Systems thinker melihat sebuah permasalahan setidaknya
dalam tiga tingkatan: kejadian (event), perilaku (system behavior), dan
struktur (underlying structure). Semakin ke dalam, analisis semakin susah
karena konsep yang digunakan semakin abstrak. Namun biasanya, jika dilakukan
dengan baik, solusi yang tersedia akan lebih baik. Tingkatan ini diilustrasikan
seperti diagram berbentuk “gunung es” berikut:
1. Event-pendekatan reaktif (working
hard/bekerja menggunakan tenaga)
Tingkatan paling atas adalah jenjang
kejadian atau ‘event’. Jenjang inilah yang paling kasat mata, biasanya bisa
ditangkap oleh pancaindra.
Contoh:
Tanggal 30 Februari, seorang penumpang KRL jatuh dari atap
KRL, seminggu kemudian dua orang lagi jatuh.
Pada gambar diagram gunung es,
‘kejadian’ terletak di atas permukaan laut sehingga semua orang akan bisa
melihatnya. Analis yang tidak terlatih, bahkan sebagian manajer cenderung akan bereaksi terhadap kejadian. Jadi, katakuncinya
adalah reaktif. Seorang analis dan manajer yang bekerja pada level ini akan
bertindak reaktif, seperti pemadam
kebakaran. Jika ada kejadian kemudian akan bereaksi. Kejadian demi kejadian
akan terlihat seperti kejadian acak tanpa terlihat ada kaitannya (seemingly
unrelated random events). Karena kejadian demi kejadian terlihat acak maka
mereka akan sangat sibuk ‘memadamkan api yang sedang terjadi’ dari satu
kebakaran ke kebakaran lain.
Untuk kasus penumpang jatuh dari KRL,
pendekatan reaktif misalnya dengan memperketat keamanan: memasang kawat berduri
di atap KRL. Dua/ tiga hari setelah pemasangan mungkin tak ada lagi yang naik
ke atap. Namun, tentu kita tahu, penumpang KRL lebih kreatif lagi. Kawat
berduri bisa dicabut di hari keempat; petugas sibuk memasang lagi di hari
ketujuh dan seterusnya karena pendekatan ini yang paling mudah, analisisnya pun
paling kasat mata, banyak sekali pengambil kebijakan (pemerintah, manajer) yang
akhirnya terjebak menggunakan pendekatan ini yang kadang berhasil, tetapi
seringnya tidak.
2. Perilaku sistem-pendekatan
antisipatif (working smart/bekerja menggunakan pikiran)
Tingkatan yang lebih mendalam yang
bisa dilakukan adalah dengan mengamati perilaku sistem. Satu faktor penting
yang harus diperhatikan pada level ini adalah waktu. Dengan kata lain, kita
akan coba melihat dinamika sistem dari satu waktu ke waktu yg lain. Kumpulan
kejadian-kejadian bisa dilihat dalam rentetan waktu sehingga akan terlihat
pola-pola tertentu. Pada level analisis ini, kejadian tidak lagi dilihat secara
individual sebagai fenomena random– pola/ kecenderungan akan terlihat.
Contoh:
Untuk kasus KRL tadi. Jika kebetulan
ada karyawan PERUMKA yang membuat catatan kejadian accident dan incident (near miss) dari waktu ke waktu; mungkin
tren atau polanya akan kelihatan. Dari historikal data yang ada, kemudian
mungkin bisa dilihat bahwa ternyata pola data jumlah kecelakaan penumpang jatuh
terkait dengan hari gajian. Pas hari gajian dan beberapa hari berikutnya,
ternyata jumlah kecelakaan menurun. Pas tanggal tua, kecelakaan naik
signifikan. Dengan pendekatan kedua (melihat perilaku sistem), akhirnya PERUMKA
bisa melakukan perencanaan antisipatif untuk masa mendatang. Misalnya,
saat-saat tanggal-tanggal tua keamanan ditingkatkan atau strategi lain yang
lebih kreatif dan dikaitkan dengan tanggal tua/muda. Sampai level ini Anda
sudah menggunakan pendekatan yang cukup baik (smart), tetapi belum terlalubaik. Kejadian yang terihat berulang
tidak akan bisa dihentikan/dicegah dengan pendekatan antisipatif. Kejadian
tetap akan berulang, tetapi Anda sudah lebih siap: kapan harus mencurahkan
sumber daya (resources) untuk working hard— kapan anda bisa gunakan
waktu untuk berpikir.
3. Struktur sistem-pendekatan generatif
Pendekatan terakhir ini paling susah
karena seorang analis dan pengambil kebijakan harus memiliki kemampuan analitis
abstrak dan harus memiliki visi. Untuk bisa melakukan analisis tahap ini,
seorang analis yang terlatih sekalipun biasanya untuk setiap kasus perlu
bantuan sebuah pendekatan antisipatif sebelum kemudian menyelam ke pendekatan
generatif.
Pada pendekatan generatif ini, analis
perlu mencoba melihat keterkaitan antara satu faktor dan faktor lain. Tak ada
faktor yang berdiri sendiri. Faktorfaktor yg saling mengait inilah yang
nantinya memunculkan pola/kecenderungan yg biasa ditangkap seorang analis.
Systems thinker biasa bekerja pada level yang memerlukan pendekatan generatif.
Melihat struktur sebuah sistem
tidaklah mudah. Kadang hubungan antar faktor terpisah oleh lokasi dan waktu.
Sistem juga berubah setiap waktu, tidak jelas batasnya. Jika analis bisa
menggunakan pendekatan generatif ini ini, diharapkan solusi akan bisa
di-generate. Anda tidak lagi hanya reaktif ataupun antisipatif karena Anda bisa
men-generate ide untuk mengubah sistem Anda menjadi lebih baik.
Untuk kasus KRL dengan bantuan
pendekatan antisipatif, Anda melihat adanya hubungan antara tanggal tua dan
tingginya kecelakaan. Anda kemudian mencoba mendalami dengan pendekatan
generatif, melihat struktur dari sistem. Ternyata didapatkan bahwa hubungan
antara tanggal tua dan kecelakaan adalah hubungan tak langsung. Variabel yg
menghubungkan keduanya adalah “uang transpot yang tersisa di kantong”.
Gambar ruwetnya kira-kira seperti di
bawah ini. Cara bacanya bisa dilihat seperti berikut ini. Perhatian: analisis
ini hanya ilistrasi fiktif, tetapi metode yang sama bisa digunakan untuk
menganalisis kasus yang sebenarnya.
Dari contoh analisis tersebut, bisa
kita lihat beberapa hal berikut.
a. Faktor-faktor yang ada ternyata
saling terkait, pemecahan masalah di satu tempat mungkin punya akibat negatif
pada faktor lain.
b. Strukur sistem sifatnya sangat abstrak,
sulit dideteksi, sulit dimodelkan.
c. Dengan melihat struktur sistem, kita
bisa men-generate beberapa alternatif solusi. Misalnya:
1) meningkatkan kapasitas KRL sehingga
kepadatan KRL bisa diturunkan sehingga menurunkan minat penumpang untuk naik ke
atap; dan
2) menyediakan model transportasi
alternatif (misal: monorel) sehingga penumpang bisa dipecah ke berbagai jenis
moda.
Intinya adalah dengan menyelami
sistem sampai level strukturnya, kita bisa mendapatkan (men-generate) ide-ide
solusi yang sifatnya bisa mengubah sistem dan tak mungkin terpikirkan jika kita
menggunakan pendekatan reaktif atau antisipatif. Di level ini, Anda bisa
katakan bahwa Anda sudah bekerja menggunakan pikiran (working smart).
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Sumber:
Suaedi.
2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor:
PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar