Jumat, 17 Maret 2017

Pusat-Pusat Pertumbuhan

Pusat-Pusat Pertumbuhan
A.   Pengantar
Didalam menelaah wilayah, disamping menemukan batas-batas formal dan fungsional, perlu pula anda memperhatikan pusat-pusat pertumbuhan yang sedang berkembang disuatu wilayah tersebut. Apa yang dimaksud pertumbuhan?

Untuk mengenali pusat-pusat pertumbuhan suatu wilayah, biasanya dicirikan oleh adanya perkembangan yang pesat baik dalam pembangunan maupun kegiatan perekonomian. Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat, sehingga dijadikan sebagai pusat pembangunan yang dapat mempegaruhi kawasan-kawasan lain disekitarnya. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi suatu proses interaksi dengan wilayah disekitarnya. Sebagai contoh, Kota Bandung yang berkembang sangta pesat, secara langsung mempengaruhi kota-kota yang ada disekitarnya seperti Cimahi, Padalarang soreang, Ujung Berung, Rencaekek, Lembang. Bahkan lebih luas lagi Garut, Cianjur, Subang , Sumedang. Pesatnya pertumbuhan kota Bandung pada akhirnya harus memperluas wilayahnya ke Ujung Berung, sebagian wilayah Cimahi dan wilayah-wilayah lainnya yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Bandung sebelumnya.
Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan tingkat atau skalanya berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, regional atau daerah. Pusat pertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia contoh Kota Surabaya, Makasar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan kawasan di Indonesia Timur. Medan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Barat. Sedangkan pusat-pusat pertumbuhan regional atau daerah seperti “JABODETABEK” (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi), “BANDUNG RAYA”, Segi Tiga “SIJORI” (Segi Tiga Singapura-Johor-Riau), “GREBANG KERTOSUSILA” (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Adapun pendekatan yang dapat anda lakukan untuk mengenali lebih jauh mengenai pusat-pusat pertumbuhan tersebut adala sebagai berikut.
1.    Teori Tempat yang Sentral (Cetral PlaceTheory)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman Cristaller pada tahun 1933. Menurut teori bahwa ada tiga pertanyaan yang harus dijawab tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan  banyaknya kota; kedua apakah yang menentukan besarnya kota; dan ketiga, apakah yang menentukan persebaran kota.
Menurut Christaller ada konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Adapun Treshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Didalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, alat-alat rumah tangga, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dsb. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut disebut Range
Disisi lain pihak penyedia barang dan jasa baik pertokoan maupun pusat-pusat pelayanan jasa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, maka mereka harus paham benar berapa banyak jumlah minimal penduduk (calon konsumen) yang diperlukan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau jasa agar tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain mereka harus memilih lokasi yang strategis, yaitu sebuah pusat pelayanan berbagai kebutuhan penduduk dalam jumlah partisipasi yang maksimum. Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis barang kebutuhan dapat dibedakan sebagai berikut:
a.    Trishold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki resiko kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah barang-barang mewah, seperti: kendaraan bermotor, perhatian, dan barang-barang lainnya yang memang harganya relatif mahal dan sulit terjual. Untuk jenis-jenis barang seperti ini maka diperlukan lokasi yang sangat sentral seperti dikota besar yang relatif terjangkau oleh penduduk daerah sekitarnya dan terpenuhi jumlah penduduk minimal untuk menjaga kesinambungan suplai barang.

b.    Trishold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki resiko kecil untuk tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya barang-barang, karena produk memang membutuhkannya setiap hari. Untuk jenis barang-barang seperti ini maka lokasi penjualannya dapat ditempatkan sampai pada kota-kota atau wilayah kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar