Ketika berbicara tujuan pendidikan
secara umum, Ibnu Sina mengatakan bahwa
tujuan pendidikan harus meliputi pengembangan seluruh potensi yang dimiliki
seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, baik itu aspek rohani, jiwa,
fisik, intelektual dan budi pekerti.
Ibnu Sina memiliki pandangan tentang tujuan
pendidikan yang bersifat hierarkis struktural. Yaitu bahwa ia di samping
memiliki pendapat tentang tujuan pendidikan yang universal, sebagaimana
dikemukakan di atas, juga memiliki pendapat tentang tujuan pendidikan yang
bersifat kurikuler atau perbidang studi dan tujuan yang bersifat operasional.
Hal ini bisa dilihat, misalnya, Ibnu Sina mengatakan bahwa, seorang anak harus
diajari pendidikan jasmani atau olah raga, budi pekerti, kesenian dan juga keterampilan.
Namun hal yang krusial, adalah tujuan
pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina
yang lebih berdimensi sufistik, yaitu pandangannya bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk membentuk insan kamil
(manusia sempurna), yaitu manusia yang memiliki keseimbangan dalam semua
potensinya baik itu potensi lahiriah maupun batiniah. Pendidikan mempersiapkan
manusia untuk kebahagiaan dalam hidup ini, tujuan ultimat-nya adalah tempat
tinggal permanen yang baka (akhirat). Tampaknya tujuan pendidikan yang
dikemukakan oleh Ibnu Sina berpijak pada
kenyataan dan pengalamannya sendiri bukan semata-mata teori yang bersifat
khayalan. Tujuan pendidikan ini mencerminkan sikapnya yang selain sebagai
seorang pemikir juga beliau sebagai orang yang menempuh perjalanan rohani dalam
hidupnya.
Tujuan pendidikan harus diarahkan
untuk mencapai kesempurnaan hati dan kemurnian ruh agar manusia dapat mengenal
dirinya dan mengenal akan Tuhannya. Pendidikan rohani hendaknya diarahkan agar
terbentuk akidah yang benar, menemukan esensi tauhid, dan tersingkapnya alam syahadah. Pendidikan rohani juga
hendaknya diarahkan agar setiap anak didik dapat mengamalkan ritual-ritual
keagamaan secara baik sehingga mereka dapat mengalami pengalaman rohani dan
tercapainya predikat manusia Ihsan, yakni yang menyadari esendi dirinya yang
fana, dan senantiasa merasa muraqabah dengan Tuhannya. Tujuan yang lebih
penting dari itu adalah terbentuknya pribadi-pribadi yang berakhlak mulia (akhlaklul karimah), bersih jiwanya dan
ruhnya dari berbagai penyakit ruhani seraya mengisinya dengan akhlak-akhlak
yang mulia.
??????????????????????????????????????????????????????????????????????????'
Sumber:
Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar