Banyak definisi yang dikemukakan oleh
para ahli mengenai filsafat pendidikan. Randal Curren (via Chambliss, 2009:
324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian
keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik pendidikan. Kneller (1971: 4)
mengatakan sebagai berikut.
Just a formal philosophy attemps to
understand reality as a whole by explaining it in the most general and
systematic way, so educational philosophy seeks to comprehend educationin its
entirely, interpreting it by means of generals concept that will guide our
choice of educational ends and policies. In the same way that general
philosophy coordinates the findings of the different sciences, educational
philosophy interprets these findings as they bear on education. Scientific
theories do not carry direct educational implication; they cannot be applied to
educational practice without first being examined philosophically.
Dari pendapat Kneller dapat dipahami
bahwa filsafat dalam arti formal berusaha untuk memahami kenyataan sebagai
suatu keseluruhan dengan menjelaskannya sedemikian rupa secara umum dan
sistematis. Pernyataan Kneller sejalan dengan pendapat Tafsir (2010: 5) yang
mengatakan bahwa objek yang diteliti filsafat ialah objek yang abstrak;
paradigma yang mendasari penelitiannya ialah paradigma rasional; metode
penelitiannya disebut metode rasional.
Demikian pula halnya dengan filsafat
pendidikan yang berusaha untuk memahami pendidikan secara lebih mendalam,
menafsirkannya dengan menggunakan konsep-konsep umum yang dapat menjadi
petunjuk atau arah bagi tujuan-tujuan dan kebijakan pendidikan. Dengan cara
yang sama, filsafat umum mengkoordinasikan temuan-temuan dari berbagai cabang
ilmu, dan filsafat pendidikan menafsirkan temuan-temuan ini untuk digunakan
dalam bidang pendidikan. Teori-teori ilmiah tidak memiliki implikasi langsung
dalam pendidikan; teori-teori ini tidak dapat langsung diterapkan dalam praktik
pendidikan tanpa terlebih dahulu diuji secara filsafati (Kneller, 1971: 5).
Teori filsafat pendidikan ialah teori rasional tentang pendidikan. Teori
tersebut tidak pernah dapat dibuktikan secara empiris. Di samping teori
filsafat pendidikan, ada pula teori ilmu pendidikan. Teori ini adalah teori
rasional dan ada bukti empiris tentang pendidikan (Tafsir, 2010: 6).
Selanjutnya, Kneller (1971: 4) juga
mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat umum atau filsafat
formal; artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara
berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat memberikan kritik pada
kebijakan pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa
memikirkan masalah-masalah filsafati yang umum seperti hakikat kehidupan yang
baik sebagai arah yang akan dituju oleh pendidikan, kodrat manusia itu sendiri,
sebab yang dididik itu adalah manusia; dan yang dicari adalah hakikat kenyataan
yang terdalam, yang menjadi pencarian semua cabang ilmu. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat formal dalam lapangan
pendidikan (Kneller, 1971: 5).
Sebagaimana halnya dengan filsafat
umum, filsafat pendidikan bersifat spekulatif, preskriptif, dan analitik.
Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat membangun teori-teori tentang
hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara menyusunnya sedemikian rupa
dan menginterpretasikan berbagai data dari penelitian pendidikan dan penelitian
ilmu-ilmu perilaku (psikologi behavioristik). Filsafat bersifat preskriptif
artinya filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-tujuannya, yaitu bahwa
pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara yang umum harus
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Filsafat pendidikan bersifat analitik
tatkala filsafat pendidikan berupaya menjelaskan pernyataan-pernyataan
spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas ide-ide pendidikan, baik
konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang berkaitan dengan
adanya distorsi pemikiran. Konsepkonsep pendidikan diuji secara kritis;
demikian pula dikaji juga apakah konsepkonsep tersebut memadai ataukah tidak
ketika berhadapan dengan fakta yang sebenarnya. Filsafat pendidikan berusaha
menjelaskan banyak makna yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai
istilah-istilah yang banyak digunakan dalam lapangan pendidikan seperti
”kebebasan”, ”penyesuaian”. ”pertumbuhan”, ”pengalaman”, ”kebutuhan”, dan
”pengetahuan”. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-hal yang
bersifat hakiki, maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh
cabang filsafat yang bernama metafisika atau ontologi. Ontologi menjadi salah
satu landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian pendidikan secara
filsafati memerlukan pula landasan epistemologis dan landasan aksiologis.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti, L. 2015. Mengenal
Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar