Jenis-jenis inovasi pendidikan
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa
jenis-jenis inovasi yang dapat memberi pengetahuan kepada kita untuk dapa lebih
bisa memahami lagi tentang inovasi. Berikut akan dijabarkan penjelasan
masing-masing akan dijabarkan satu persatu.
1.
Product innovation versus process innovation. Inovasi
produk adalah inovasi terhadap keluaran dari sebuah organisasi dalam bentuk
produk yang bisa dilihat atau layanan yang bisa dinikmati. Sebagai contoh
adalah obat-obatan baru, iPod, teknologi 3G, atau sekedar Post-It Notes.
Sementara inovasi proses adalah inovasi yang dilakukan terhadap proses yang
menghasilkan keluaran organisasi, misalnya inovasi terhadap supply chain
perusahaan. Banyak yang menganggap inovasi produk lebih penting dibanding
inovasi proses, namun banyak inovasi proses yang berhasil meningkatkan daya
saing sebuah perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh Dell dan Wal-Mart, dua
perusahaan yang berhasil karena inovasi terhadap proses supply chain mereka.
Inovasi proses juga lebih sulit ditiru karena tidak kelihatan dari Inovasi
produk dan proses kadang terjadi bersamaan seperti pada kasus FedEx yang
memperkenalkan produk dan proses baru dalam pengiriman dokumen.
2.
Radical innovation versus incremental innovation.
Banyak definisi yang telah diberikan untuk kedua istilah tersebut, namun pada
umumnya penggolongan keduanya ditentukan oleh derajat kebaruan (newness) dan
keberbedaan (differentness) dari inovasi tersebut. Sebuah inovasi bisa saja
baru pada sebuah daerah, tetapi sudah dianggap biasa di daerah atau negara
lain. Sebuah produk juga bisa berbeda sedikit saja dengan produk yang ada
sekarang atau berbeda sama sekali. Kedua hal inilah yang menentukan apakah
sebuah inovasi dianggap radikal atau inkremental. Semakin baru dan semakin
berbeda sebuah inovasi, semakin tinggi derajat keradikalannya. Namun perlu
diingat juga derajat keradikalan sebuah inovasi sering bersifat relatif.
Sebagai contoh: inovasi kamera digital merupakan incremental innovation buat
Sony yang sudah bergelut lama di bidang video dan digital; tetapi cukup radikal
buat Kodak yang kompetensi sebelumnya ada di bidang fotografi berbasis kimiawi.
Kedua istilah di atas juga sering tumpang tindih dengan istilah inovasi diskontiniu
(yang sering bersifat radikal) dan inovasi kontiniu (yang sering bersifat
inkremental). Pembagian inovasi yang bersifat kontiniu dan diskontiniu sangat
penting dalam teori Crossing the Chasm.
3.
Disruptive innovation versus sustaining innovation. Sebuah
inovasi dianggap sebagai sustaining innovation bila secara arsitektur tidak
berbeda jauh dengan produk sebelumnya. Perubahan mungkin hanya terjadi pada
beberapa komponen dalam arsitektur tersebut. Sementara inovasi yang dianggap
sebagai disruptive memiliki arsitektur sistem yang berbeda jauh dari
sebelumnya, walau komponen yang dipakai (mungkin) tidak berbeda jauh. Selain
itu, disruptive innovation juga harus memenuhi persyaratan lain, yaitu
kinerjanya sering lebih rendah dari kinerja produk yang memakai arsitektur lama
pada waktu pertama kali diperkenalkan. Namun seiring dengan waktu, kinerja
disruptive innovation akan meningkat lebih pesat sehingga akhirnya berhasil
menyalib (atau setidaknya mendekati) kinerja arsitektur rivalnya.
Pengkategorian seperti di atas sangat diperlukan karena teori-teori untuk menjelaskan masing-masing kategori cukup berbeda. Sebuah inovasi yang dianalisis melalui kaca mata disruptive vs sustaining innovation akan memberikan penjelasan yang berbeda dengan yang termasuk incremental vs radical innovation. Bila kita tidak mengetahui penggolongan tersebut dengan benar, kita akan ibarat seorang tukang yang hanya tahu memakai palu. Pintu terkunci? Hantam saja dengan palu. Kloset tersumbat? Coba dipalu aja. Analogi tersebut kelihatannya terlalu berlebihan, tetapi betapa seringnya kita mendengar orang-orang membahas inovasi seakan-akan semua inovasi bersifat sama. Inovasi sering dianggap sesuatu yang lebih baru, lebih canggih, dan pasti akan sukses menggantikan produk yang ada sekarang ini.
Pengkategorian seperti di atas sangat diperlukan karena teori-teori untuk menjelaskan masing-masing kategori cukup berbeda. Sebuah inovasi yang dianalisis melalui kaca mata disruptive vs sustaining innovation akan memberikan penjelasan yang berbeda dengan yang termasuk incremental vs radical innovation. Bila kita tidak mengetahui penggolongan tersebut dengan benar, kita akan ibarat seorang tukang yang hanya tahu memakai palu. Pintu terkunci? Hantam saja dengan palu. Kloset tersumbat? Coba dipalu aja. Analogi tersebut kelihatannya terlalu berlebihan, tetapi betapa seringnya kita mendengar orang-orang membahas inovasi seakan-akan semua inovasi bersifat sama. Inovasi sering dianggap sesuatu yang lebih baru, lebih canggih, dan pasti akan sukses menggantikan produk yang ada sekarang ini.
Padahal
untuk menganalisis sebuah inovasi, banyak sudut pandang dan alat bantu yang
bisa dipakai. Ibarat seorang tukang kayu yang menguasai banyak jenis peralatan,
dia akan memakai alat bantu atau kombinasi alat bantu yang sesuai dengan
masalah dan konteks yang dihadapi. Bila ada sebuah paku yang menonjol di atas
lantai, sang tukang bisa saja menggunakan kunci Inggris, palu, atau pahat untuk
memaku. Tetapi, alat paling cocok dalam keadaan ini adalah palu. Namun bila
paku tersebut terletak di lubang kecil yang tidak bisa dijangkau palu, sang
tukang mungkin akan memasukkan obeng ke dalam lubang terlebih dahulu dan
meletakkan ujungnya tepat di atas paku, dan kemudian baru memalu obeng tersebut
dari atas.Demikian juga dalam menganalisis sebuah inovasi. Hanya dengan
mengetahui penggolongan jenis-jenis inovasi dan pada kondisi bagaimana sebuah
penggolongan harus dipakai, kita bisa memberikan analisis yang lebih tepat.
Sebagai contoh: 3G jelas bisa dianalisis melalui kerangka
disruptive/sustaining, incremental/radical, continuous/discontinuous, dan tentu
saja product/process. Hal tersebut tentu sah-sah saja. Tetapi itu tidak berarti
semakin banyak sudut pandang yang dipakai, semakin tajam analisis kita. Kadang
cuma diperlukan satu sudut pandang saja, kadang diperlukan beberapa sudut
pandang. Pada kasus 3G, inovasi ini bisa dianalisis melalui kaca mata
disruptive/sustaining bila kita ingin meramalkan apakah teknologi ini akan
mampu menggantikan teknologi-teknologi lainnya dan strategi apa yang seharusnya
dipakai perusahaan demi tujuan tersebut, dan memakai kaca mata
continuous/discontinuous untuk merancang strategi agar adopsi teknologi ini
oleh para pengguna bisa berjalan sesuai rencana. Sementara pemakaian sudut
pandang product/process jelas tidak banyak membantu di sini. Agar lebih jelas
dan tidak membingungkan kita, berikut kami berikan ulasan tentang masing-masing
dari jenis inovasi diatas sehingga kita dapat memahami dengan jelas makna dari
masing-masing jenis inovasi, berikut penjelasannya. :
a.
Product Innovation : inovasi terhadap keluaran dari sebuah organisasi dalam
bentuk produk yang bisa dilihat atau layanan yang bisa dinikmati. contoh : teknologi
ipod, HSDPA, wifi, dll
b.
Process Innovation : inovasi yang dilakukan terhadap proses yang menghasilkan
keluaran organisasi.
c.
Radical Innovation : inovasi yang “gila”, tergolong baru dan beda dari yang
lain, namun hal ini bersifat relatif. Kodak memproduksi kamera digital, yang
sebelumnya memproduksi kamera manual/kimiawi. Sering disebut Discontinue.
d.
Incremental Innovation : inovasi sebuah produk yang berbeda sedikit saja dengan
produk yang sudah ada sekarang. contoh : Sony memproduksi kamera digital, namun
sudah lama bergelut di dunia digital dan video. sering juga disebut Continue
e.
Disruptive Innovation : memiliki arsitektur sistem yang berbeda jauh dari
sebelumnya, walau komponen yang dipakai (mungkin) tidak berbeda jauh.
Kinerjanya pada awal diperkenalkan lebih rendah dari produk sebelumnya (produk
rival), namun kemudian menyalip/mendekati kinerja produk rival tersebut. contoh
: kehadiran PDA setelah notebook.
f.
Sustaining Innovation : inovasi yang secara arsitektur tidak terlalu jauh
berbeda dari produk sebelumnya, perubahan yang terjadi hanya beberapa komponen
saja yang berada didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar