Pertumbuhan dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi
Keilmuan dalam abad XVII sampai sekarang yang begitu luas dan mendalam telah
melahirkan demikian banyak cabang ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah
baru muncul, selanjutnya mekar, dan akhirnya berdiri sendiri sebarisan dengan
yang lain-lainnya. Bidangbidang pengetahuan yang terdahulu juga tetap tegak dan
terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau layu dengan munculnya cabang-cabang
ilmu baru.
Dengan demikian, kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang
biak dalam keluasan maupun isi substantifnyasehingga menimbulkan
masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan,
kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidangbidang pengetahuan
ilmiah.
Pemunculan suatu cabang ilmu baru
terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut adanya tiga hal sebagai
berikut:
Pembentukan suatu disiplin khusus
yang baru dalam bidang ilmu mana punberkaitan dengan tiga syarat. Yang pertama
ialah eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik
perhatian beberapa penyelidik. Yang kedua ialah pengumpulan sejumlah cukup data
yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas
lingkupnya untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang di
selidiki. Syarat yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau
institusional terhadap disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan
dengan kerja intelektual yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan
disiplin secara bebas, syarat yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan
tetapnya sebagai suatu cabang studi dan penelitian yang bebas.
Dengan berkembang biaknya demikian
banyak cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok tentang penggolongan
ilmu-ilmu itu atau pembagianna. Klasifikasi ilmu merupakan pengaturan yang
sistematik untuk menegaskn definisi sesuatu cabang ilmu, menentukan
batas-batasnya dan menjelaskan saling hubunganya dengan cabang-cabang yang
lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik itu kadang-kadang segenap
pengetahuan teratur (organized knowledge), klasifikasi itu disebut juga
organisasi pengetahuan (organization of knowledge).
Pembagian ilmu-ilmu dewasa ini
menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline dan specialty dalam
masyarakat ilmuan. Menurut Warren Hagstrom disiplin-disiplin dalam ilmu modern
sekarang biasanya besar dan heterogen yang satuan-satuan organisasi formalnya
ialah depertemen-depertemen pada universitas dan perhimpunan-perhimpunana
keilmuan. Oleh karena itu, sesuatu scientific discipline terbagi dalam sejumlah
specialty yang sebagai kesatuan masing-masing mencakup ilmuan-ilmuan yang
melakukan penelitian dalam keahlian yang sama. Contoh-contoh disiplin ilmiah
ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang beberapa specialty di dalam
lingkupannya ialah acoustics, nuclear physics, dan optics untuk menyebut
beberapa buah saja.
Terlepas dari kesatuan metode dan
tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap cabang ilmu, penggolongan atau
pembagian ilmu merupakan hal yang penting. Karena tanpa pembagian dalam
satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi dan ditujukan saling
hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan memaparkan
penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori penggolongan
ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap pengetahuan
ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Penggolongan ini
tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak merinci
berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang
temasuk dalam masing-masing kelas.
Suatu pembagian ilmu yang sistematis
akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan yang tidak simpang siur,
hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas, dilakukan
konsp-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang akan kami kemukakan ini berpegang
pada konsep-konsep yang berikut:
i. Pengertian yang akan dipakai ialah
pembagian ilmu (division of science). Ini berarti proses itu arahnya ke bawah
yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian ilmu akan tetap berlangsung
selama pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan mekar.
ii. Pengertian ilmu akan dipahami dalam
konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya sebagai ilmu seumumnya.
iii. Ilmu semuanya terdiri dari semua
cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal permulaannya digolongkan menjadi dua
kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis ilmu.
Menurut pemahaman kami, kejelasan
akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana dibedakan
secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan:
1. Ragam pengetahuan
2. Jenis pengetahuan
Pembagian ilmu menurut ragamnya
mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian
ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari sekumpulan pengetahuan ilmiah.
Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang
ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran jelas tentang apa yang
ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing ragam ilmu yang ditetapkan.
Sifat atributif yang akan dipakai
sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam-ragam ilmu ialah sifat
dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat (to know dan to do).
Kehidupan manusia pada dasarnya brpangkal pada sifat dasar tersebut dan
pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang pengetahuan
praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi kami
ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
1. Ilmu teoritis (theoretical
science)
2. Ilmu praktis (practical science)
Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan
praktis sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles
membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga kelompok: pengetahuan
teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan
pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai
pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini
merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh
pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena
ditunjukan dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu,
maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta mertamengetahui hal
apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun
mungkin hanya dalam garis besarnya saja.
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Sumber:
Filsafat Ilmu oleh Wisma Pandia, S.Th., Th.M. Diktat Kuliah
Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar