Kamis, 26 Januari 2017

Satu kata untukku 'Pulang'

Suatu hari..

aku meniatkan diriku untuk menyelesaikan membaca novel Tere Liye. sekali niat bummm judul novel yang kubaca adalah 'Pulang'.
Kesan pertama, hmm pasti sedih sedih gimana gitu.. eh ternyata bab 1 aja udah dihadiahin ketemu sama raja babi hutan, dan disitu tokoh utamanya untuk pertama kalinya merasakan apa itu rasa TAKUT dan untuk pertama kalinya dia kehilangan rasa TAKUT.

Bujang nama panggilan yang biasa digunakan untuk menyebut anak itu, dikampungnya, dikeluarganya bahkan dikeluarga barunya. dan sebutan lainnya adalah Babi Hutan, kurasa aku tahu kenapa dia dipanggil babi hutan. oh iya, si bujang ini sebenernya anak yang nurut sama ibunya. Dia tertarik belajar solat, mengaji, tetapi sayang bapaknya sangat galak melarang untuk dirinya melakukan kegiatan-kegiatan yang memag ada unsur ISLAMnya. Cuma yang aku tahu sampai saat ini, aku tidak tahu kenapa bapaknya sebegitu bencinya sama Islam padahal dulu beliau itu sangat terarik dan belajar tentang Islam. 

Ada yang mau kasih tau, atau haruskah aku baca ulang dan menganalisis sendiri. 'Kan kata Pukat juga, 'berfikirlah, gunakan otakmu, jangan hanya bisa bertanya-tanya saja.' wuhhh garang kali kau Pukat :D. Ahaha, yaudah lah nanti aku baca lagi bukunya.

Oh iya, dibuku ini juga diajarin apa SHADOW ECONOMY, mafia-mafia, cara menjadi samurai sejati, dan tentunya arti PULANG. 

Yang aku tangkap sepanjang novel adalah,
Pulang artinya kembali, kembali setelah berpergian jauh, kembali setelah mencapai tujuan hidup, dan kembali menenangkan jiwa untuk menunggu kehidupan selajutnya.
AAASSSIKKK :D


Pulang Quotes 
“hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui.

kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan.
satu-dua keputusan itu membuat kita bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan.” 

“Kesetiaan terbaik adalah pada prinsip-prinsip hidup, bukan pada yang lain. Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya.” 


“Hidup ini adalah perjalanan panjang. Kumpulan dari hari-hari. Di salah satu hari itu, di hari yang sangat spesial, kita dilahirkan. Kita menangis kencang saat menghirup udara pertama kali. Di salah satu hari lainnya, kita belajar tengkurap, belajar merangkak, untuk kemudian berjalan. Di salah satu hari berikutnya kita bisa mengendarai sepeda, masuk sekolah pertama kali, semua serba pertama kali. Dan kini kita penuh dengan kenangan masa kecil yang indah, seperti matahari terbit.

Lantas hari-hari melesat cepat. Siang beranjak datang dan kita tumbuh menjadi dewasa, besar. Mulai menemui pahit kehidupan. Maka, di salah satu hari itu, kita tiba-tiba tergugu sedih karena kegagalan atau kehilangan. Di salah satu hari berikutnya, kita tertikam sesak, tersungkur terluka, berharap hari segera berlalu. Hari-hari buruk mulai datang. Dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan tiba mengetuk pintu. Kemarin kita masih tertawa, untuk besok lusa tergugu menangis. Kemarin kita masih berbahagia dengan banyak hal, untuk besok lusa terjatuh, dipukul telak oleh kehidupan. Hari-hari menyakitkan.
Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.
Peluklah semuanya. Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebencian itu. Hanya itu cara agar hatimu damai. Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?” 


“Sepanjang kita mau melihatnya, maka kita selalu bisa menyaksikan masih ada hal indah di hari paling buruk sekalipun.” 

“Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.” 


“Meski semua hal itu adalah kenangan menyakitkan, kita baru merasa kehilangan setelah sesuatu itu telah benar-benar pergi, tidak akan mungkin kembali lagi.” 


“Guru Bushi selalu bilang, "Ingat, Bujang. Jika kau tidak membunuh mereka lebih dulu, maka mereka akan membunuhmu lebih awal. Pertempuran adalah pertempuran. Tidak ada ampun. Jangan ragu walau sehelai benang.” 


“Penyerangan apa pun yang tidak berhasil menghabisi kita, justru akan membuat kita semakin kuat. Penyerbuan apa pun yang tidak berhasil membenamkan kita, justru akan membuat kita berdiri semakin tegak.” 


“Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu masing-masing.” 


“Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.” 


“Aku melawan kakakku; kakakku dan aku melawan sepupuku; sepupu-sepupuku, saudara-saudaraku melawan orang asing. Pepatah ini adalah simbol kesetiaan. Artinya, keluarga adalah segalanya. Mereka boleh jadi bertengkar dengan saudara sendiri, tidak sependapat dengan sepupu sendiri. Tapi ketika datang orang asing, musuh, mereka akan bersatu padu, melupakan semua perbedaan. Kesetiaan adalah segalanya.” 


“Tuanku Imam benar. Akan selalu ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnya, memulai bab yang baru bersama matahari terbit.” 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar