Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolok ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran
tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif apabila subjek berperan
dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolok ukur penilaian. Dengan
demikian nilai subjektif selalu memerhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang (Zamroni 2009).
Bagaimana dengan objektivitas ilmu?
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu
harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara pernyataan ilmiah
dan anggapan umum ialah terletak pada objektivitasnya. Seorang ilmuan harus
melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
ideologis, agama, dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan
topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang
ilmuan bekerja, dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan
utamanya, tidak terikat pada nilai subjektif (Zamroni 2009).
))))))))))))))))))))))))))))((((((((((((((((((((((((((((
Sumber:
Suaedi.
2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor:
PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar