Ontologi perenialisme mengikuti paham
Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk rasional (animal rationale). Benda individual adalah benda sebagaimana nampak
di hadapan manusia ditangkap oleh panca indera sebagai substansi. Segala
sesuatu (benda dan manusia ) ada esensinya di samping ada aksidensi.
Esensi
benda-benda dan manusia lebih diutamakan daripada aksidensinya. Segala sesuatu
itu mempunyai unsur potensialitas yang dapat menjadi aktualitas melalui
tindakan “berada”.. Manusia adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas
(Gutek, 1988: 271).
Selain Aristoteles, tokoh lain yang
menjadi panutan kaum perenialis adalah Thomas Aquinas. Dalam pandangan Thomas
Aquinas (via Kneller, 1982: 20) manusia didefinisikan sebagai suatu
“spirit-dalam-dunia”, suatu perwujudan spirit yang memiliki kesatuan esensial
jasmani yang hidup. Manusia adalah unik, karena ia disusun dari pemenuhan
kebutuhan badaniah dan subtansi spiritual dan diletakkan di antara dua dunia,
dengan situasi jiwanya pada batas antara surga dan bumi. Manusia memiliki
keabadian, ketidakmatian, dan jiwa yang bukan material yang menghidupkan
prinsip-prinsip kesadaran diri dan kebebasan. Jiwa manusia menuntut (meminta)
perwujudan dan memiliki sejarah, dan eksistensi sosial, suatu kesementaraan,
berkaitan dengan bagian, yang mana manusia mengetahui, mencintai dan memilih.
Untuk kesinambungan alam,
masing-masing manusia dibentuk oleh waktu, tempat dan partisipasi khusus dalam
tulisan biografinya sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang dilahirkan,
tumbuh, dewasa, dan meninggal dalam keluarga dan komunitas sosial. Sebagai
hewan sosial dan komunikatif, manusia mengembangkan bahasa formal, menulis, dan
membaca. Pola komunitas dan komunikasi diperoleh dan harus dipelajari. Sekolah
sebagai agen sosial menyumbang perkembangan manusia sebagai seorang pemiikir
dan partisipan komunikasi dalam masyarakat hidup (Kneller, 1982: 20).
)))))))))))))))))))))))))))))))))))(((((((((((((((((((((((((((((((
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti, L. 2015. Mengenal
Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar