1. Pengantar ilmu pengetahuan
Materi kerangka berpikir ilmiah atau
epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi membahas secara mendalam
proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Adanya pola-pola dasar/ desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa
dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan
instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring
dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu
tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang, dan
matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Adanya kemampuan berpikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu
berkembang.
Dengan kemampuan berpikir, manusia
dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan
dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru.
Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada
kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak
benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami
kekeliruan, sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan
tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka
meninggalkan suatu kekeliruan.
Asumsi awal manusia mendapatkan
pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data
indrawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa instrumen dalam
mendapatkan pengetahuan. Di samping itu, perasaan intuitif atau insting juga
menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan
terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap ilmu
pengetahuan tertentu. Ilmu pengetahuan itu dapat ditinjau kembali kebenarannya.
Jika terdapat kekeliruan, akan timbul ketidakpuasan sebagai akibat keterbatasan
manusia khususnya dalam penggunaan instrumen atau pengolahan data-data indrawi
dalam menerima pengetahuan tanpa dia ketahui kemudian melahirkan mitos. Hal
tersebut terjadi sebagai akibat dari rasa ingin tahu terhadap suatu realitas
yang kurang terpuaskan, terutama mengenai hal-hal gaib. Namun, seiring dengan
perkembangan pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui
kajian-kajian ilmu pengetahuan maka pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang
ilmiah. Pengetahuan ilmiah memerlukan alasan dan/atau penjelasan secara
sistematis yang dibuat untuk memberikan keyakinan.
“Ilmu adalah
pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu”.
Pengetahuan adalah pembentukan
pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan
atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa
pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal.
Sementara ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalankan kausalitas
(hubungan sebabakibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yang
merupakan satu kesatuan sistematis. Pengertian tersebut menjelasakan bahwa
pengetahuan bukan hanya ilmu, tetapi pengetahuan merupakan bahan utama bagi
ilmu. Selain itu, pengetahuan tidak menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan
itu sebagaimana dapat dijawab oleh ilmu. Dengan kata lain, pengetahuan baru
menjawab apa, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa dari
kenyataan kejadian
Russel membuat kategori sumber
pengetahuan berikut.
a. Pengetahuan melalui pengalaman yang
didapatkan dari: 1) data-data indrawi, 2) benda-benda memori, 3) keadaan
internal, dan 4) diri sendiri.
b. Pengetahuan melalui deskripsi yaitu
pengetahuan yang didapatkan melalui: 1) orang lain, dan 2) benda-benda fisik
(merupakan suatu konstruksi, bukan data indrawi).
Bentuk pengetahuan menurut Russel
adalah:
a. Pengetahuan langsung, yang diperoleh
dari pengamatan ekstern dan intern. Pengamatan ekstern secara langsung kita
dapat mengetahui adanya sesuatu benda dalam dunia luar melalui alat indra.
Pengamatan ekstern merupakan sumber pengetahuan secara langsung berupa alat
untuk menangkap objek di luar manusia melalui kekuatan indra, sedangkan
pengamatan intern atau intuisi adalah proses kejiwaan tanpa suatu rangsang
untuk mampu membuat pernyataan berupa pengetahuan.
b. Pengetahuan tak langsung, yang dapat
diperoleh dengan beberapa cara yakni dengan penarikan konklusi/penalaran,
kesaksian. Kongklusi penalaran adalah salah satu corak berpikir dengan
menggabungkan pengertian atau lebih dengan maksud memperoleh pengetahuan baru.
3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
Sumber:
Suaedi.
2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor:
PT Penerbit IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar