Peranan Guru Dalam Inovasi Kurikulum
Munculnya inovasi dilatarbelakangi
oleh tantangan untuk menjawab masalah-masalah krusianl dalam pendidikan.
Masalah-masalah inovasi kurikulum mencakup aspek inovasi dalam struktur kurikulum,
materi kurikulum dan dan inovasi proses kurikulum.
Namun fokus bahasan pada
makalah ini yaitu bagaimana peranan guru dalam inovasi kurikulum, karena
sebagai penyusun makalah kami harus memberi batasan dalam menyusun makalah
karena prosedur yang berlaku. Inovasi kurikulum meliputi pengembangan
kurikulum, sehingga dalam makalah ini akan kami jelaskan mengenai peranan guru
dalam pengembangan kurikulum karena pengembangan itu meliputi pengembangan.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum
adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan
karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar
atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa
depannya dengan baik. Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum
adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang
luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang
mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum
lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Pengembanagnn kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal – hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan.
Pengembanagnn kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal – hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan.
1.
Asumsi
Asumsi yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan
pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan
cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan,
kurikulum yang tidak berimbang, daninovasi jangka pendek dapat di hindarkan.
Dalam konteks ini, kurikulum didefisinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil- hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum teridiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuens berbagai kegiatan belajar ).
Dalam konteks ini, kurikulum didefisinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil- hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum teridiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuens berbagai kegiatan belajar ).
2. Tujuan
pengembangan kurikulum
Istilah yang
digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan
objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak
dan bersifat umum, dan pencapaianya relative dalam jangka panjang. Adapun
tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaianya
dalam jangka pendek.
Aspek
tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun objectives memainkan peran yang
sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan
arah seluruh upaya kependidikan sekolah sekaligus menstimulasi kualitas
yang diharapkan. Tujuan pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang
dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.
3 Penilaian kebutuhan
3 Penilaian kebutuhan
Kebutuhan
merupakan hal yang pokok dalam perencanaan ( Unruh dan Unruh, 1984 ).
Dalam kaitanya dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan
didefinisikan sebagai perbedaan antara keadaan actual dan keadaan ideal yang
dicita-citakan. Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur
maupun informal, untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi “ di sini
dan sekarang “ dengan tujuan yang di harapkan.
4. Konten
kurikulum
Berkaitan
dengan konten kurikulum ini, Unruh (1984) hanya membahas enam bidang konten
kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, Sains (IPA), Studi Sosial (IPS), Bahasa Asing dan Seni. Meskipun
demikian, hendaknya kurikulum juga memberikan ruang bagi pelajaran lain selain
keenam bidang konten tersebut antara lain pendidikan jasmani dan kesehatan,
pendidikan agama dan berbagai pelajaran keterampilan lain yang dibutuhkan
siswa.
5. Sumber
materi kurikulum
Materi
kurikulum dapat diperoleh dari buku-buku teks, buku petunjuk bagi guru, pusat
pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen
pelayanan pendidikan lainnya.
6. Implementasi
kurikulum
Sebuah
kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak
diimplementasikan, dalam arti digunakan di sekolah dan di kelas. Keberhasilan
implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi
implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek
filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar,
serta evaluasi dan feedback.
7. Evaluasi
kurikulum
Evaluasi
adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan (judgment) untuk
menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini yaitu
kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki
substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta
pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa.
8. Keadaan
di masa mendatang
Pesatnya
perubahan dalam kehidupan social, ekonomi, teknologi, politik serta berbagai
peristiwa lainnya memaksa kita semua berfikir dan merespon setiap perubahan
yang terjadi. Dalam pemngembangan kurikulum, pandangan dan kecenderungan pada
kehidupan masa datang sudah menjadi hal yang urgen. Setiap rencana pengembangan
kurikulum harus memasukkan pertimbangan kehidupan di masa depan, serta
implikasinya pada perencanaan kurikulum.
Peranan Guru dalam Pengembangan
Kurikulum
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.
Murray Printr mencatat peran guru
dalam level ini adalah sebagai berikut :
Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
Kedua, peran guru sebagai adapters,
lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai
penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan
daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada
dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan
kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi
sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan
waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh
guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan
dengan peran guru sebagai implementers.
Ketiga, peran sebagai pengembang
kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru
bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan
tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta
bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya
guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi
sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Keempat, adalah peran guru sebagai
peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai
bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai
peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program,
menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Dilihat dari segi pengelolaannya,
pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi,
sentral desentral:
1. Peranan Guru dalam
Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi Dalam kurikulum yang bersifat
sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat
makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro
disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro
dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk
jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari
saja. Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu
semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu,
beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester
ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan,
bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan
kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan
yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,
minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang
bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang
tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam
implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi
guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan
penyesuaian-penyesuaian.
Implementasi kurikulum hampir
seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan
guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa
yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar,
menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan
bimbingan.
2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.
2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.
Demikian
berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya
penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat
menganalisa inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat
memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan
inovasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar