Selasa, 20 Agustus 2013

Fanfic Naruto


SEBUAH IMPIAN KECIL SEORANG GADIS
Fanfic anime Naruto
Karya : Robbiathul Adawiyah

Kelas : XI A 8

Tokoh : diambil dari anime Naruto SHIPPUDEN  milik MASASHI KISHIMOTO
SEBUAH IMPIAN KECIL SEORANG GADIS        

            Terdengar suara anjing menggonggong menandakan bahwa ia sedang kelaparan, anjing itu menggonggong sambil mengacak-ngacak sampah ia terus menggonggong. Saat itu, sunyi tak ada suara apapun dan membuat gonggongan anjing itu makin besar, menggema di setiap tempat. Hal itu menyebabkan suara lain muncul “ptuk..”,

anjing itu pergi meninggalkan tempat itu sambil meringis kesakitan, ya tempat yang tidak dapat dikatakan bersih sekalipun, itu sangat menjijikkan bagi orang lain, tapi tidak bagi orang ini karena memang disinilah ia tinggal. “pengganggu” umbarnya, “ada apa Pein?” suara seorang lagi yang menyebutkan nama dari pemuda yang melempar sebuah batu kearah anjing liar tadi. “Tidak apa Sasori, hanya seekor pengganggu.”ujar Pein kearah pemuda yang bertanya kepadanya. “Ya sudah, ayo kita lanjutkan rencana kita. Sampai dimana tadi, ” jawab Sasori yang langsung dijawab oleh teman-temannya dengan kata-kata mengejek “dasar pelupa” ”merepotkan saja” ”bodoh!” dan lain sebagainya. “diam, sekarang kita lanjutkan” respon Pein yang agak marah dan langsung menuju teman-teman genk brandalan tersebut.
            Akatsuki ya itulah nama geng mereka, terdiri dari enam orang yang berwajah aneh dan mengerikan. Geng yang bertempat di gang sempit tengah kota, terbentuk karena persamaan prinsip dari para anggota yang mereka bilang “hidup itu kejam” itulah motto mereka. Geng mereka menjadi geng yang paling ditakuti, dan paling dicari oleh pihak keamanan kota. Pein bos brandalan Akatsuki berpenampilan bertindik di sekitar hidung, bawah bibir dan di kedua telinganya. Berwajah sangar, kejam, tanpa belas kasih, dendamlah yang membuatnya terus bertarung untuk mempertahankan diri sendiri. Sasori berpenampilan seperti anak kecil polos, jangan pernah lihat orang dari penampilannya, Sasori brandalan yang sangat licik, ia tak suka menunggu maupun ditunggu. Itachi brandalan sadis, ia telah membunuh orangtuanya sendiri dan seluruh keturunan clannya, Itachi meninggalkan adiknya yang terluka dan membuat dirinya sendiri menjadi orang yang paling dibenci adiknya, memiliki wajah tanpa ekspresi, dingin, dan susah ditebak. Deidara berparas wajah cantik, itu tidak bisa di sesuaikan dengan sikapnya yang sangat buruk, bertindak sesuai kemauannya, sering beradu mulut dengan anggota lain hanya karena sesuatu yang kecil dan sangat keras kepala. Hidan penganut ilmu sesat, dia meiliki buku “cara membunuh menurut Dewa Jashin”, bermulut kasar, sering mebunuh orang tanpa alasan yang jelas dan setelah membunuh orang dia sering berucap “ hanya diriku dan Dewa Jashin yang tau. ”. Kakuzu brandalan paling keji, berparas misterius karena seluruh tubuhnya tertutup bahkan mukanya tertutup dengan kain semacam cadar, suka memeras orang yang ia hadang, dihidupnya hanya uang yang paling penting.
            “Kita mulai” Pein memberi perintah, “baik” seru anggota yang lain. Dimulai aksi untuk menghabisi geng brandalan kota sebelah itulah rencana yang tadi mereka diskusikan, pertempuran dimulai. Diawali dari deidara yang memberikan informasi tentang keberadaan geng tersebut letak posisi anggita mereka dan juga kemampuan mereka. “hajar” seru pein ke semua anggotanya. Terjadilah baku hantam antara kedua geng tersebut “buuk” ”syat” ”krtak” “pukul dia cepat!” “sabit dia Hidan!” “gunakan matamu Itachi” “arahkan boneka tersebut kearahku. Akan ku alihkan perhatian mereka” berbagai suara yang dikeluarkan dan dihasilkan saat sesuatu mengenai mereka, senjata, alih-alih seperti kayu, pemukul baseball, gerigi motor, dan sebagainya. Tak terasa lama pertarungan tersebut berlangsung. Terjadi tumpahan darah dimana-mana, semua terluka cukup parah, kali ini akatsuki memenangkannya, geng brandalan kota sebelah yang kalah itu langsung lari ketakutan. “akhirnya,, rencana awal kita berhasil” ucap Itachi. “ya, kita lanjutkan ke rencana selanjutnya” jawab Pein dilanjutkan dengan anggukan kepala oleh temannya dan wajah yang menyeringai terlukis diwajah pein dengan jelas, sangat jelas.
            Selesai beradu kekuatan akatsuki kembali ketempat persembunyian mereka kecuali Pein, yang entah mengapa pergi berlawanan arah dengan temannya, Pein meninggalkan temannya dengan alasan “aku butuh waktu untuk sendiri” jawabnya parau. Anggota Akatsuki kecuali Pein memaklumi sifat Pein maka Akatsuki kecuali Pein sudah terbiasa dengan sikapnya. Semua kembali ke aktivias mereka masing-masing. Beralih ke Pein, Pein pergi, entah kemana tujuannya, ia terus berjalan, tanpa tahu arah, terus makin jauh dari tempat awal ia berpijak. Pein berhenti, tersentak kaget saat mendengar suara melodi piano yang dimainkan seseorang. Sangat menenangkan tubs-tubs piano trsebut berbunyi, tanpa berfikir Pein mendekati sumber suara, hingga terlihat sebuah rumah sangat sederhana. Dia kaget saat terlihat seorang gadis bermain piano tersebut, gadis bersurai rambut putih berkilau seperti perak, bergaun putuh sederhana, dan tanpa disadari Pein ada 2 buah sayap kasat mata yang tergantung dibelakang punggung gadis tersebut. Perasaan takjub yang sekarang ada di pikiran Pein. Pein bersender ditembok rumah itu, supaya gadis itu tidak melihatnya. Hingga bulan pernama muncul penuh diatas kepala, suara itu terhenti. “kenapa berhenti” ucap Pein tiba-tiba yang membuat gadis itu terlonjak kaget, sangat walaupun gadis itu hanya terlihat wajah yang sangat datar. Bagaimana tidak. Saat itu, gadis tersebut dihadapkan dengan wajah yang sangat menyeramkan ditambah sinar bulan yang membayang di wajah Pein. ”sudah jangan takut aku tidak akan membunuhmu, aku hanya ingin mendengar suara piano yang kau mainkan” ucap pein.
            “Baru aku lihat ada rumah disini, dan ada gadis yang memainkan piano” Pein berucap, “alunan melodi yang kau mainkan sangat indah” lanjutnya. Gadis itu diam, “lanjutkan” seru Pein terdengar seperti memerintah dibandingkan meminta tolong. Dan dilanjutkan permainan piano gadis itu. “menyenangkan” Pein berucap lirih sangat pelan wajahnya terlihat tenang dan terlukis senyum tipis, jikalau ada teman-teman Akatsuki tersebut semua akan kaget dengan kejadian ini dan apa yang diucapkan Pein tadi, tak percaya. Gadis itu tetap diam sambil memainkan pianonya, melodinya lembut, indah, menenangkan hati semua itu membuat Pein tanpa sadar tidur sambil berdiri menyenderkan tubuhnya ke tembok. “kau, aku tahu kau tidak kejam, jahat, tanpa belas kasih dan segala tampilan yang buruk mengenai dirimu. Itu hanya pelarianmu sebagai atas penyesalanmu yang pernah kau lakukan dulu” gadis itu berkata. Tanpa sadar Pein terbangun saat gadis tersebut berucap kepadanya. Pein hanya mendongak kaget. ‘Bagaimana ia tahu, jangan menjadi gadis sok pintar’ itu yang ada di pikiran Pein, dengan wajah marah, tapi tetap ditahan. “aku butuh sesuatu untuk melampiaskan itu semua” jawab Pein sinis. Gadis itu menghela napas “ceritakan!” tawa rgadis itu. Entah mengapa Pein dengan mudahnya menuruti permintaan gadis tersebut. Mulailah cerita masa lalu Pein “Saat itu, memang aku yang bodoh. Membuat seorang yang sangat aku cintai terbunuh karena ulahku sendiri. Aku tidak pernah berfikir untuk membunuhnya, tapi saat itu berbeda, aku melihatnya. Sedang berdua dengan orang lain, saat itu aku dikelilingi nafsu setan, tanpa fikir beribu kali aku langsung mengambil pisau yang selalu aku simpan didalam saku celanaku, aku mengarahkan pisau itu untuk membunuh pria itu “jrasshh”, tapi malangnya gadis yang kucintai itu menjaganya, aku tidak dapat mengelak dan dia terbunuh ditanganku” jelas Pein panjang lebar. “Kenapa kau tidak bertanya kepadanya” jawab gadis yang tadi memainkan pianonya. “sulit, memang sulit menerima kenyataan. Dan aku memang bodoh, bahkan sangat bodoh” jawab Pein lirih.
            “Jika itu membuatmu merasa bodoh. Maka ambillah kesimpulan bahwa TUHAN MEMBERIKAN SEMUA UJIAN ITU ADA HIKMAH DIBALIKNYA” gadis itu pergi meninggalkan Pein yang masih kebingungan dengan pernyataan gadis itu.
 Cahaya perlahan mulai  memasuki melalui jendela dan lubang-lubang yang sangat kecil, tapi cukup untuk membangunkan Pein dari tidurnya. “mimpi??” Pein bertanya pada dirinya sendiri, lalu ia bangun dari kasurnya dan berjalan keluar dari kamarnya. Diruang tamu Pein disambut oleh teman gengnya. “baru bangun bos, apa itu karena tadi malam kau terlalu larut saat merayakan kemenangan kita, heh??” ocehan dari deidara. ”mungkin saja, dia memang sedang gila tidur. Soalnya tadi malam saja, kita temukan dia sedang berada di gang sedang tertidur pulas dengan selimut diatasnya” ujar hidan yang sedang melahap sarapannya. “sudah, jangan dibahas, apakah kalian tidak menyadari hawa hitam berada dibelakang tubuhnya. Lebih baik kita membahas yang lebih penting yaitu, kelanjutan dari rencana kita,dan jangan membuang waktu artinya sama dengan membuang uang. Aku tidak suka menghamburkan uang.” jawab kakuzu yang sedang membanggakan mottonya ‘membuang waktu berarti membuang uang’. “hn,,” itulah jawab Pein, memori kejadian terus berputar-putar di kepalanya, kejadian tadi malam seperti mimpi ataukah nyata itu masih berputar-putar dikepalanya, ia merasa pusing.
            “Ayo cepat” Itachi dan Sasori berucap saat memasuki rumah besar dan mewah. Sekarang mereka berada di tempat orang brengsek yang menipu semua warga kota, dengan memberlakukan pajak sebagai pembangun kota padahal semua itu hanya untuk perutnya sendiri. Lalu Akatsuki masuk dengan diam. Pein sudah siap dengan membawa peralatan yang akan ia gunakan. “cepat kearah sini, disanalah brangkas uangnya” ujar hidan sebagai tangan kanan pein. Semua bersigap kesana tapi Pein menghentikan semua kegiatan teman-temanya “berhenti!” perintahnya. Dan jawaban dari mereka semua adalah bingung “ada apa?” tanya Kakuzu yang sudah terlihat tidak sabaran. “rencana berubah” tegas Pein. “kenapa mendadak begini?” Tanya Sasori disertai anggukan yang lain. “ku bilang berubah! Ya berubah, jangan ada yang melawan perintahku.” Ucap pein sangat marah atas penolakan teman-temannya. Hening. Semua diam tidak ada suara, hingga sebuah suara memecahkan suasana hening tersebut. “lalu apa yang akan kita lakukan?” Tanya Itachi pada Pein dan berhasil mencairkan suasana yang tegang tersebut. Sepertinya Pein berpikir sejenak sebelum mengeluarkan suaranya “itu sudah jelaskan!” jelas Pein dengan penekanan. “apa maksudmu? Kalau bicara yang jelas.” Marah Hidan, dia sudah kehilangan kesabarannya sejak tadi. “sudah” Kakuzu dan Deidara menahan Hidan yang sudah bersiap menghajar Pein. “memangnya apa yang akan kita lakukan setelah rencana ini berubah.” Ujar sasori kepada Pein.
“semua berubah, yang akan membunuh pria brengsek itu aku, kalian ambil semua uangnya lalu pergi dari sini.” Papar Pein dengan tegas dan gagah, “dan jangan mengelak” lanjutnya. “itu sama saja akan membunuhmu bodoh!” ujar deidara dengan nada marah. “ tak apa” hanya itu jawaban Pein, ’ada apa dengannya, tidak seperti biasanya’ batin Deidara “ayo mulai rencana barunya.” perintah Pein. Semua bergerak sesuai perintah Pein. Sasori, Deidara dan Itachi mulai membuka brangkas kepunyaan pemilik rumah yaitu pria yang sering-sering disebut PRIA BRENGSEK oleh Pein . Pein mendatangi kamar pria brengsek itu, pria tersebut sedang tertidur pulas diatas ranjang yang cukup mewah. Dengan mengendap-endap Pein memasuki kamar tersebut. Dengan gerak cepat ia membekap pria tersebut dan membawa paksa keluar menggunakan mobil yang terdapat di garasi rumah pria itu, sang pemilik rumah hanya bisa kaget, entah apa yang ada dipikirannya, hanya satu ‘kenapa dan mengapa ini?? Batin pria yang tadi di seret oleh Pein’. Digarasi, mereka memasuki salah satu mobil dan Pein menyetir mobil, mengendarainya menuju daerah sepi, belok kanan, belok kiri, jalur yang mereka lewati.
Mobil berhenti karena Pein telah sampai ke tempat tujuannya, jurang tanpa dasar yang berada di pinggiran kota. Pein mengeluarkan pria brengsek itu lalu menyeretnya ke ujung jurang tanpa dasar. “mari kita mati bersama tuan Danzo” ucap pein lembut, tapi dengan wajah menyeringai dengan tawa nista. “apa yang kau lakukan” Tanya Danzo, “AAAAAAAAAAAA” Danzo berteriak, Pein hanya menarik napas pasrah. Semua gelap, “apa aku sudah mati?” Tanya Pein entah pada siapa. “jangan berbuat bodoh, kau membuang nyawamu yang berharga begitu saja” jawab seseorang di depan Pein. “kau lagi! Kenapa kau muncul lagi”jawab Pein kepada gadis yang ada di hadapannya, dia gadis yang pernah ia temui saat bermain piano di bawah sinar bulan. “aku akan memberimu kesempatan lagi, jangan buang-buang kesempatan itu lagi. Oh iya, aku sudah berbicara pada kekasih mu itu, memang saat itu ia sedang kacau akibat perceraian orang tuanya, dia memang berdua dengan pria itu, tapi pria itu adalah kakanya sendiri, dan dia menitip kata maaf untuk mu dan dia juga bilang sangat mencintaimu. Cukup segitu saja- ” perkataan gadis itu  terpotong sejenak karena Pein berucap sesuatu “tapi- tapi-” jawab Pein. “kau akan hidup kembali tapi… buatlah perubahan pada dirimu sendiri” jelas gadis itu lalu menghilang. Pein bigung, sangat bingung tetapi karena ini semua ada hubungan dengan kekasihnya jadi ia merasa senang. Tersenyum lebar kali ini benar-benar tulus hatinya lega.
            Suara burung berkicau membangunkan sosok tegar yang tertidur lelap dan bersiap untuk berangkat sekolah ke universitas barunya, bersama teman-teman mantan Akatsuki. Semua berubah saat Pein bangun, dia mengaku salah kepada pihak kepolisian dan menjelaskan apa yang dilakukannya dan rencana apa saja yang akan dilakukan oleh orang tua brengsek tersebut atau bisa disebut Tuan Danzo. Semua mendengarkan, ia dan teman-temannya telah diadili seadil-adilnya, entah mengapa ia tidak dihukum sedikitpun. Mereka dibebaskan, sebebas-bebasnya dan justru mereka disebut-sebut sebagai Pahlawan Pemberani itu dikarenakan mereka telah menghancurkan orang yang sangat merugikan Negara.
 Diawali pagi dengan senyuman, selalu dengan senyuman. “Terimakasih atas semuanya Tuhan” Pein berseru senang. “ayo cepat kalau tidak kita bisa terlambat!” suara Deidara yang cerewet seperti biasa, dia yang mengurusi anak-anak Akatsuki tersebut. “yoshh, aku akan bersiap ibu” ejek Pein dengan tangan yang diangkat keatas kepala, terlihat seperti orang yang sedang memberi hormat. Muncul hawa panas dusana, benar Deidara marah Deidara berusaha menjitak Pein untuk melampiaskan kekesalannya tapi Pein dengan mudah bisa menghindar “sudah kubilang jangan anggap aku ibumu, bodoh!” celoteh Deidara kepada Pein yang masih senyum-senyum mengejek. Yang lainnya hanya tertawa di meja makan seperti Itachi, Sasori, Hidan dan Kakuzu, mereka berempat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan semua orang saat makan pagi. Setiap hari selalu seperti itu.


“Semua berakhir dengan bahagia ya. Seperti dongeng saja” suara seorang gadis yang merasa sangat bahagia.
“Tidak ini nyata. Tentu itu terjadi karena, aku melakukannya sesuai permintaanmu” jawab lawan bicara tersebut dengan menyeringai puas.
“Terimakasih sudah membuat impianku terwujud. akhirnya, Pein hidup bahagia” senyum bahagia itu selalu terukir diwajah gadis itu sekarang.

~selesai~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar