ex nihilo. Asal mula alam semesta
adalah karena diciptakan oleh Allah. Tanpa Allah. Tidak ada keberadaan (being).
Menurut Prof. Sutan
takdir Alisjahbana metafisika itu dibagi atas dua bagian besar, yaitu
metafisika kuantitas dan metafisika kualitas [Seperti yang dikutip oleh Endang
Saifuddin Anshari dalam bukunya: Ilmu, Filsafat dan Agama (Bina Ilmu, Surabaya,
1987, hlm.95-96)] . Skemanya adalah sebagai berikut:
Secara umum, metafisikadibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Metafisika umum (yang disebut
ontologi)
2. Metafisika khusus (yang disebut
kosmologi)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Sumber:
Filsafat Ilmu oleh Wisma Pandia, S.Th., Th.M. Diktat Kuliah
Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar