Berpikir sistemik adalah sebuah cara
untuk memahami sistem yang kompleks dengan menganalisis bagian-bagian sistem
tersebut untuk mengetahui pola hubungan yang terdapat di dalam setiap unsur
atau elemen penyusun sistem. Pada prinsipnya, berpikir sistemik mengombinasikan
dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis.
Ada beberapa istilah yang sering kita
jumpai yang memiliki kemiripan dengan berpikir sistemik (systemic thinking),
yaitu systematic thinking(berpikir sistematik), systemic thinking (berpikir
sistemik), dan systems thinking (berpikir serba-sistem). Jika dikaji, semua
istilah itu berakar dari kata yang sama yaitu “sistem” dan “berpikir”, tetapi
menunjukkan konotasi yang berbeda karena memiliki tujuan yang berbeda pula.
Konsep sistem setidaknya menyangkut
pengertian adanya elemen atau unsur yang membentuk kesatuan, lalu ada atribut
yang mengikat mereka, yaitu tujuan bersama. Oleh karena itu, setiap elemen
berhubungan satu sama lain (relasi) berdasarkan suatu aturan main yang
disepakati bersama. Kesatuan antar elemen (sistem) itu memiliki batas (boundary)
yang memisahkan dan membedakan dari sistem lain di sekitarnya.
Berpikir sistematik (sistematic
thinking) artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode
tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini diperlukan
ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metode yang hendak dipakai.
Metode berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda, tetapi
semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui
luas. Berpikir sistemik (systemic thinking) maknanya mencari dan melihat segala
sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Misalnya,
bila kita melihat otak, akan terbayangkan sistem saraf dalam tubuh manusia atau
hewan. Bila kita melihat jantung, akan terbayangkan sistem peredaran darah di
seluruh tubuh. Sementara itu, berpikir sistemik (systemic thinking) adalah
menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan perkara lain di
sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin tidak terkait langsung
atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Systemic thinkinglebih
menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian
sistem. Cara berpikir seperti berseberangan dengan berpikir
fragmented-linear-cartesian.
Berpikir sistemik (systemic thinking)
mengombinasikan antara:
a. analytical thinking (kemampuan
mengurai elemen-elemen suatu masalah); dan
b. synthetical thinking (memadukan
elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan).
Sistems thinking sedikit berbeda
systemic thinking. Berpikir sistemik lebih menekankan pada pencarian pola-hubungan
(Pattern) maka berpikir serbasistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana
(How) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman How tersebut maka kita
dapat menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vital dan solusi yang
komprehensif sehingga tidak menimbulkan masalah baru.
Cara berpikir serba-sistem juga akan
membentuk sikap yang sistemik dalam merespons permasalahan (systemic attitude),
yakni suatu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main (rule of game) yang
sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah aturan yang ditetapkan
dalam sistem memang bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), tetapi
pada saat yang sama memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja
sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak ada batasan
fungsi yang jelas, setiap elemen itu akan saling bertabrakan dan malah
berpotensi menghancurkan sistem secara keseluruhan. Di sinilah pentingnya,
berpikir dan bertindak serba-sistem demi menjaga kesinambungan sistem sendiri.
Pengubahan aturan main dimungkinkan dan dapat diperjuangkan melalui cara-cara
legal-rasional sehingga sistem itu tumbuh semakin sehat dan matang.
Mengapa perlu belajar berpikir
system?
Perlu belajar dan menguasai ilmu berpikir sistem agar
dapat menganalisis setiap masalah dalam penugasan secara ilmiah, tepat guna,
dan berhasil guna (efektif dan efisien). Dengan berpikir sistem, kita selalu
mampu melihat setiap masalah secara struktural, mampu melihat dan menemukan
akar masalah secara objektif dan akurat. Setiap permasalahan harus kita uraikan
dalam beberapa katagori/golongan yang disebut sub sistem, kemudian sub sistem
kita uraikan lagi menjadi sub-sub sistem. Demikian seterusnya sampai kita
temukan akar masalahnya.
99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999
Sumber:
Suaedi.
2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor:
PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar