Jumat, 25 November 2016

Penggolongan pengetahuan Ilmiah

Pertumbuhan dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi Keilmuan dalam abad XVII sampai sekarang yang begitu luas dan mendalam telah melahirkan demikian banyak cabang ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya mekar, dan akhirnya berdiri sendiri sebarisan dengan yang lain-lainnya. Bidangbidang pengetahuan yang terdahulu juga tetap tegak dan terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau layu dengan munculnya cabang-cabang ilmu baru. 

Dengan demikian, kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang biak dalam keluasan maupun isi substantifnyasehingga menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidangbidang pengetahuan ilmiah.
Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut adanya tiga hal sebagai berikut:
Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru dalam bidang ilmu mana punberkaitan dengan tiga syarat. Yang pertama ialah eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik. Yang kedua ialah pengumpulan sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang di selidiki. Syarat yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan dengan kerja intelektual yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan disiplin secara bebas, syarat yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan tetapnya sebagai suatu cabang studi dan penelitian yang bebas.
Dengan berkembang biaknya demikian banyak cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagianna. Klasifikasi ilmu merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskn definisi sesuatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubunganya dengan cabang-cabang yang lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik itu kadang-kadang segenap pengetahuan teratur (organized knowledge), klasifikasi itu disebut juga organisasi pengetahuan (organization of knowledge).
Pembagian ilmu-ilmu dewasa ini menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline dan specialty dalam masyarakat ilmuan. Menurut Warren Hagstrom disiplin-disiplin dalam ilmu modern sekarang biasanya besar dan heterogen yang satuan-satuan organisasi formalnya ialah depertemen-depertemen pada universitas dan perhimpunan-perhimpunana keilmuan. Oleh karena itu, sesuatu scientific discipline terbagi dalam sejumlah specialty yang sebagai kesatuan masing-masing mencakup ilmuan-ilmuan yang melakukan penelitian dalam keahlian yang sama. Contoh-contoh disiplin ilmiah ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang beberapa specialty di dalam lingkupannya ialah acoustics, nuclear physics, dan optics untuk menyebut beberapa buah saja.
Terlepas dari kesatuan metode dan tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap cabang ilmu, penggolongan atau pembagian ilmu merupakan hal yang penting. Karena tanpa pembagian dalam satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi dan ditujukan saling hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan memaparkan penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Penggolongan ini tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak merinci berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang temasuk dalam masing-masing kelas.
Suatu pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan yang tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas, dilakukan konsp-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang akan kami kemukakan ini berpegang pada konsep-konsep yang berikut:
i.      Pengertian yang akan dipakai ialah pembagian ilmu (division of science). Ini berarti proses itu arahnya ke bawah yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian ilmu akan tetap berlangsung selama pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan mekar.
ii.    Pengertian ilmu akan dipahami dalam konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya sebagai ilmu seumumnya.
iii.  Ilmu semuanya terdiri dari semua cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal permulaannya digolongkan menjadi dua kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis ilmu.
Menurut pemahaman kami, kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan:
1.    Ragam pengetahuan
2.    Jenis pengetahuan

Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran jelas tentang apa yang ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing ragam ilmu yang ditetapkan.
Sifat atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam-ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat (to know dan to do). Kehidupan manusia pada dasarnya brpangkal pada sifat dasar tersebut dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi kami ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
1. Ilmu teoritis (theoretical science)
2. Ilmu praktis (practical science)


Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta mertamengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya dalam garis besarnya saja.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Sumber:

Filsafat Ilmu oleh Wisma Pandia, S.Th., Th.M. Diktat Kuliah Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar