Karakteristik
anak tunalaras menurut Rusli Ibrahim (2005: 49-50), sebagai berikut:
a.
Intelegensi
dan Prestasi Akademis
Anak tunalaras rata-rata memiliki kecerdasan
(IQ) yang setelah diuji menghasilkan sebaran normal 90, dan sedikit yang
memiliki nilai di atas sebaran nilai anak-anak normal dan kemungkinan besar
memiliki nilai IQ keterbelakangan mental serta ada juga yang memiliki kecerdasan
sangat tinggi dalam nilai tes kecerdasan. Anak tunalaras biasanya tidak
mencapai taraf yang diharapkan pada usia mentalnya dan jarang ditemukan yang
berprestasi akademisnya meningkat, dan rendahnya prestasi mereka pada pelajaran
membaca dan matematika sangat menonjol.
b.
Persepsi
dan Keterampilan Motorik
Anak tunalaras sulit melakukan aktivitas yang
kompleks, merasa enggan dalam aktivitas, malas dan merasa tidak mampu dalam melakukan
aktivitas jasmani. Keterampilan motorik sangat menunjang bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu di samping keuntungan lain, seperti perkembangan sosial,
kemampuan berpikir dan kesadaran persepsi. Oleh karena itu, di sinilah penting
letaknya pembelajaran pendidikan jasmani seperti permainan sepak bola bagi anak
tunalaras.
Karakteristik anak tunalaras yang dikemukakan
Hallahan dan Kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tunalaras adalah
sebagai berikut:
1.
Anak
yang mengalami gangguan perilaku:
·
Berkelahi,
memukul menyerang.
·
Pemarah.
·
Pembangkang.
·
Suka
merusak.
·
Kurang
ajar, tidak sopan.
·
Suka
menggangu.
·
Suka
ribut, pembolos.
·
Mudah
marah, suka pamer.
·
Hiperaktif,
pembohong.
·
Iri
hati, pembantah.
·
Ceroboh,
pengacau.
·
Suka
menyalahkan orang lain.
·
Mementingkan
diri sendiri.
· Penentang, tidak mau bekerjasama.
2.
Anak
yang mengalami kecemasan dan menyendiri:
·
Cemas.
·
Tegang.
·
Tidak
punya teman.
·
Tertekan.
·
Sensitif.
·
Rendah
diri.
·
Mudah
frustasi.
·
Pendiam.
·
Mudah
bimbang.
3.
Anak
yang kurang dewasa:
·
Pelamun.
·
Kaku.
·
Pasif.
·
Mudah
dipengaruhi.
·
Pengantuk.
·
Pembosan.
4.
Anak
yang agresif bersosialisasi:
·
Mempunyai
komplotan jahat.
·
Berbuat
onar bersama temannya.
·
Membuat
genk.
·
Suka
diluar rumah sampai larut.
·
Bolos
sekolah.
·
Pergi
dari rumah.
Selain karakteristik di atas, berikut ini
karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, sosial/emosional dan
fisik/kesehatan anak tunalaras (Moh. Amin, 1991: 52-53), yaitu:
1.
Karakteristik
Akademik
Kelainan
perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya,
dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
·
Hasil
belajar di bawah rata-rata.
·
Sering
berurusan dengan guru BK.
·
Tidak
naik kelas.
·
Sering
membolos.
· Sering
melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di masyarakat, dan lain-lain.
2.
Karakteristik
Sosial/Emosional :
Karakteristik
sosial/emosional tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut:
· Karakteristik
Sosial
Masalah
yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:
(1) Perilaku itu tidak diterima masyarakat,
biasanya melanggar norma budaya.
(2) Perilaku itu bersifat menggangu, dan
dapat dikenai sanksi oleh kelompok sosial.
(3) Perilaku itu ditandai dengan tindakan
agresif, yaitu :
§ Tidak mengikuti aturan.
§ Bersifat mengganggu.
§ Bersifat membangkang dan menentang.
§ Tidak dapat bekerjasama.
(4) Melakukan tindakan yang melanggar hukum
dan kejahatan remaja.
·
Karakteristik
Emosional
(1) Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi
anak, misalnya tekanan batin dan rasa cemas.
(2) Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu,
rendah diri, ketakutan dan sifat perasa/sensitif.
·
Karakteristik
Fisik/Kesehatan:
Pada anak tunalaras umumnya masalah fisik/
kesehatan yang dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan
gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah
mengalami kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah merasa sakit,
dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu gagap, buang air tidak terkontrol,
sering mengompol, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar