Para filsuf itu memiliki persamaan
dalam beberapa hal. Dalam hal tujuan pendidikan, mereka menekankan pentingnya
kesempurnaan akal dan jiwa manusia. Tujuan pendidikan adalah untuk mempertinggi
akal dan mencapai kesemepurnaan jiwa. Tujuan tertinggi adalah kebahagiaan dan
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah). Mereka membagi ilmu
menjadi ilmu agama (naqli) dan rasional (‘aqli).
Mereka menekankan pentingnya
kurikulum yang didasarkan pada pembagian ilmu tersebut. Perbedaannya antara
lain bahwa Ibnu Sina lebih menekankan pembagian pada ilmu teoretis seperti ilmu
metafisika, fisika, logika dan matematika dan ilmu-ilmu praktis yaitu ilmu
akhlak (etika), ilmu rumah tangga (tadbir al-manazil) dan ilmu politik
(siyasah). Tujuan ilmu teoretis untuk menyempurnakan akal sedangkan ilmu-ilmu
praktek untuk menyempurnakan perilaku. Al-Ghazali membatasi ilmu-ilmu yang
boleh dipelajari dan yang tidak boleh dipelajari. Semua ilmu agama boleh bahkan
wajib dipelajari sedangkan sebagian ilmu filsafat seperti filsafat naturalis
kurang baik untuk dipelajari. Adapun filsafat atheis haram dipelajari.
Ahli-ahli filsafat lainnya tidak
membatasi ilmu-ilmu tersebut. Ibn Sina dan para filsuf lainnya menggunakan
istilah tarbiyah yang mana kandungannya berkaitan dengan pendidikan, sedangkan
Naquib al-Attas, lebih setuju menggunakan istilah ta’dib untuk pendidikan.
Karena ta’dib lebih menekankan watak atau akhlak mulia, sedangkan istilah
tarbiyah telah terkontaminasi oleh perdaban Barat sekular. Pemikiran pendidikan
Ibn Sina didominasi oleh mazhab Peripatetik, yakni mazhab filsafat yang
didasarkan pada filsafat Yunani khususnya Aristoteles dan Neo-Platonism.
Filsafat pendidikan Suhrawardi termasuk ke dalam
mazhab Isyraqi (Mazhab Pencerapan), yakni bahwa Allah menurunkan ilmu sebagai
cahaya kepada yang mampu mencapai kesempurnaan jiwanya. Mulla Sadra memelopori
mazhab teosofi, yakni menyatukan filsafat, kalam, tasawuf dan syari’at. Ia
menekankan kekuatan iman, akal dan jiwa. Sedangkan ikhwan al-Shafa memiliki
persamaan dengan Ibn Sina, yakni tujuan pendidikan untuk mencapai kesempurnaan
jiwa dalam rangka mencapai kebahagiaan di alam baka.
((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((())))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
Sumber:
Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan
antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar