Berbicara
tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal kelahirannya tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang muncul pada masa
peradaban Kuno (masa Yunani). Pada tahun 2000 SM, bangsa Babylon yang hidup di
lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai Efrat telah mengenal alat pengukur berat,
tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian menggunakan sepuluh jari.
Piramida
yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, ternyata pembuatannya menerapkan
geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya yang sudah tinggi. Selain
itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit,
baik bintang, bulan, maupun matahari sehingga dapat meramalkan gerhana bulan
ataupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut
astronomi. Di India dan China, saat itu telah ditemukan cara pembuatan kertas
dan kompas (sebagai petunjuk arah).
Masa
Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode
sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena saat itu terjadi
perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk
menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika
filsafat di perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Penelusuran filsafat Yunani dijelaskan dari asal kata filsafat. Sekitar abad IX
SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Softhia diberi arti kebijaksanaan; Sophia berarti juga kecakapan. Kata philoshopos mulamula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos
(480−540 SM). Sementara pada abad 500−580 SM, kata-kata tersebut digunakan oleh
Pithagoras.
Menurut
Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas sebagai
pengenjawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar
jelas digunakan pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara
sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosopia adalah hasil dari
perbuatan yang disebut Philosophein,
sedangkan philosophos adalah orang
yang melakukan philosophien. Dari kata philosophia
itulah timbul kata-kata philosophie
(Belanda, Jerman, Perancis), philosophy
(Inggris). Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat (Soerjabrata 1970 dalam
Bakhtiar 2011).
Kehidupan
penduduknya sebagai nelayan dan pedagang sebab sebagian besar penduduknya
tinggal di daerah pantai sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di
Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah
mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga
beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat
formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion), tidak memberikan
kebebasan kepada manusia ini ditentang oleh Homerus dengan dua buah karyanya
yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat
nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya
Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya, masyarakat
lebih kritis dan rasional. Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang
memiliki kepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan
pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan menyatu dengan
kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah menjadi
sistem kultural religius.
Dalam
sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh tradisionalisme.
Sementara dalam sistem kepercayaan kultural religius, memungkinkan manusia
mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan
pemikirannya untuk menghadapai dan memecahkan berbagai kehidupan alam dengan
akal pikiran.
Ahli
pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625–545 SM) yang berhasil
mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan Democritos mengembangkan
teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan
geometri edukatif, Socrates mengembangkan teori tentang moral, Plato
mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembangkan teori tentang dunia
dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi).
Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem
pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih terkenal. Para
ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam.
Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut, tetapi konsepnya
bersifat mitos, yaitu mite kosmogonis (tentang asal-usul alam semesta) dan mite
kosmologis (tentang asal-usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta)
sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal mula) alam semesta dan
mereka disebutnya sebagai filsuf alam. Karena arah pemikiran filsafat pada alam
semesta, corak pemikirannya kosmosentris. Sementara para ahli pikir seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah
pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal
ini disebabkan arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan
manusia sebagai subjek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sumber:
Suaedi.
2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor:
PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar