TEMA: cara
membentuk karakter peserta didik menjadi baik
Guru Si Pencontoh dan Peserta Didik Si Peniru
Semua
manusia diciptakan dalam keadaan polos berwarna putih dan kehidupan dari
luarlah yang mewarnai manusia menjadikannya memiliki berbagai warna mulai dari
warna cerah yang melambangkan kebaikan dan warna gelap yang melambangkan
keburukan. Semua sudah tahu bahwa peserta didik tidak lahir dengan sendirinya
pasti ada orang pengasuh yang melahirkannya yang kita sebut orang tua. Orang
tua lah yang berperan penting dalam mewarnai peserta didiknya karena keluarga
adalah kelompok sosial pertama yang dikenal oleh anak.
Dalam
pembentukan sikap dan karakter peserta didik menjadi baik orang tua harus
melakukan penerapan melalui pengenalan moral, dan aturan-aturan yang terjadi
sejak peserta didik itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang peserta didik akan
melakukan penyimpangan sosial baik tingkah laku, sifat, karakter kebiasaan, dan
lain-lain. Seorang dituntut untuk berprilaku dan berakhlak baik. Membentuk
sikap dan perilaku yang baik itu sangat diperlukan untuk membentuk karakter
seseorang dalam berprilaku baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan
masyarakat agar peserta didik itu diterima di lingkungan keluarga ataupun
masyarakat dimana peserta didik itu tinggal.
Pada
era modern akhlak, tingkah laku, sifat, karakter, kebiasaan peserta didik
semakin memburuk. Untuk itu kita sebagai guru perlu menciptakan
generasi-generasi yang mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Seorang peserta
didik akan dikenalkan norma, dan aturan-aturan baik budaya, agama maupun
sosial. Aturan dan norma disampaikan melalui dua faktor, yaitu intern dan
ekstern faktor ini saling berkaitan dan bahkan sulit untuk dipisahkan.
1.
Faktor
Intern
Disini mengacu pada peranan keluarga, keluarga
memiliki peran penting, bahkan bisa dibilang faktor primer. Kondisi keluarga
yang harmonis dapat mempengaruhi pola sikap dan perilaku yang baik pada peserta
didik begitupula dengan keluarga yang tidak harmonis dapat mempengaruhi pola
sikap dan perilaku peserta didik menjadi tidak baik atau sering disebut
penyimpangan moral.
Seorang peserta didik yang baru masa pembentukan
sikap hanya bisa meniru tingkah laku disekitarnya ia belum bisa menciptakan apa
yang harus dilakukan. Sehingga secara tanpa sadar itu membentuk sikap dan
perilaku peserta didik. Penyampaian norma-norma kepada peserta didik dapat
berbentuk lisan maupun tulisan.
a.
Bentuk
lisan disampaikan pada peserta didik yang belum mengenal tulisan
Kita sebagai seorang guru atau sebagai
pendidik ketika menemukan peserta didik yang memang belum mengenal tulisan kita
dapat memberitahukan, menanamkan dan meyampaikan tentang moral apa-apa yang
baik dilakukannya melalu penyampaian berupa dialog. Bentuk lisan memiliki pengaruh
yang sangat kuat untuk membentuk karakter peserta didik, Sebagai guru kita
harus menyampaikan pesan moral dengan teliti. Karena apa yang disampaikan itu
direspon sangat besar.
b.
Bentuk
tulisan yaitu setelah peserta didik telah mengenal tulisan
Disini peran guru adalah dengan
menyediakan media untuk peserta didik agar bisa menerima pesan moral melalui
tulisan diantaranya adalah menyediakan buku-buku yang bernilai moral yang baik.
Akan tetapi bentuk ini mengalami kesulitan karena tidak semua peserta didik
suka membaca, tetapi dengan menggunakan
kreativitas kita dengan memberikan buku dengan penuh gambar-gambar yang menarik
dan berwarna tentu saja minimal kita dapat menarik perhatiannya, dan akan
membaca buku tersebut.
2.
Faktor ekstern
Faktor ini sedikit rumit karena faktor ini dimulai sejak
peserta didik atau peserta didik mengenal dunia bermain. Teman bermain juga berpengaruh
besar dalam pembentukan sikap dan perilaku. Pada masa ini seorang peserta didik
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dari hal baik sampai hal buruk seorang peserta
didik sudah mulai menciptakan sifat sendiri. Seorang peserta didik akan mudah terpengaruh
dengan teman sebayanya, ia akan merespon kemudian menyimpan apa yang dilakukan
selama beraktivitas dari hal baik sampai hal yang buruk. Walaupun orang tua dan
juga guru telah menyampaikan bahwa itu salah akan tetapi dikarenakan rasa ingin
tahu yang tinggi peserta didik akan selalu ingin mencoba hal yang baru.
Tahap
ini hampir menyerupai faktorkeluarga, meskipun faktor ini sering berkolaborasi dengan
faktor keluarga. Pada faktor ini peserta didik tidak hanya mengenal keluarganya
sendiri tapi juga mengenal keluarga lain seperti keluarga teman bermainnya.
Membentuk
karakter peserta didik dilakukan dengan
proses yang panjang dan melelahkan jika ingin tercapai harapan kita untuk memiliki
generasi-generasi baru yang berkualitas yang memiliki kepribadian baik dan berhati mulia. Cara membentuk peserta didik agar memiliki kepribadian yang baik :
·
Sikap dan perilaku orang tua
Pembentukan perilaku peserta didik dalam keluarga
ditentukan oleh sikap dan perilaku orang tua yang dapat diamati peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan pendidikan guru merupakan orang
tua bagi peserta didik di sekolah. Sebagai orang tua disekolah, guru harus
mengetahui tentang strategi yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku
peserta didik, harus dapat menimbulkan limpahan penyebab bagi peserta didik
untuk percaya dan merasa aman.
Kita sebagai guru harus mengajarkan nilai kepada peserta
didik karena inilah amal yang paling nyata dan paling efektif yang dapat kita
perbuat untuk kebahagiaan mereka. Sebagai orang yang beragama, kita perlu
membentuk perilaku beragama pada generasi penerus, baik sebagai pribadi
pendidik. Perilaku guru yang didasari agama akan dapat menuntun peserta didik
menjadi mausia yang bermoral, manusia yang berbudi luhur, manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia yang mengamalkan segala ajaran agama. Oleh
karena itu maka melalui pendidikan, guru perlu menghindarkan peserta didik dari
empat gejala, yaitu : berdusta, mencuri, mengupat atau mencerca juga melakukan
penyimpangan dari norma-norma.
Peserta didik perlu dihindarkan dari berdusta , dalam
bentuk ucapan maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Peserta didik dibiasakan harus berterus terang berbicara atau berbuat jujur.
Peserta didik perlu dihindarkan dari kegiatan mencuri, yaitu mengambil barang
milik orang lain. Oleh karena itu peserta didik perlu dibiasakan untuk
menyisihkan uang jajannya atau miliknya untuk didermakan kepada orang lain.
Peserta didik dibiasakan untuk menghormati milik orang lain, misalnya tidak
mengambil mainan teman, tidak membiarkan peserta untuk menyimpan barang orang
lain.
·
Pengembangan Afeksi
Perilaku peserta didik ditentukan oleh kuat lemahnya
perasaan, yang dapat menyenangkan atau mengganggu dirinya. Perasaan peserta
didik adalah sumber energi yang dapat menentukan perilakunya. Perasaan positif
dapat menimbulkan kepercayaan diri yang memberikan kekuatan yang besar dalam
memotivasi peserta didik untuk membuka diri terhadap lingkungan untuk
berkembang. Perilaku yang dihasilkan umumnya juga perilaku yang positif.
Perasaan negative seperti sedih, tertekan menimbulkan perilaku negatif. Reaksi
motivasi dari dalam diri peserta didik muncul karena emosi. Emosi adalah suatu
pengemudi dri dalam diri peserta didik Keadaan emosi mengandung warna perasaa
disetai perubahan fisiologis.
Ekspresi emosi dapat menimbulkan pucat, merah,ketawa,
gerakan maju atau mundur, memeluk atau menyerang. Suatu stimulasi memunculkan
emosi yang berbeda dari setiap peserta didik.Emosi peserta didik tergantung
pada kondisi kesehatan, sikap, minat,cita-cita, tujuan dan pemahamannnya. Peserta
didik dalam pengungkapan emosinya spontan ; ia akan memekik bila kegirangan.
Akan memukul bila marah, menangis dan lari , bila mengelami emosi ketakutan.
Oleh karena itu peserta didik perlu belajar dalam mengungkapkan emosinya.
Kehidupan emosional dan perkembangan emosi pada peserta didik merupakan hal yang
penting. Secara emosional peserta didik belajar tentang apa yang boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
·
Pembiasan dan Disiplin
Pembentukan kebiasaan dan disiplin perlu dilakukan sejak
dini secara bersamaan. Dengan pembiasaan maka peserta didik dengan sendirinya peserta
didik belajar disiplin. Disiplin yang dilakukan secara terus menerus akan
membuat peserta didik memiliki kebiasaan yang kita harapkan. Pembiasaan atau
pembentukan kebiasaan merupakan bantuan yang diberikan untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan yaitu degan latihan-latihan yang diberikan
berulang-ulang sehingga terbentuk kebiasaan baru.
Latihan ini diberikan melalui contoh dan teladan,
suruhan, larangan, pujian dan hukuman, tergantung pada kondisi dan situasi yang
diperlukan . Pembiasaan yang perlu dilakukan pada peserta didik, antara lain
yaitu : Pembiasaan bersih, pembiasaan menolong diri sendiri, pembiasaan
menghargai orang lain.
·
Menegur bila peserta didik berbuat salah
Kepada peserta didik harus sejak dini disampaikan tentang
moralitas dan tata cara bertingkah laku yang benar sesuai etika, norma dan
kaidah yang berlaku. peserta didik harus diberikan pemahaman tentang mana hak
dan mana kewajiban. Sebagai guru diperlukan sikap tegas untuk dapat menegur
perilaku peserta didik yang tidak baik dan menyalahi norma-norma yang ada.
Dengan adanya teguran membuat peserta didik sadar dan mengerti akan
kesalahannya dan ada kesadaran untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
·
Memuji bila peserta didik berperilaku baik
Melontarkan pujian setiap kali peserta didik berperilaku
baik akan mendorong peserta didik untuk senantiasa berbuat kebaikan. Perkataan
sederhana sebagai bentuk penghargaan menumbuhkan kepercayaan diri pada peserta
didik bahwa orangtua mendukung tindakan mereka. Contohnya ketika peserta didik
menunjukkan kepeduliannya dengan ikut membantu teman yang kesulitan dalam
mengerjakan soal latihan, maka kita sebagai guru hendaknya berkata: “Ibu senang
melihatmu membantu temanmu, nak”.
·
Membantu memecahkan masalah peserta didik
Seorang peserta didik akan merasa diperhatikan dan
disayangi bila gurunya dapat mendengar dan memberi perhatian terhadap segala
macam permasalahan peserta didik. Memberi usulan atau jalan keluar terhadap
masalah yang dihadapi, tanpa paksaan dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mencoba pendapatnya merupakan wujud kasih sayang orangtua dalam
memberikan pelajaran dalam hal peserta didik harus bisa mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
·
Memberi contoh yang baik
Guru adalah model dan contoh langsung bagi perilaku
peserta didik disekolah. Guru harus memulai dengan memberikan teladan yang baik
dalam segala hal sehingga dapat menjadi cermin dan tuntunan bagi peserta didik.
Peserta didik akan belajar dan meniru apa yang dikatakan atau dikerjakan gurunya
saat pembelajaran berlangsung ataupun tidak. Peserta didik yang mendengar
ogurunya berkata buruk, caci maki, dan celaan, mereka akan sulit untuk bertutur
manis. Peserta didik yang melihat gurunya pemarah, sulit untuk belajar sabar.
Peserta didik yang melihat gurunya bersikap keras, tidak mungkin belajar kasih
sayang.
Selain cara-cara membuat perilaku peserta didik menjadi baik, kita sebagai guru juga haru mengetahui
apa-apa saja yang tidak boleh di lakukan kepada peserta didik kita. Berikut
adalah beberapa hal yang sebaiknya dihindari :
·
Mengancam
Menghadapi peserta didik yang sedikit susah diatur memang
memusingkan bahkan tak jarang hal itu justru sedikit menjengkelkan. Namun
perilaku mengancam meski secara halus maupun kasar tidak dibenarkan. Misalkan
menghadapi peserta didik yang sulit mengunyah makanan dengan menakuti bahwa
giginya bisa ompong dan sebagainya hanya akan berdampak buruk. Mengancam dengan
nada halus maupun tinggi tidak akan menyelesaikan masalah. Ancaman memang
efektif agar membuat peserta didik mau menuruti semua perintah kita, namun hal
itu hanya bersifat sementara. Karena didasari pada rasa takut bukan kesadaran peserta
didik semata. Dan kelak jika si peserta didik sudah mulai mengerti ia akan
merasa dibohongi.
·
Terlalu Menekan
Sikap terlalu mengatur dan mengarahkan peserta didik,
tanpa memperhatikan hak peserta didik untuk menentukan keinginan dan jalannya
sendiri atau mengembangkan minat dan bakatnya pada bidang yang mereka cintai.
Akan berakibat pada psikologisnya seperti akan menjadi lamban, tidak memiliki
pendirian, selalu bekerja sesuai perintah layaknya robot, dan bukan tak mungkin
menjadikan peserta didik menjadi suka melawan saat ia mulai bisa membela diri
nanti. Untuk itu, akan lebih baik jika kita memberikan kesempatan peserta didik
untuk memilih bidang mana yang mereka sukai.
·
Melanggar Janji
Saat kita membuat janji pada peserta didik kecil jangan
pernah sesekali menganggapnya sebagai hal yang sepele dan bisa dilanggar karena
mereka masih kecil. Peserta didik di usia dini justru akan mengerti dengan
lebih baik daripada yang kita bayangkan. Mereka akan mengerti apakah kita
menunjukkan prioritas atau tidak terhadap mereka. Untuk membentuk pribadi peserta
didik yang lebih baik, ada baiknya jika kita juga menepati apa yang sudah kita
janjikan pada peserta didik.
Terimakasih telah mau membaca ini. Sampai jumpa. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar