Suatu hari..
Saat pertama kali kuliah di PGSD. Aku mengikuti
kegiatan pengenalan jurursan. Nah di PGSD namanya POWER.
Di acara POWER itu kita disuruh untuk membuat
drama kecil-kecilan. Nah inilah naskah dramanya.
“KAMI BERBEDA, KAMI MENGAKUI”
Tema : Perbedaan bahasa daerah
Hari senin saat berlangsungnya acara
kegiatan MOMB, dipagi hari dengan suasana tenang, aman dan tentram. Para
mahasiswa baru mulai berdatangan ke kampus UNTIRCOY dengan berbagai daerah dari
ujung Sabang sampai Merauke. “WAAAHH…” adalah kata-kata yang hampir ada
disetiap benak hati masing-masing mahasiswa baru saat melihat kemegahan kampus
UNTIRCOY.
Dua orang mahasiswi baru dengan
wajah sumringah mulai memasuki gerbang kampus UNTIRCOY, tapi sebelum mereka
masuk ada beberapa orang yang menjegal mereka.
Raffa : (tersenyum ramah) “Selamat datang
adik-adikku. Selamat datang di kampus UNTIRCOY, kampus terbaik di INDONESIA.”
Dede
dan Laili: (Kaget, tiba-tiba mendapat sambutan)
Naila : “Iya adik-adikku. Selamat datang dan
selamat berjuang di kampus UNTIRCOY. Kalian pasti bangga bersekolah disini.”
Dede : (tersenyum menyambut kehangatan panitia)
“Hatur muhun teh. Saya bakalan senang disini.”
Laili : “iya teh, saya juga bakalan nikmatin
belajar di kampus ini.”
Raffa : (mengancungkan ibu jari) “Terbaiklah buat
kalian.”
Tidak
lama saat panitia mengajak ngobrol dengan mahasiswa baru, datanglah seksi acara
ke dalam kerumunan mereka.
Diana : (nafas ter-enggah-enggah) “Oiii, kalian
berdua panitia ‘kan?” (menunjuk ke kedua panitia)
Naila : “iya, ada apa gitu?”
Diana : “Ada pengumuman dari Ketua pelaksana, semua
panitia harus berkumpul di Aula. Ada berita tambahan tentang acara.”
Raffa : “Oh, yaudah kalo gitu.” (menolehkan kepala
kearah dede dan laili) “Kita tinggal dulu ya. Dadah..”
Naila : “Selamat bersenang-sengang. Sukses ya.
Dadah..”
Dede
dan Laili : “Iya teh.”
(Diana,
Naila dan Raffa meninggalkan panggung)
Tak kenal maka tak sayang, setelelah
bertemu dengan panitia, semua mahasiswa baru mulai berkenalan dengan mahasiswa
baru lainnya. Di suatu tempat yang masih di dalam lingkungan kampus UNTIRCOY.
Dua mahasiswi baru tadi melanjutkan penjelajahannya, sebelumnya ada sesuatu
yang mengganggu perjalanan mereka.
Ratu : (wajah ceria, dan sok asik sambil membawa
kertas nama ANGEL) “Hai, guys. Nih liat name tag gue, nama gue ANGEL.” (di
kertas tertulis ANGEL)
Dede : (wajah bingung) “Ih eta mah Angel, paranti
bobo.”
Laili : “Enya muhun eta mah paranti bobo.”
Ifat : “Ih, loe ngomong apa sih. Gak ngerti
gue.”
Tiba-tiba
datanglah mahasiswa baru lainnya dengan tergesa-gesa melewati kerumunan
tersebut.
Dwi
N : “Awas jing, aing dek lewat.”
Ratu : “Jing? Loe manggil gue anjing?”
Laili : “Eh sanes kitu, pamali.”
Dede : “Atuh mending guk guk wae.”
Dwi
N : “Biasa aja kali, siapa juga yang
ngatain kamu.”
(mulai
terjadi keributan kecil)
Tanpa
disadari mereka, tiga mahasiswa baru lainnya telah bergabung di dalam kerumunan
tersebut.
Dwi
M : “Ono opo iki?”
(hening
beberapa detik)
Ifat : “Krik krik.”
Nova : (bertanya ke Dwi M) “Kamu ngomong apa?”
Dwi
M : “Aku ngomong iku ‘Ono opo iki?’. Sampeyan gak denger yo?”
Ifat : “Bukan gak denger, tapi gak ngerti.
Haha..”
Ratu : “Aneh, disini mah banyak manusia
berbahasa aneh. Kita yang orang kota gak cocok buat disini.”
Rubi : “Jangan begitu. Disini kita semua tidak
berbicara dengan bahasa aneh kog. Kita disini cuma menggunakan bahasa
masing-masing daerah asal kita aja.” (Sok bijak)
Dwi
N : “Henteu lah, maraneh tah nu ngalunjak
ka aing. Aing teu salah nanaon kalahkah di carekanan.”
Dwi
M : “Opo meneh aku, koyo ra dianggep.”
Nova : (menenangkan Dwi M) “Kamu bukannya gak
dianggap, cuma gak ada yang ngerti sama bahasa kamu.”
Dede : “Anjeun ngartos anu dicarioskeun bieu?”
(nanya ke nova)
Nova : “Eh, kamu ngomong apa?” (nanya ke Dede)
Laili : (bisik-bisik ke Dede) “Cek abdi mah
anjeun na teh api api ngartos kitu.”
Dede : (Angguk-angguk kepala)
Rubi : “Udah-udah. Gak penting kita berbahasa
apa, gak penting kita memiliki budaya apa. Tapi sebenarnya kita adalah satu.
Satu bahasa INDONESIA.”
Ifat : “Dengerin tuh, Angel. Kita itu satu.”
Ratu : (cemberut, nada kesal) “Ih, loe kan temen
gue, bukan nya belaiin gue.”
Ifat : (senyum-senyum aja)
Dede : “Ah, bener juga dia. Kita itu satu.”
Laili : “Iya, bersatu dalam segala perbedaan.”
Dwi
N : “Perbedaan yang saling mengisi satu
sama lain.”
Dwi
M : “Dan membentuk suatu kesempurnaan.
Melahirkan keluarga besar yang bernama INDONESIA.”
Nova : “Kita juga terus berusaha memperbaiki diri
menuju lebih baik.”
Semuanya
: “MENUJU INDONESIA MERDEKA.”
(Teriakan bangga)
(semua
sahabat 3 berbaris membentuk 2 shaf, menyampaikan SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
DENGAN LUGAS dan music backsound yang mendukung) *kalo waktunya kurang baca
SUMPAH SOLIDARITAS.
SUMPAH
MAHASISWA INDONESIA
Kami
mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
Kami
mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan
keadilan.
Kami
mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa kebenaran bahasa tanpa
kemunafikan.
SUMPAH
SOLIDARITAS
Kami adalah satu, tidak ada perbedaan diantara kami.
Kami tidak pernah mengenal kata lelah. Tunduk tertindas atau bangkit melawan.
Karena mudur adalah sebuah penghianantan.
hehe.. namanya juga maba, masih polos polos gitu. walaupun sekarang juga masih polos :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar