Fanfic anime Naruto |
Karya : Robbiathul Adawiyah
Kelas : XI A 8
Tokoh : diambil dari anime Naruto SHIPPUDEN milik MASASHI KISHIMOTO
SEBUAH IMPIAN
KECIL SEORANG GADIS
Terdengar suara anjing menggonggong menandakan bahwa ia sedang kelaparan, anjing itu menggonggong sambil mengacak-ngacak sampah ia terus menggonggong. Saat itu, sunyi tak ada suara apapun dan membuat gonggongan anjing itu makin besar, menggema di setiap tempat. Hal itu menyebabkan suara lain muncul “ptuk..”,
anjing itu pergi meninggalkan tempat itu sambil meringis kesakitan, ya tempat yang tidak dapat dikatakan bersih sekalipun, itu sangat menjijikkan bagi orang lain, tapi tidak bagi orang ini karena memang disinilah ia tinggal. “pengganggu” umbarnya, “ada apa Pein?” suara seorang lagi yang menyebutkan nama dari pemuda yang melempar sebuah batu kearah anjing liar tadi. “Tidak apa Sasori, hanya seekor pengganggu.”ujar Pein kearah pemuda yang bertanya kepadanya. “Ya sudah, ayo kita lanjutkan rencana kita. Sampai dimana tadi, ” jawab Sasori yang langsung dijawab oleh teman-temannya dengan kata-kata mengejek “dasar pelupa” ”merepotkan saja” ”bodoh!” dan lain sebagainya. “diam, sekarang kita lanjutkan” respon Pein yang agak marah dan langsung menuju teman-teman genk brandalan tersebut.
Terdengar suara anjing menggonggong menandakan bahwa ia sedang kelaparan, anjing itu menggonggong sambil mengacak-ngacak sampah ia terus menggonggong. Saat itu, sunyi tak ada suara apapun dan membuat gonggongan anjing itu makin besar, menggema di setiap tempat. Hal itu menyebabkan suara lain muncul “ptuk..”,
anjing itu pergi meninggalkan tempat itu sambil meringis kesakitan, ya tempat yang tidak dapat dikatakan bersih sekalipun, itu sangat menjijikkan bagi orang lain, tapi tidak bagi orang ini karena memang disinilah ia tinggal. “pengganggu” umbarnya, “ada apa Pein?” suara seorang lagi yang menyebutkan nama dari pemuda yang melempar sebuah batu kearah anjing liar tadi. “Tidak apa Sasori, hanya seekor pengganggu.”ujar Pein kearah pemuda yang bertanya kepadanya. “Ya sudah, ayo kita lanjutkan rencana kita. Sampai dimana tadi, ” jawab Sasori yang langsung dijawab oleh teman-temannya dengan kata-kata mengejek “dasar pelupa” ”merepotkan saja” ”bodoh!” dan lain sebagainya. “diam, sekarang kita lanjutkan” respon Pein yang agak marah dan langsung menuju teman-teman genk brandalan tersebut.
Akatsuki ya
itulah nama geng mereka, terdiri dari enam orang yang berwajah aneh dan
mengerikan. Geng yang bertempat di gang sempit tengah kota, terbentuk karena
persamaan prinsip dari para anggota yang mereka bilang “hidup itu kejam” itulah
motto mereka. Geng mereka menjadi geng yang paling ditakuti, dan paling dicari
oleh pihak keamanan kota. Pein bos brandalan Akatsuki berpenampilan bertindik
di sekitar hidung, bawah bibir dan di kedua telinganya. Berwajah sangar, kejam,
tanpa belas kasih, dendamlah yang membuatnya terus bertarung untuk
mempertahankan diri sendiri. Sasori berpenampilan seperti anak kecil polos,
jangan pernah lihat orang dari penampilannya, Sasori brandalan yang sangat
licik, ia tak suka menunggu maupun ditunggu. Itachi brandalan sadis, ia telah
membunuh orangtuanya sendiri dan seluruh keturunan clannya, Itachi meninggalkan
adiknya yang terluka dan membuat dirinya sendiri menjadi orang yang paling
dibenci adiknya, memiliki wajah tanpa ekspresi, dingin, dan susah ditebak.
Deidara berparas wajah cantik, itu tidak bisa di sesuaikan dengan sikapnya yang
sangat buruk, bertindak sesuai kemauannya, sering beradu mulut dengan anggota
lain hanya karena sesuatu yang kecil dan sangat keras kepala. Hidan penganut
ilmu sesat, dia meiliki buku “cara membunuh menurut Dewa Jashin”, bermulut
kasar, sering mebunuh orang tanpa alasan yang jelas dan setelah membunuh orang
dia sering berucap “ hanya diriku dan Dewa Jashin yang tau. ”. Kakuzu brandalan
paling keji, berparas misterius karena seluruh tubuhnya tertutup bahkan mukanya
tertutup dengan kain semacam cadar, suka memeras orang yang ia hadang,
dihidupnya hanya uang yang paling penting.
“Kita mulai”
Pein memberi perintah, “baik” seru anggota yang lain. Dimulai aksi untuk menghabisi
geng brandalan kota sebelah itulah rencana yang tadi mereka diskusikan,
pertempuran dimulai. Diawali dari deidara yang memberikan informasi tentang
keberadaan geng tersebut letak posisi anggita mereka dan juga kemampuan mereka.
“hajar” seru pein ke semua anggotanya. Terjadilah baku hantam antara kedua geng
tersebut “buuk” ”syat” ”krtak” “pukul dia cepat!” “sabit dia Hidan!” “gunakan
matamu Itachi” “arahkan boneka tersebut kearahku. Akan ku alihkan perhatian
mereka” berbagai suara yang dikeluarkan dan dihasilkan saat sesuatu mengenai
mereka, senjata, alih-alih seperti kayu, pemukul baseball, gerigi motor, dan
sebagainya. Tak terasa lama pertarungan tersebut berlangsung. Terjadi tumpahan
darah dimana-mana, semua terluka cukup parah, kali ini akatsuki memenangkannya,
geng brandalan kota sebelah yang kalah itu langsung lari ketakutan. “akhirnya,,
rencana awal kita berhasil” ucap Itachi. “ya, kita lanjutkan ke rencana
selanjutnya” jawab Pein dilanjutkan dengan anggukan kepala oleh temannya dan
wajah yang menyeringai terlukis diwajah pein dengan jelas, sangat jelas.
Selesai
beradu kekuatan akatsuki kembali ketempat persembunyian mereka kecuali Pein,
yang entah mengapa pergi berlawanan arah dengan temannya, Pein meninggalkan
temannya dengan alasan “aku butuh waktu untuk sendiri” jawabnya parau. Anggota
Akatsuki kecuali Pein memaklumi sifat Pein maka Akatsuki kecuali Pein sudah
terbiasa dengan sikapnya. Semua kembali ke aktivias mereka masing-masing.
Beralih ke Pein, Pein pergi, entah kemana tujuannya, ia terus berjalan, tanpa
tahu arah, terus makin jauh dari tempat awal ia berpijak. Pein berhenti,
tersentak kaget saat mendengar suara melodi piano yang dimainkan seseorang.
Sangat menenangkan tubs-tubs piano trsebut berbunyi, tanpa berfikir Pein
mendekati sumber suara, hingga terlihat sebuah rumah sangat sederhana. Dia
kaget saat terlihat seorang gadis bermain piano tersebut, gadis bersurai rambut
putih berkilau seperti perak, bergaun putuh sederhana, dan tanpa disadari Pein
ada 2 buah sayap kasat mata yang tergantung dibelakang punggung gadis tersebut.
Perasaan takjub yang sekarang ada di pikiran Pein. Pein bersender ditembok
rumah itu, supaya gadis itu tidak melihatnya. Hingga bulan pernama muncul penuh
diatas kepala, suara itu terhenti. “kenapa berhenti” ucap Pein tiba-tiba yang
membuat gadis itu terlonjak kaget, sangat walaupun gadis itu hanya terlihat
wajah yang sangat datar. Bagaimana tidak. Saat itu, gadis tersebut dihadapkan
dengan wajah yang sangat menyeramkan ditambah sinar bulan yang membayang di
wajah Pein. ”sudah jangan takut aku tidak akan membunuhmu, aku hanya ingin
mendengar suara piano yang kau mainkan” ucap pein.
“Baru aku
lihat ada rumah disini, dan ada gadis yang memainkan piano” Pein berucap,
“alunan melodi yang kau mainkan sangat indah” lanjutnya. Gadis itu diam,
“lanjutkan” seru Pein terdengar seperti memerintah dibandingkan meminta tolong.
Dan dilanjutkan permainan piano gadis itu. “menyenangkan” Pein berucap lirih
sangat pelan wajahnya terlihat tenang dan terlukis senyum tipis, jikalau ada
teman-teman Akatsuki tersebut semua akan kaget dengan kejadian ini dan apa yang
diucapkan Pein tadi, tak percaya. Gadis itu tetap diam sambil memainkan
pianonya, melodinya lembut, indah, menenangkan hati semua itu membuat Pein
tanpa sadar tidur sambil berdiri menyenderkan tubuhnya ke tembok. “kau, aku
tahu kau tidak kejam, jahat, tanpa belas kasih dan segala tampilan yang buruk
mengenai dirimu. Itu hanya pelarianmu sebagai atas penyesalanmu yang pernah kau
lakukan dulu” gadis itu berkata. Tanpa sadar Pein terbangun saat gadis tersebut
berucap kepadanya. Pein hanya mendongak kaget. ‘Bagaimana ia tahu, jangan
menjadi gadis sok pintar’ itu yang ada di pikiran Pein, dengan wajah marah,
tapi tetap ditahan. “aku butuh sesuatu untuk melampiaskan itu semua” jawab Pein
sinis. Gadis itu menghela napas “ceritakan!” tawa rgadis itu. Entah mengapa
Pein dengan mudahnya menuruti permintaan gadis tersebut. Mulailah cerita masa
lalu Pein “Saat itu, memang aku yang bodoh. Membuat seorang yang sangat aku
cintai terbunuh karena ulahku sendiri. Aku tidak pernah berfikir untuk
membunuhnya, tapi saat itu berbeda, aku melihatnya. Sedang berdua dengan orang
lain, saat itu aku dikelilingi nafsu setan, tanpa fikir beribu kali aku
langsung mengambil pisau yang selalu aku simpan didalam saku celanaku, aku
mengarahkan pisau itu untuk membunuh pria itu “jrasshh”, tapi malangnya gadis
yang kucintai itu menjaganya, aku tidak dapat mengelak dan dia terbunuh
ditanganku” jelas Pein panjang lebar. “Kenapa kau tidak bertanya kepadanya”
jawab gadis yang tadi memainkan pianonya. “sulit, memang sulit menerima
kenyataan. Dan aku memang bodoh, bahkan sangat bodoh” jawab Pein lirih.
“Jika itu
membuatmu merasa bodoh. Maka ambillah kesimpulan bahwa TUHAN MEMBERIKAN SEMUA
UJIAN ITU ADA HIKMAH DIBALIKNYA” gadis itu pergi meninggalkan Pein yang masih
kebingungan dengan pernyataan gadis itu.
Cahaya perlahan mulai memasuki melalui jendela dan lubang-lubang
yang sangat kecil, tapi cukup untuk membangunkan Pein dari tidurnya. “mimpi??”
Pein bertanya pada dirinya sendiri, lalu ia bangun dari kasurnya dan berjalan keluar
dari kamarnya. Diruang tamu Pein disambut oleh teman gengnya. “baru bangun bos,
apa itu karena tadi malam kau terlalu larut saat merayakan kemenangan kita,
heh??” ocehan dari deidara. ”mungkin saja, dia memang sedang gila tidur.
Soalnya tadi malam saja, kita temukan dia sedang berada di gang sedang tertidur
pulas dengan selimut diatasnya” ujar hidan yang sedang melahap sarapannya.
“sudah, jangan dibahas, apakah kalian tidak menyadari hawa hitam berada
dibelakang tubuhnya. Lebih baik kita membahas yang lebih penting yaitu,
kelanjutan dari rencana kita,dan jangan membuang waktu artinya sama dengan
membuang uang. Aku tidak suka menghamburkan uang.” jawab kakuzu yang sedang
membanggakan mottonya ‘membuang waktu berarti membuang uang’. “hn,,” itulah
jawab Pein, memori kejadian terus berputar-putar di kepalanya, kejadian tadi
malam seperti mimpi ataukah nyata itu masih berputar-putar dikepalanya, ia
merasa pusing.
“Ayo cepat”
Itachi dan Sasori berucap saat memasuki rumah besar dan mewah. Sekarang mereka
berada di tempat orang brengsek yang menipu semua warga kota, dengan
memberlakukan pajak sebagai pembangun kota padahal semua itu hanya untuk
perutnya sendiri. Lalu Akatsuki masuk dengan diam. Pein sudah siap dengan membawa
peralatan yang akan ia gunakan. “cepat kearah sini, disanalah brangkas uangnya”
ujar hidan sebagai tangan kanan pein. Semua bersigap kesana tapi Pein
menghentikan semua kegiatan teman-temanya “berhenti!” perintahnya. Dan jawaban
dari mereka semua adalah bingung “ada apa?” tanya Kakuzu yang sudah terlihat
tidak sabaran. “rencana berubah” tegas Pein. “kenapa mendadak begini?” Tanya Sasori
disertai anggukan yang lain. “ku bilang berubah! Ya berubah, jangan ada yang
melawan perintahku.” Ucap pein sangat marah atas penolakan teman-temannya.
Hening. Semua diam tidak ada suara, hingga sebuah suara memecahkan suasana
hening tersebut. “lalu apa yang akan kita lakukan?” Tanya Itachi pada Pein dan
berhasil mencairkan suasana yang tegang tersebut. Sepertinya Pein berpikir
sejenak sebelum mengeluarkan suaranya “itu sudah jelaskan!” jelas Pein dengan
penekanan. “apa maksudmu? Kalau bicara yang jelas.” Marah Hidan, dia sudah
kehilangan kesabarannya sejak tadi. “sudah” Kakuzu dan Deidara menahan Hidan
yang sudah bersiap menghajar Pein. “memangnya apa yang akan kita lakukan
setelah rencana ini berubah.” Ujar sasori kepada Pein.
“semua berubah, yang akan membunuh
pria brengsek itu aku, kalian ambil semua uangnya lalu pergi dari sini.” Papar
Pein dengan tegas dan gagah, “dan jangan mengelak” lanjutnya. “itu sama saja
akan membunuhmu bodoh!” ujar deidara dengan nada marah. “ tak apa” hanya itu
jawaban Pein, ’ada apa dengannya, tidak seperti biasanya’ batin Deidara “ayo
mulai rencana barunya.” perintah Pein. Semua bergerak sesuai perintah Pein. Sasori,
Deidara dan Itachi mulai membuka brangkas kepunyaan pemilik rumah yaitu pria
yang sering-sering disebut PRIA BRENGSEK oleh Pein . Pein mendatangi kamar pria
brengsek itu, pria tersebut sedang tertidur pulas diatas ranjang yang cukup
mewah. Dengan mengendap-endap Pein memasuki kamar tersebut. Dengan gerak cepat
ia membekap pria tersebut dan membawa paksa keluar menggunakan mobil yang
terdapat di garasi rumah pria itu, sang pemilik rumah hanya bisa kaget, entah
apa yang ada dipikirannya, hanya satu ‘kenapa dan mengapa ini?? Batin pria yang
tadi di seret oleh Pein’. Digarasi, mereka memasuki salah satu mobil dan Pein
menyetir mobil, mengendarainya menuju daerah sepi, belok kanan, belok kiri,
jalur yang mereka lewati.
Mobil berhenti karena Pein telah
sampai ke tempat tujuannya, jurang tanpa dasar yang berada di pinggiran kota.
Pein mengeluarkan pria brengsek itu lalu menyeretnya ke ujung jurang tanpa
dasar. “mari kita mati bersama tuan Danzo” ucap pein lembut, tapi dengan wajah
menyeringai dengan tawa nista. “apa yang kau lakukan” Tanya Danzo,
“AAAAAAAAAAAA” Danzo berteriak, Pein hanya menarik napas pasrah. Semua gelap,
“apa aku sudah mati?” Tanya Pein entah pada siapa. “jangan berbuat bodoh, kau
membuang nyawamu yang berharga begitu saja” jawab seseorang di depan Pein. “kau
lagi! Kenapa kau muncul lagi”jawab Pein kepada gadis yang ada di hadapannya,
dia gadis yang pernah ia temui saat bermain piano di bawah sinar bulan. “aku
akan memberimu kesempatan lagi, jangan buang-buang kesempatan itu lagi. Oh iya,
aku sudah berbicara pada kekasih mu itu, memang saat itu ia sedang kacau akibat
perceraian orang tuanya, dia memang berdua dengan pria itu, tapi pria itu
adalah kakanya sendiri, dan dia menitip kata maaf untuk mu dan dia juga bilang
sangat mencintaimu. Cukup segitu saja- ” perkataan gadis itu terpotong sejenak karena Pein berucap sesuatu
“tapi- tapi-” jawab Pein. “kau akan hidup kembali tapi… buatlah perubahan pada
dirimu sendiri” jelas gadis itu lalu menghilang. Pein bigung, sangat bingung
tetapi karena ini semua ada hubungan dengan kekasihnya jadi ia merasa senang. Tersenyum
lebar kali ini benar-benar tulus hatinya lega.
Suara burung
berkicau membangunkan sosok tegar yang tertidur lelap dan bersiap untuk berangkat
sekolah ke universitas barunya, bersama teman-teman mantan Akatsuki. Semua berubah
saat Pein bangun, dia mengaku salah kepada pihak kepolisian dan menjelaskan apa
yang dilakukannya dan rencana apa saja yang akan dilakukan oleh orang tua
brengsek tersebut atau bisa disebut Tuan Danzo. Semua mendengarkan, ia dan
teman-temannya telah diadili seadil-adilnya, entah mengapa ia tidak dihukum
sedikitpun. Mereka dibebaskan, sebebas-bebasnya dan justru mereka disebut-sebut
sebagai Pahlawan Pemberani itu dikarenakan mereka telah menghancurkan orang
yang sangat merugikan Negara.
Diawali pagi dengan senyuman, selalu dengan
senyuman. “Terimakasih atas semuanya Tuhan” Pein berseru senang. “ayo cepat
kalau tidak kita bisa terlambat!” suara Deidara yang cerewet seperti biasa, dia
yang mengurusi anak-anak Akatsuki tersebut. “yoshh, aku akan bersiap ibu” ejek
Pein dengan tangan yang diangkat keatas kepala, terlihat seperti orang yang
sedang memberi hormat. Muncul hawa panas dusana, benar Deidara marah Deidara
berusaha menjitak Pein untuk melampiaskan kekesalannya tapi Pein dengan mudah
bisa menghindar “sudah kubilang jangan anggap aku ibumu, bodoh!” celoteh
Deidara kepada Pein yang masih senyum-senyum mengejek. Yang lainnya hanya
tertawa di meja makan seperti Itachi, Sasori, Hidan dan Kakuzu, mereka berempat
melakukan hal-hal yang biasa dilakukan semua orang saat makan pagi. Setiap hari
selalu seperti itu.
“Semua berakhir dengan bahagia ya. Seperti dongeng saja”
suara seorang gadis yang merasa sangat bahagia.
“Tidak ini nyata. Tentu itu terjadi karena, aku melakukannya
sesuai permintaanmu” jawab lawan bicara tersebut dengan menyeringai puas.
“Terimakasih sudah membuat impianku terwujud. akhirnya, Pein
hidup bahagia” senyum bahagia itu selalu terukir diwajah gadis itu sekarang.
~selesai~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar