Mengkristral Bersama Vandaria
Nama :
Robbiathul Adawiyah
Kelas : 12 Ipa
1
SMAN 1
Kabupaten Tangerang
Balaraja
Jl. Raya Serang Km. 23,5
Tangerang –
Banten
MENGKRISTRAL
BERSAMA VANDARIA
Oleh Robbiathul
Adawiyah
· Judul buku : Kristalisasi
· Penulis : Alexia DeeChen dkk.
· Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
· Tahun
terbit : 2012
· Tebal buku : 266 halaman
Tersebutlah, pada mulanya, sebuah siklus yang terus
berulang. Keseimbangan antara ada dan tiada. Adalah para Vanadis, sang Cahaya, yang menciptakan ada dari kehampaan. Kemudian
tersebutlah pemusnah keberadaan, mereka adalah sang Kegelapan, penyeimbang
semesta, para Deimos. Dari ciptaan
para Cahaya yang terakhir adalah para Frameless,
penjaga dan pelindung alam. Lahir dari seorang Vanadis para Frameless diberkati
kekuatan alami untuk memerintah para zat : Air, Angin, Tanah, dan Api. Tak
terbatas oleh alam, mereka mencari kedamaian dalam kesendirian, pemikiran, dan
menahan diri. Kemudian adalah para Manusia, pembawa kemajuan, kehancuran dan
perubahan. Dibatasi berbagai kelemahan, mereka hidup berkelompok, saling
membantu, saling menjaga, dan saling bertikai. Selalu merasa kurang, mencari
kebahagiaan dalam berkarya, mencipta, dan mengumpulkan. Maka dimulailah cerita
tentang sebuah Kristal diantara kehampaan, dan keseimbangan baru. Antara yang
terbatas dan yang tak terbatas, tak lagi hanya Kegelapan dan Cahaya.
Keseimbangan yang sejati Vandaria.
ISFARIS telah kalah. Benteng pertahanan telah dijatuhkan.
Seluruh wilayah pemukiman telah diambil alih, dan para Frameless mengepung permukiman bangsa Isfar[1].
Ribuan Frameless melancarkan hujan
panah dari langit. Sementara prajurit Isfar dengan gigih melakukan perlawanan.
Namun, sia-sia belaka. Evander Evrard menyaksikan prajuritnya yang tersisa
tetap berjuang, menyerang seorang Frameless
berjubah gelap yang bergerak bagaikan
angin, topeng perak yang menutupi sebagian wajahnya berkilauan karena cahaya
matahari. Tidak tersentuh. Frameless bertopeng
itu tampak berbeda dari pasukan bersayap besi lainnya. Dengan sisa-sisa kekuatan
Evander menantangnya, kenyataannya Frameless
bertopeng itu merupakan keturunan Zatoist, para penguasa angin. Frameless itu berputar dan menghatam
tengkuk Evander, dan melontarkannya Evander semakin jauh.
Evander ditolong oleh seorang Frameless bernama Haleine yang tanpa diketahui oleh Evender adalah Frameless bertopeng yang sebelumnya
telah mengalahkannya. Evander tidak terima dirinya ditolong oleh seorang Frameless, walaupun terpaksa Evander
tetap menuruti Haleine untuk beristirahat.
Evander kembali terbangun merasa takjub dada kanannya dan
bahunya, semuanya berubah menjadi kulit baru berwarna merah muda yang tampak
mengkilat. Ia duduk di kursi, membiarkan Haleine menempelkan tumbukan daun-daun
kering pada lukanya, Haleine mengatakan
setidaknya butuh waktu seminggu hingga luka-luka itu sembuh sepenuhnya. Tapi
Evander tidak memiliki waktu sebanyak itu. Ia harus bertindak cepat. Menjemput
Mirea dan Rein sesegera mungkin, lalu membawa mereka keluar dari kota. Dan ia
kembali untuk mencari tahu nasib para prajuritnya yang tersisa. Ia berniat
pergi malam ini. Tapi, Haleine menghalanginya.
Haleine
berpikir, Evander boleh keluar asal dirinya juga ikut mengawasi. Akhirnya
mereka menuju tempat persembunyian adik Evander. Walaupun diperjalanan mereka
mendapat hambatan dan Haleine hampir ketahuan bahwa dia seorang Komandan oleh
pasukan Edenion sebelum Haleine membunuh dua pasukan tersebut. Saat mereka
sampai ditujuan dan Evander bertemu dengan Nigeo yang menjaga kedua adiknya,
dan di saat itu pula Evander berfikir akan membawa adiknya ke kota, dan Evender
membutuhkan kuda. Halein mengusulkan dia bisa memberikan mereka kuda asal Evander
dan adiknya memberikan waktu setengah jam kepada Haleine.
Haleine dan Evander beserta adiknya pergi menuju gerbang
kota Isfaris. Lalu Haleine kembali dan telah mentambatkan kuda di oasis sekitar
kota Isfaris. Haleine mengakui kesalahannya pada Evander, Evander sangat kaget
sungguh tidak percaya apa yang dikatakan oleh Haleine. Evander mundur perlahan,
merunduk sambil membawa Mirea dan Rein sesuai rencana mereka semula. Evander
terbelalak, dilatarbelakangi oleh langit malam, sekelebat bayangan melesat
tinggi ke udara. Lalu berhenti sejenak di tengah-tengah. Evander mengenali
siluet itu sebagai Haleine. Gadis itu merentangkan kedua tangannya, udara
seaakan ditarik dan terhisap. Haleine
menghancurkan kubah yang diciptakan Frameless,
dalam kesempatan itu Evander segera keluar dari persembunyiannya dan berlari
menuju oasis tempat kudanya ditambatkan. Dan saat itulah perpisahan antara
Evander dan Haleine.
Sebuah buku yang berisi sekumpulan cerpen fantasi yang
ditulis oleh Alexia DeeChen dkk. Dengan berisi 10 cerita fantastis yakni :
Bisikan Sang Angin, Padamnya Bintang-bintang Vaeran, Batu Filsuf, Musim Gugur,
Nyanyian Alam, Padang Hijau Atap Merah, Relik Agung Gallizur, Di Bawah Bulan
Separuh, Beri Kami Damai, dan Pentagon. Tiga zaman, tiga benua, sepuluh kisah
yang mengkristal dalam satu semesta Vandaria.
Saya memilih cerpennya yang berjudul Bisikan Sang Angin memang sangat mengesankan
untuk di ulas.
·
Tentang
Pengarang:
Alexia DeeChen hobinya
adalah melahap semua buku bertema young
adult dengan genre fantasy dan romance. Karena merasa belum puas hanya
dengan membaca, ia memutuskan untuk menulis sendiri novelnya, salah satu cerpen
yang berjudul Changes pernah
diterbitkan dalam Kumpulan Cerita untuk Bumi Vol. 2 oleh nulisbuku.com
sebagai proyek amal. Cita-citanya adalah bisa menjadi fulltimer-writer suatu hari nanti.
· Keunggulan
buku:
- Semesta Vandaria memendam berbagai kisah menawan. Vandaria adalah sebuah dunia yang begitu kompleks. Bisikan Sang Angin dalam buku Kristalisasi, sebuah cerpen fantasi yang mengisahkan dua komandan besar dari masing-masing kaum yang saling bertikai kemudian saling menolong.
- Evander Evrard atau Komandan Isfaris digambarkan yakni pemuda kaum Isfar yang memiliki kekurangan karena tidak bisa menangkal sihir tanpa bantuan jimat, dan sangat keras kepala dalam kegigihan hati. Haleine atau Komandan Zatoist digambarkan yakni gadis kaum Frameless yang dapat menggunakan sihir di bidang penyembuhan, dan gadis ini digambarkan sesosok yang dingin sebelum bertemu Evander.
- Penjelasan dalam setiap adegan sangat jelas tertulis, tidak bertele-tele dalam menjelaskan suatu situasi.
- Dengan sudut pandang orang ketiga pelaku utama, penulis hanya menjelaskan setiap pemikiran tokoh utama, selain tokoh utama pemikiran masing-masing dari tokoh lain hanya dijelaskan melalui percakapan.
- Penulis menggunakan bahasa yang formal, tapi tidak terlalu baku. Jadi saat pembawaan cerita dapat dibaca dengan nyaman.
- Pesan yang ingin disampaikan penulis untuk pembaca adalah setiap makhluk hidup pasti memiliki perbedaan masing-masing, perbedaan itu tidak menjadi alasan bagi kita untuk menolong orang lain. Karena setiap makhluk hidup juga berhak untuk mendapatkan pertolongan.
· Kekurangan
buku:
- Cerita ini mengalur dengan konstan dan hanya dalam tempo waktu yang cukup panjang untuk sebuah cerpen.
- Di dalam buku tidak dicantumkan daftar isi dari sepuluh cerita tersebut, hanya digambarkan dalam sebuah peta. Tentunya ini menyulitkan bagi membaca jika ingin membaca secara acak.
· Komentar
- Mengkristal bersama Vandaria, menyatu dalam dunia fantasi yang dapat kita ciptakan sendiri hanya dengan membaca carita ini.
- Menurut saya cerpen Bisikan Sang Angin adalah cerpen yang paling mengesankan, karena disana menjelaskan seseorang yang menolong musuhnya hanya karena takjub akan kegigihannya untuk hidup. Bahkan seseorang yang tidak perduli dengan orang lain, hatinya akan terunggah saat melihat kerja keras orang lain yaitu Evrard.
- Karena dalam sebuah cerpen dibatasi jumlah penggunaan katanya, dalam cerpen Bisikan Sang Angin dengan cerit akhir seperti menggantung. Padahal justru menurut saya itu memang sudah akhir yang logis. Evrard yang kehilangan seluruh prajuritnya kembali ke kota dan akan membentuk pasukan baru, dan Haleina yang membuat kerusakan di Isfar tentu akan dapat peringatan dari Pemimpin Zatois
- Novel yang sangat cocok dibaca buat kalangan remaja, dewasa dan orang tua yang menyukai cerita fantasi yang menakjubkan.
[1] Bangsa manusia berkulit
gradasi coklat yang menempati pemukiman dipadang kering atau gurun pasir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar