Apa itu,
Filsafat?
Filsafat?
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep
mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika
berpikir, dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari
dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat
menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan
sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Etimologi
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang
juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata
majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga
arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga
dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam
bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Klasifikasi
Plato (sebelah kiri) dan Aristotle(kanan), menurut lukisan Raffaelo Sanzio pada tahun 1509.
Dalam membangun
tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan
meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.
Oleh karena itu,
filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis, dan latar belakang
budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut
wilayah, dan menurut latar belakang agama.
Menurut wilayah,
filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah. Sedangkan menurut latar
belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam,
filsafat Budha,
filsafat Hindu,
dan filsafat Kristen.
1. Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa, dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat
ini berkembang dari tradisi filsafat orang-orang Yunani kuno.
Tokoh utama
filsafat Barat antara lain Plato, Thomas
Aquinas, Réne
Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul
Sartre.
Dalam tradisi
filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema
tertentu.
a.
Metafisika
Metafisika mengkaji
hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada, dan keberadaan
(eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia, dan alam semesta dibahas
dalam Kosmologi. Dalam metafisika sendiri ada berbagai perbedaan
teori-teori filsafat.Idealisme, misalnya, adalah keyakinan
bahwa realitas yang dibangun mental atau material sementara realisme menyatakan
bahwa realitas, atau setidaknya beberapa bagian dari itu, ada secara independen
dari pikiran. Idealisme subyektif menggambarkan objek sebagai tidak lebih dari
koleksi atau "bundel" dari data yang masuk dalam perseptor. Filsuf
abad ke-18 George Berkeley berpendapat
bahwa keberadaan secara mendasar terkait dengan persepsi dengan kalimat Esse est aut percipi aut percipere atau "Untuk menjadi yang
dirasakan atau melihat".
Selain pandangan tersebut, ada juga dikotomi ontologis dalam metafisika
antara konsep khusus, dan universal. Khusus adalah benda-benda yang dikatakan
ada dalam ruang dan waktu, sebagai lawan dari benda-benda abstrak, seperti
nomor. Universal adalah sifat yang dimiliki oleh beberapa hal khusus, seperti
kemerahan atau gender. Jenis eksistensi, jika ada, universal, dan benda-benda
abstrak adalah masalah perdebatan serius dalam filsafat metafisik. Realisme
adalah posisi filosofis universal yang pada kenyataannya memang ada, sementara
nominalisme adalah negasi, atau penolakan universal, benda abstrak, atau
keduanya. Konseptualisasi menyatakan bahwa universal ada, tetapi hanya dalam
persepsi pikiran.
b.
Epistemologi
Epistemologi mengkaji
tentang hakikat, dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti
“pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti
batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Skeptisisme
adalah posisi yang mempertanyakan kemungkinan yang benar-benar membenarkan
kebenaran apapun. Argumen regresi, masalah mendasar dalam epistemologi, terjadi
ketika untuk benar-benar membuktikan pernyataan apapun, pembenaran itu sendiri
perlu didukung oleh pembenaran lain.
Rasionalisme
adalah penekanan pada penalaran sebagai sumber pengetahuan. Empirisme adalah
penekanan pada bukti pengamatan melalui pengalaman indrawi atas bukti lain
sebagai sumber pengetahuan. Parmenides (fl. 500 SM) berpendapat bahwa tidak
mungkin untuk meragukan dari berpikir yang benar-benar terjadi. Tapi berpikir
harus memiliki objek, oleh karena itu sesuatu yang melampaui pemikiran
benar-benar ada.
c.
Aksiologi
Aksiologi membahas
masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi
lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia yang
terdiri dari etika dan estetika.
d.
Etika
Etika atau filsafat moral, membahas tentang
bagaimana seharusnya manusia bertindak, dan mempertanyakan bagaimana kebenaran
dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini
adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
e.
Estetika
Estetika membahas
mengenai keindahan, dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah
berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
2. Filsafat Timur
Filsafat Timur
adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Republik Rakyat Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah
dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan
filsafat dengan agama.
Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat,
terutama pada Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih
lebih menonjol daripada agama.
Nama-nama
beberapa filsuf Timur, antara lain Sidharta
Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan Mao Zedong.
3. Filsafat
Timur Tengah
Filsafat Timur
Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf
yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab
para filsuf pertama di Timur Tengah adalah orang-orang Arab atau orang-orang
Islam, dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan
menjumpai kebudayaan Yunani dengan
tradisi falsafah mereka.
Lalu mereka menterjemahkan, dan memberikan komentar terhadap karya-karya
Yunani. Ketika Eropa masuk ke Abad Pertengahan setelah
runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari
karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh
orang-orang Eropa.
Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, dan Averroes.
4. Filsafat Islam
Filsafat Islam
merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah
perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski
semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani
terutama Aristoteles, dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan',
dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti
sudah usang, dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan
perhatiannya kepada manusia, dan alam, karena sebagaimana diketahui, pembahasan
Tuhan hanya akan menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
5. Filsafat Kristen
Filsafat
Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman
pada abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam
zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali
kepercayaan agamanya.
Filsafat
Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir
semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai
contohnya adalah Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar