SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
“PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN DAN PESERTA DIDIK ”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah PENGELOLAAN PENDIDIKAN
dengan dosen pengampu Dr. M. Hosnan, Dipl.
Ed., M.Pd.
Disusun oleh:
Robbiathul
Adawiyah
(2227150073)
Kelas:
4B/PGSD
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
Soal
dan jawaban Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
1.
Jelaskan
dan uraikan tentang manajemen sekolah efektif beserta ciri-cirinya!
2.
Jelaskan
pandangan wilford A. Weber dan James cooper tentang manajemen kelas yang baik!
3.
Uraikan
dan jelaskan manajemen pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar
dalam abad 21!
4.
Jelaskan
dan uraikan indikator keberhasilan menciptakan pengelolaan iklim sekolah yang
kondusif!
5.
Uraikan
hal-hal yang harus dipelajari guru dalam memasuki abad 21 berkaitan dengan inventive thinking dan digital age literacy!
Jawaban
1. MANAJEMEN
SEKOLAH EFEKTIF BESERTA CIRI-CIRINYA
PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Dalam membangun pendidikan, selain memakai
pendekatan makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi
fokus secara lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi
keseluruhan sekolah seperti iklim sekolah dan individu-individu yang terlibat
di sekolah baik guru, siswa, dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing
dan hubungan yang terjadi satu sama lain (Koster, 2005).
Sementara itu, Brookover (1979) mengungkapkan
bahwa input sekolah memang penting tetapi yang jauh lebih penting adalah
bagaimana mendayagunakan input tersebut yang terkait dengan individu-individu
di sekolah. Pemahaman terhadap institusi sekolah secara menyeluruh sangat
penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah. Pentingnya pemahaman
terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam kaitan dengan meningkatkan mutu
pendidikan tetapi juga sejalan dengan kebijakan nasional yaitu desentralisasi
pendidikan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Berkenaan dengan desentralisasi pendidikan
tersebut, di bidang pendidikan dasar, Depdiknas telah menyiapkan konsep otonomi
sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah. Dengan konsep ini, pemerintah tidak
hanya berharap pada meningkatnya mutu pendidikan melainkan juga tercapainya
pemerataan, relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya
otonomi sekolah, diharapkan sekolah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya
pendidikan dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta
sekolah dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu
melibatkan masyarakat dalam membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan pada
tingkat sekolah.
Sekolah merupakan suatu institusi yang
didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan staf administrasi yang
masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai
institusi pendidikan formal, sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang
mempunyai kemampuan akademis tertentu, keterampilan, sikap dan mental, serta
kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan
keahlian dan keterampilannya. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran bersifat
mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat
dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung
di sekolah. Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian
dikenal sekolah efektif dan sekolah tidak efektif yang mengacu pada sejauh mana
sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan.
Dengan kata lain, sekolah disebut efektif
jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian
umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan
dengan apa yang telah dicapai. Suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat
hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan
hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak
efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, 1969).
CIRI-CIRI SEKOLAH EFEKTIF
Ada beberapa ahli yang berhasil
mengidentifikasi ciri-ciri sekolah efektif, beberapa di antaranya adalah
Squires, et.al, dan Scheerens. David A. Squires, et.al. (1983) berhasil
merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu: (1) adanya standar disiplin yang berlaku
bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah; (2) memiliki suatu
keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas; (3) mempunyai standar prestasi
sekolah yang sangat tinggi; (4) siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang
telah direncanakan; (5) siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan
akademik; (6) adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (7) siswa
berpendapat kerja keras lebih penting dari pada faktor keberuntungan dalam
meraih prestasi; (8) para siswa diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui
secara umum; dan (9) kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan,
supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama dengan
para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademiknya.
Sementara itu, Jaap Scheerens (1992)
menyatakan bahwa sekolah yang efektif mempunyai lima ciri penting yaitu; (1)
kepemimpinan yang kuat; (2) penekanan pada pencapaian kemampuan dasar; (3)
adanya lingkungan yang nyaman; (4) harapan yang tinggi pada prestasi siswa; (5)
dan penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa. Mackenzie (1983)
mengidentifikasikan tiga dimensi pendidikan efektif yaitu kepemimpinan,
keefektifan dan efisiensi serta unsur pokok dan penunjang masingmasing dimensi
tersebut. Sementara Edmons (1979) menyebutkan bahwa ada lima karakteristik
sekolah efektif yaitu : (1) kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap
kualitas pengajaran, (2) pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran, (3) iklim
yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan pembelajaran, (4)
harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan tertentu, dan
(5) penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa.
Pengetahuan lain mengenai sekolah efektif
adalah sebagai berikut : (1) mampu mendemontrasikan kebolehannya mengenai
seperangkat kriteria ; (2) menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk
mencapainya; (3) adanya kepemimpinan yang kuat; (4) adanya hubungan yang baik
antara sekolah dengan orangtua siswa; dan (5) pengembangan staf dan iklim
sekolah yang kondusif untuk belajar (Townsend, 1994). Metode lain yang dipakai
untuk mengidentifikasikan sekolah yang efektif adalah : penggunaan standar tes,
pendekatan reputasi, dan penggunaan evaluasi sekolah serta pengembangan
berbagai aktifitas.
Kriteria atau karateristik manajemen sekolah
yang efektif meliputi 5 hal yaitu:
·
Kepemimpinan
dan perhatian kepala sekolah terhadap kualitas pengajaran
·
Pemahaman
yang mendalam terhadap pengajaran
·
Suasana
yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan pembelajaran
·
Harapan
bahwa semua siswa minimal menguasai ilmu pengetahuan tertentu
·
Penilian
siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa.
Peran kepala sekolah sangat besar karena
harus dapat mengembangkan program pendidikan disekolah. Pelatihan maupun
ketrampilan tekhnik tertentu merupakan kunci terlaksananya suatu penerapan
karena akan membentuk lingkungan kerja yang sesuai dengan tujuan program.
Kepemimpinan dan kerja tim saling melengkapi dalam pelaksanaan suatu kegiatan
pendidikan di sekolah. Kehilangan faktor komunikasi antar bagian dan
pelaksanaan dapat menjadi beban atau kendala dari pelaksanaan kegiatan.
Stategi ini berbeda dengan konsep mengenai
pengelolaan sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama birokrasi
pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan
yang bukan hanya kebijakan yang bersifat makro saja, tetapi lebih jauh kedalam
hal-hal yang bersifat mikro. Sekolah cenderung hanya melaksanakan
kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa, lingkungan sekitar dan harapan orang tua. Pengalaman merupakan bahwa
sistem lama sering menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan
sekolah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan didalam proses meningkatkan
mutu pendidikan.
2. Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 :
230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the
teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable
students to achieve their instructional objectives efficiently – that will
enable them to learn.
Pengertian di atas menekankan bahwa manajemen
kelas lebih mengarah pada seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru
menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para
siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efesien.
Lebih lanjut Wilford
mengemukakan mengenai pandangan-pandangan yang bersifat
filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas :
1.
pendekatan otoriter :
siswa perlu diawasi dan diatur;
2.
pendekatan intimidasi
: mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi;
3.
pendekatan permisif :
memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya
memantau apa yang dilakukan siswa;
4.
pendekatan resep
masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa
yang boleh dan apa yang tidak;
5.
pendekatan pengajaran
: guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan
perilaku siswa yang tidak diharapkan;
6.
pendekatan modifikasi
perilaku : mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa;
7.
pendekatan iklim
sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa ;
8.
pendekatan sistem
proses kelompok/dinamika kelompok : meningkatkan dan
memelihara kelompok kelas yang efektif dan
produktif. Dari kedelapan pendekatan tersebut
yang akan mengoptimalisasikan pengelolaan kelas
adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses
kelompok/ dinamika kelompok.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru
dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan
interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain
melakukan perencanaan/persiapan mengajar.
Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung
pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki motivasi yang tinggi akan dapat
mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu sendiri bukanlah
tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi apabila guru dapat
mengelola kelas dengan baik, maka kegiatan
belajar mengajar-nya akan berjalan baik dan
siswa-siswa-nya akan berprestasi tinggi. Mengelola kelas
merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
belajar mengajar. Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat
mentransfer materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan
menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Disadari atau tidak, motivasi kerja guru akan
mempengaruhi perilaku guru dalam melakukan tugas pekerjaannya. Guru yang
pertama-tama memikirkan mengenai penghasilan/gaji akan memandang pekerjaannya
sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan sekolah merupakan organisasi yang
menjamin kesejahteraan guru. Guru akan cenderung agar sekolah
menerima siswa baru dengan memperhatikan kemampuan
ekonomi siswa/orang tua siswa. Guru akan berupaya untuk memberikan pelajaran
tambahan sebanyak mungkin pada siswa agar mendapatkan tambahan honor
sebagaimana diharapkan. Guru juga akan mengajar di banyak sekolah agar mendapat
penghasilan tambahan. Akibat perilaku guru seperti itu, guru tidak akan
sempat mempersiapkan pelajarannya dengan baik
atau memeriksa tugas siswa satu per satu; guru hanya akan mengajar
dengan metode mengajar yang mudah dilakukan baginya tanpa memperhatikan apakah
siswa-siswanya dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya.
Sebaliknya guru yang
menaruh perhatian pada perkembangan siswa, akan
berupaya menyumbangkan segala kemampuannya untuk kepentingan siswa. Guru
berupaya membantu siswa yang mempunyai kemapuan belajar yang rendah. Guru akan
menggunakan berbagai metoda mengajar agar siswa dapat mengerti materi pelajaran
yang diajarkannya. Guru tersebut akan mempunyai kreativitas yang tinggi; mau
mengorbankan waktunya agar siswa bisa berprestasi. Guru akan merasa puas
apabila siswa berhasil dengan baik.
Kedua perilaku guru yang digambarkan di atas
tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki guru. Guru yang satu mempunyai
motivasi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan guru yang lain
mempunyai motivasi yang tinggi, bukan untuk kepentingan diri guru itu sendiri,
melainkan untuk kepentingan siswa, untuk kepentingan proses belajar mengajar
yang dilakukannya agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkannya,
dapat mengembangkan potensi dirinya, dapat mempunyai wawasan yang luas dan
berprestasi tinggi.
Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan
tidak hanya untuk kepentingan dirinya, akan dapat
melakukan pengelolaan kelas dengan tepat. Guru
tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa
dan kelasnya. Guru akan melakukan yang
terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer
materi pelajaran pada siswa, guru akan
mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan
baik. Guru akan mencermati kemampuan para
siswa satu per satu, sehingga guru
mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah,
sedang atau tinggi. Dengan demikian guru
akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang
banyak; guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang
harus digunakan. Guru akan menentukan berapa
banyak tugas yang perlu diberikan. Hubungan yang
bagaimana yang perlu dilakukan guru dengan siswa, agar kesulitan belajar siswa
dapat teratasi; motivasi belajar siswa terus meningkat.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja guru ada hubungan dengan efektivitas pengelolaan kelas. Makin
tinggi motivasi kerja guru, makin tinggi efektivitas pengelolaan kelas yang
dapat dicapai. Demikian pula motivasi kerja guru ada hubungannya dengan gaya
kepemimpinan guru dalam arti guru yang memiliki motivasi kerja
tinggi, akan berupaya untuk melakukan
berbagai strategi untuk keberhasilan PBM-nya
termasuk untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang
tepat.
Gaya kepemimpinan yang perlu dimiliki guru
adalah gaya kepemimpinan situasional, artinya seorang guru perlu memiliki
kemampuan untuk menggunakan suatu gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan
kelas dalam melaksanakan PBM.
Gaya kepemimpinan ini akan menentukan
efektivitas dan efisiensi kepemimpinan seseorang. Pengelolaan kelas yang
berhasil dengan baik akan ditentukan pula oleh kepemimpinan dan
gaya kepemimpinan guru yang mengelola kelas
tersebut. Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan.
Selain faktor motivasi kerja guru, faktor
lain yang ada pada pribadi guru dan ikut menentukan
efektivitas pengelolaan kelas yaitu gaya
kepemimpinan guru. Gaya kepemimpinan adalah bagian dari kepemimpinan
seorang guru yang disadari atau tidak, dimiliki oleh guru tersebut. Gaya
memimpin kelas memberikan bobot tersendiri bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mentransfer materi pelajaran pada
siswa.
3. MANAJEMEN
PEMBELAJARAN YANG DAPAT MEMOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR DALAM ABAD 21
Proses belajar mengajar, motivasi sangat
diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Maka motivasi intrinsik sangat
penting dalam aktivitas belajar. Namun sesorang yang tidak mempunyai keinginan
untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan. Guru memegang posisi penting dalam memberikan dorongan dan harapan,
seseorang dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan
rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar, sebab keterlibatan anak secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi
efektif dan dapat mencapai hasil yang dinginkan. Seorang guru hendaknya
menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar
untuk belajar dengan sungguh- sungguh.
Menumbuhkan motivasi belajar siswa di dalam
kelas ada berapa cara diantaranya adalah melalui cara mengajar yang bervariasi,
mengadakaan pengulangan informasi, memberi stimulus baru misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, mengguankan media dan
alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram,
dan sebagainya.31 Pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan,
tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara
perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, memberikan sikap positif terhadap
guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual,
dan mendorong anak didik untuk belajar.
Berdasarkan uraian diatas kemampuan guru
dalam mengelola kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa
kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat
menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif
terhadap pembelajaran siswa. Sehingga dengan adanya pengelolaan kelas yang
efektif yang dilakukan oleh guru diharapkan akan muncul motivasi yang kuat pada
diri peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
4.
INDIKATOR PENGELOLAAN
KELAS YANG BERHASIL
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur
bahwa pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :
1.
Guru mengerti
perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2.
Sebagai guru jika
anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.
Guru mengetahui
perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara
masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain )
dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara
masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan
peraturan kelas.
4.
Guru melakukan
pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan
siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5.
Guru tidak
mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker,
penghilangan hak siswa dan lain-lain)
6.
Guru mengerti bahwa
perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa
dipelajari
Dalam
prosesnya ada juga guru yang belum pandai dalam mengelola kelas, sehingga
tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Disini akan dijelaskan hal-hal yang
membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak :
1.
Guru yang kurang
berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung
mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama
setahun penuh.
2.
Guru yang efektif
menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur
5.
HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI GURU DALAM
MEMASUKI ABAD 21 BERKAITAN DENGAN INVENTIVE
THINKING DAN DIGITAL AGE LITERACY.
Berpikir kreatif ( Creative Thinking ) adalah suatu
proses berpikir yang mampu memecahkan masalah dengan cara yang orisinil dan
berguna. Untuk mempelajari creative thinking, elemen input perlu difahami, di
persiapkan dan dibiasakan untuk memperkuat pemahaman elemen proses, seperti
wawasan pemahaman dan pengertian tentang berfikir, kreatif, inovasi,
ingatan(memori), kecerdasan(intelegensi), emosi, motivasi, impian, sukses, dan
disiplin.
1.
BERFIKIR
Manusia mempunyai waruga yang terdiri atas elemen
akertaji, yaitu jiwa (roh, nurani) dan elemen kertaji yaitu badan (raga sekujur
tubuh, termasuk panca indera). Arti kata berfikir Berfikir adalah upaya
seseorang yang mempunyai, memiliki, atau menemukan bahan berfikir untuk diolah
dan kemudian dicarikani solusi terbaiknya. Ruang Lingkup dan Sasaran berfikir Ruang
lingkup berfikir sangat beragam, misanya berfikir positif, berfikir negative,
berfikir abstrak, dll. Sasaran berfikir bisa tertuju pada tatanan ide,
kebijakan, strategi, taktik, dan tindakan.
a. Berfikir positif
Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya. Berfikir positif mengajak anda membuka mata hati menjadi orang yang tabah, berprasangka baik, dan mempunyai keimanan. Berfikir positif juga menghindari atau mencegah dampak buruk.
b. Berfikir Konvergen
Berfikir Konvergen adalah berfikir rasional, berfikiran tajam, memberdayakan data yang terekam dalam otak kiri, dan menyimpulkan hasil berfikir.
c. Berfikir Divergen
Berfikir Divergen adalah berfikir kreatif, bawah sadar, tidak rasional, dan memandang persoalan dari berbagai sudut pandang.
d. Berfikir Kognitif
Berfikir Kognitif adalah berfikir yang memerlukan konsentrasi berfikir dan kemahiran.
e. Berfikir Kritis
Berfikir Kritis adalah analitis, berbasis dalil, misalnya untuk mendeskripsikan kesalahan dan keraguan seputar akar persoalan.
f. Berfikir Abstrak
Berfikir Abstrak adalah upaya seseorang atau lebih yang memiliki bahan berfikir, tentang persoalan akertaji, tidak berwujud, dan berlawanan dengan berfikir kongkrit.
g. Berfikir Kreatif
berfikir kreatif (creative thinking), terdiri atas dua kata yaitu berfikir dan kreatif. Berfikir kretiatif adalah aktifitas orang mencari solusi terbaik atas keinginan sendiri, yang menuntun pemikiran untuk meraih hasil original atau temuan yang baru dan belum ada.
h. Berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah adalah berfikir berdasarkan metode ilmiah untuk menghasilkan produk ilmiah. Misalnya karya tulis ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertsi.
a. Berfikir positif
Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya. Berfikir positif mengajak anda membuka mata hati menjadi orang yang tabah, berprasangka baik, dan mempunyai keimanan. Berfikir positif juga menghindari atau mencegah dampak buruk.
b. Berfikir Konvergen
Berfikir Konvergen adalah berfikir rasional, berfikiran tajam, memberdayakan data yang terekam dalam otak kiri, dan menyimpulkan hasil berfikir.
c. Berfikir Divergen
Berfikir Divergen adalah berfikir kreatif, bawah sadar, tidak rasional, dan memandang persoalan dari berbagai sudut pandang.
d. Berfikir Kognitif
Berfikir Kognitif adalah berfikir yang memerlukan konsentrasi berfikir dan kemahiran.
e. Berfikir Kritis
Berfikir Kritis adalah analitis, berbasis dalil, misalnya untuk mendeskripsikan kesalahan dan keraguan seputar akar persoalan.
f. Berfikir Abstrak
Berfikir Abstrak adalah upaya seseorang atau lebih yang memiliki bahan berfikir, tentang persoalan akertaji, tidak berwujud, dan berlawanan dengan berfikir kongkrit.
g. Berfikir Kreatif
berfikir kreatif (creative thinking), terdiri atas dua kata yaitu berfikir dan kreatif. Berfikir kretiatif adalah aktifitas orang mencari solusi terbaik atas keinginan sendiri, yang menuntun pemikiran untuk meraih hasil original atau temuan yang baru dan belum ada.
h. Berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah adalah berfikir berdasarkan metode ilmiah untuk menghasilkan produk ilmiah. Misalnya karya tulis ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertsi.
Ruang lingkup
kedalaman berfikir
1. Tataran berfikir rasional.
Berfikir rasional adalah berfikir sadar filosof berdasarkan kekuatan pengamatan yang dapat ditangkap panca indera.
2. Tataran Berfikir Suprarasional
Berfikir Suprarasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia benar, sekalipun melawan hukum alam karena diukur dari logika yang ada di dalam susunan argumennya. Paradigma berfikir
Paradigma berfikir bersumber dari inside-in (diri sendiri) dan outside-in (dari luar). Paradigma berfikir dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan ilmu.
1. Tataran berfikir rasional.
Berfikir rasional adalah berfikir sadar filosof berdasarkan kekuatan pengamatan yang dapat ditangkap panca indera.
2. Tataran Berfikir Suprarasional
Berfikir Suprarasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia benar, sekalipun melawan hukum alam karena diukur dari logika yang ada di dalam susunan argumennya. Paradigma berfikir
Paradigma berfikir bersumber dari inside-in (diri sendiri) dan outside-in (dari luar). Paradigma berfikir dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan ilmu.
Hasil berfikir
Hasil berfikir adalah produk berfikir yang mampu mempengaruhi kerangka berfikir, sehingga membuat pikiran terfokus pada persoalan khusus. Hasil berfikir menjadi sumber akal, yang digunakan untuk menyikapi peristiwa yang difikirkan dan persoalan yang dihadapi, yaitu bagaimana mencari solusi terbaik terhadap peristiwa yang menyenangkan atau menyusahkan.
Hasil berfikir adalah produk berfikir yang mampu mempengaruhi kerangka berfikir, sehingga membuat pikiran terfokus pada persoalan khusus. Hasil berfikir menjadi sumber akal, yang digunakan untuk menyikapi peristiwa yang difikirkan dan persoalan yang dihadapi, yaitu bagaimana mencari solusi terbaik terhadap peristiwa yang menyenangkan atau menyusahkan.
2.
KREATIF
Kreatif adalah sebutan kepada orang yang memiliki daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan temuan baru.
Prinsip-prinsip Kreatif. Kreativitas, dan Teknik Berpikir.
Orang kreatif adalah:
1. sadar kreatif.
2. bersedia untuk mengambil risiko dan gagal.
3. menyadari tekanan kesesuaian dan tidak takut untuk berbeda.
4. melihat sesuatu dari titik pandang yang berbeda.
5. tidak ambil ide pertama yang datang
6. bermain dengan ide-ide dan bertindak seperti anak kecil dan memikirkan kemungkinan liar.
Kreatif adalah sebutan kepada orang yang memiliki daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan temuan baru.
Prinsip-prinsip Kreatif. Kreativitas, dan Teknik Berpikir.
Orang kreatif adalah:
1. sadar kreatif.
2. bersedia untuk mengambil risiko dan gagal.
3. menyadari tekanan kesesuaian dan tidak takut untuk berbeda.
4. melihat sesuatu dari titik pandang yang berbeda.
5. tidak ambil ide pertama yang datang
6. bermain dengan ide-ide dan bertindak seperti anak kecil dan memikirkan kemungkinan liar.
Kreativitas tidak
misterius, itu adalah modifikasi dari ide-ide lama atau combo baru lama, dengan
cara berpikir dan cara hidup, bukan hanya bagi para seniman, penemu, atau
ilmuwan. Teknik “6 Thinking Hats” yang diciptakan oleh EDWARD de BONO.
‘Six Thinking Hats’
adalah salah satu teknik pengambilan keputusan yang penting dan powerful. Hal
ini digunakan untuk melihat keputusan dari sejumlah perspektif penting. Teknik
ini memaksa Anda untuk bergerak di luar kebiasaan gaya berpikir Anda dan
membantu Anda untuk mendapatkan tampilan yang lebih bulat dari sebuah situasi.
Setiap ‘Thinking
Hats’ memiliki gaya berpikir yang berbeda. Dengan penjelasan sebagai berikut :
White Hat: Topi ini berfokus pada data yang tersedia. Lihat informasi yang Anda miliki dan lihat apa yang dapat Anda pelajari. Gunakan untuk menganalisa tren masa lalu dan mencoba untuk ekstrapolasi dari data historis tersebut untuk menjadi jalan tengah.
Red Hat: Topi merah, berarti Anda melihat masalah dengan menggunakan intuisi dan emosi. Juga mencoba untuk berpikir bagaimana orang lain akan bereaksi secara emosional. Cobalah untuk memahami tanggapan dari orang-orang yang sepenuhnya tidak tahu alasan Anda.
Black Hat: Menggunakan pemikiran topi hitam, bahwa melihat semua poin yang buruk (yang akan timbul) dari suatu keputusan. Melihat secara berhati-hati dan defensif. Hal ini penting karena menyoroti titik lemah dalam suatu rencana, sehingga memungkinkan Anda untuk meminimalisir efek negatif dari rencana atau mempersiapkan rencana alternatif.
Yellow Hat: Topi kuning membantu Anda untuk berpikir positif. Ini adalah sudut pandang optimis yang membantu Anda untuk melihat semua manfaat dari keputusan dan nilai di dalamnya. Dengan Topi Kuning membantu Anda untuk terus berjalan ketika semuanya tampak suram dan sulit.
Green Hat: Topi hijau merupakan lambang kreativitas, di mana Anda dapat mengembangkan kreatif untuk suatu permasalahan. Ini adalah cara berpikir bebas, di mana akan ada sedikit kritik atas ide yang dikemukakan.
Blue Hat: Topi biru digunakan untuk pengendalian proses. Topi ini dipakai oleh orang-orang yang memimpin pertemuan. Ketika berjalan ke dalam kesulitan karena ide-ide yang berjalan kering, mereka dapat mengarahkan kegiatan ke dalam pemikiran Green Hat, dan ketika rencana darurat yang diperlukan, mereka akan meminta Black Hat untuk berpikir.
White Hat: Topi ini berfokus pada data yang tersedia. Lihat informasi yang Anda miliki dan lihat apa yang dapat Anda pelajari. Gunakan untuk menganalisa tren masa lalu dan mencoba untuk ekstrapolasi dari data historis tersebut untuk menjadi jalan tengah.
Red Hat: Topi merah, berarti Anda melihat masalah dengan menggunakan intuisi dan emosi. Juga mencoba untuk berpikir bagaimana orang lain akan bereaksi secara emosional. Cobalah untuk memahami tanggapan dari orang-orang yang sepenuhnya tidak tahu alasan Anda.
Black Hat: Menggunakan pemikiran topi hitam, bahwa melihat semua poin yang buruk (yang akan timbul) dari suatu keputusan. Melihat secara berhati-hati dan defensif. Hal ini penting karena menyoroti titik lemah dalam suatu rencana, sehingga memungkinkan Anda untuk meminimalisir efek negatif dari rencana atau mempersiapkan rencana alternatif.
Yellow Hat: Topi kuning membantu Anda untuk berpikir positif. Ini adalah sudut pandang optimis yang membantu Anda untuk melihat semua manfaat dari keputusan dan nilai di dalamnya. Dengan Topi Kuning membantu Anda untuk terus berjalan ketika semuanya tampak suram dan sulit.
Green Hat: Topi hijau merupakan lambang kreativitas, di mana Anda dapat mengembangkan kreatif untuk suatu permasalahan. Ini adalah cara berpikir bebas, di mana akan ada sedikit kritik atas ide yang dikemukakan.
Blue Hat: Topi biru digunakan untuk pengendalian proses. Topi ini dipakai oleh orang-orang yang memimpin pertemuan. Ketika berjalan ke dalam kesulitan karena ide-ide yang berjalan kering, mereka dapat mengarahkan kegiatan ke dalam pemikiran Green Hat, dan ketika rencana darurat yang diperlukan, mereka akan meminta Black Hat untuk berpikir.
3.
INOVASI
Inovasi adalah pembaruan atau perubahan. Menginovasi adalah memperkenalkan hal baru. Inovator adalah orang yang membuat perubahan.
Produk inovatif yaitu output yang berupa macam-macam produk berdaya guna yang diperlukan manusia di darat, laut, udara, dan di ruang angkasa, mulai dari peralatan sederhana sampai peralatan perang yang canggih.
Inovasi adalah pembaruan atau perubahan. Menginovasi adalah memperkenalkan hal baru. Inovator adalah orang yang membuat perubahan.
Produk inovatif yaitu output yang berupa macam-macam produk berdaya guna yang diperlukan manusia di darat, laut, udara, dan di ruang angkasa, mulai dari peralatan sederhana sampai peralatan perang yang canggih.
4.
INGATAN
Ingatan(memori) adalah proses mental didalam otak yang mencakup pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali ingatan tersebut.
a. Input ingatan, adalah proses pembelajaran yang memasukan sinyal sensoris (data input) dari luar tubuh dan mencamkan data masukan, seperti pengalaman, pengetahuan, ilmu yang diperoleh dari masa lalu, termasuk masukan yang muncul dari diri sendiri.
Dalam bahasa teknologi informatika, yang dimaksud input disini adalah masukan sinyal sensoris yang diterima lewat panca indera.
b. Proses ingatan, adalah kegiatan menyimpan masukan sinyal sensoris, berupa data input pengalaman, pengetahuan, dan ilmu kedalam sensory storage di dalam otak. Berdasarkan kapasitas coded data, dikenal ada ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory). Agar data atau informasi dapat lebih lama disimpan, memori jangka pendek bisa dipindahkan ke memory jangka panjang.
c. Output ingatan, adalah proses mengeluarkan kembali data input yang telah diberi kode yang tersimpan didalam struktur memori. Data yang tersimpan di memori dapat dikeluarkan kembali sesuai keperluan. Faktor tiga serangkai: Kondisi fisik, usia, dan lupa, adalah tiga factor yang harus dijaga fungsinya. Karena faktor tersebut mempengaruhi lama tidaknya ingatan seseorang.
Ingatan(memori) adalah proses mental didalam otak yang mencakup pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali ingatan tersebut.
a. Input ingatan, adalah proses pembelajaran yang memasukan sinyal sensoris (data input) dari luar tubuh dan mencamkan data masukan, seperti pengalaman, pengetahuan, ilmu yang diperoleh dari masa lalu, termasuk masukan yang muncul dari diri sendiri.
Dalam bahasa teknologi informatika, yang dimaksud input disini adalah masukan sinyal sensoris yang diterima lewat panca indera.
b. Proses ingatan, adalah kegiatan menyimpan masukan sinyal sensoris, berupa data input pengalaman, pengetahuan, dan ilmu kedalam sensory storage di dalam otak. Berdasarkan kapasitas coded data, dikenal ada ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory). Agar data atau informasi dapat lebih lama disimpan, memori jangka pendek bisa dipindahkan ke memory jangka panjang.
c. Output ingatan, adalah proses mengeluarkan kembali data input yang telah diberi kode yang tersimpan didalam struktur memori. Data yang tersimpan di memori dapat dikeluarkan kembali sesuai keperluan. Faktor tiga serangkai: Kondisi fisik, usia, dan lupa, adalah tiga factor yang harus dijaga fungsinya. Karena faktor tersebut mempengaruhi lama tidaknya ingatan seseorang.
5.
KECERDASAN
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan potensial umum untuk belajar yang bertahan hidup yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, berfikir abstrak, dan memecahkan masalah.
Tes IQ digunakan untuk mengetahui cerdas tidaknya seorang anak. Cerdas ini terbagi dua, yaitu cerdas umum dan cerdas spesifik. Cerdas bisa dilatarbelakangi oleh perngaruh bawaan dan pengaruh lingkungan.
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan potensial umum untuk belajar yang bertahan hidup yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, berfikir abstrak, dan memecahkan masalah.
Tes IQ digunakan untuk mengetahui cerdas tidaknya seorang anak. Cerdas ini terbagi dua, yaitu cerdas umum dan cerdas spesifik. Cerdas bisa dilatarbelakangi oleh perngaruh bawaan dan pengaruh lingkungan.
6.
EMOSI
Emosi tidak lagi dianggap sebagai penghambat dalam kehidupan. Sekarang emodi dianggap sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, menghidupkan perkembangan dan penalaran. Emosi merupakan sarana untuk bertahan hidup (survival) dan pemberi kekuatan hidup (energizer).
Energizer mencakup emosi positif, seperti rasa cinta, dan emosi negative, seperti benci, marah.
Emosi tidak lagi dianggap sebagai penghambat dalam kehidupan. Sekarang emodi dianggap sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, menghidupkan perkembangan dan penalaran. Emosi merupakan sarana untuk bertahan hidup (survival) dan pemberi kekuatan hidup (energizer).
Energizer mencakup emosi positif, seperti rasa cinta, dan emosi negative, seperti benci, marah.
7.
MOTIVASI
Motivasi adalah minat, niat, tujuan. To motivate adalah mendorong. Motif adalah hasrat atau keinginan mendorong.
Motivasi adalah minat, niat, tujuan. To motivate adalah mendorong. Motif adalah hasrat atau keinginan mendorong.
8.
IMPIAN
Impian adalah produk yang di impikan berdasarkan rencana tentang masa depan yang ingin terwujud.
Masa depan adalah hari esok yang tidak pasti karena upaya menempuh masa depan menghadapi 2 macam rintangan, yaitu perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki. Masa depan adalah abstrak, namun perlu diyakini bahwa hal itu akan terjadi.
Impian adalah produk yang di impikan berdasarkan rencana tentang masa depan yang ingin terwujud.
Masa depan adalah hari esok yang tidak pasti karena upaya menempuh masa depan menghadapi 2 macam rintangan, yaitu perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki. Masa depan adalah abstrak, namun perlu diyakini bahwa hal itu akan terjadi.
9.
SUKSES
Pedagang tempo dulu mengartikan bahwa ia dikatakan sukses karena memiliki harta berupa uang yang berlimpah atas jerih payahnya.
Pedagang tempo dulu mengartikan bahwa ia dikatakan sukses karena memiliki harta berupa uang yang berlimpah atas jerih payahnya.
Tantangan dan
tuntutan
Dalam tata kehidupan bermasyarakat, di dalam menjalani tantangan dan tuntutan hidup ada cobaan, ujian, dan perubahan.
Dalam tata kehidupan bermasyarakat, di dalam menjalani tantangan dan tuntutan hidup ada cobaan, ujian, dan perubahan.
Sukses harus gigih
diupayakan dengan berfikir positif, secara sungguh-sungguh, pikiran jernih, dan
tindakan yang tepat seperti:
a. Membiasakan berdoa dalam hati untuk kebaikan yang bersangkutan, yaitu setiap kali berjumpa dengan orang lain.
b. Berprasangka baik
c. Bergaul dengan mereka yang berfikir positif
a. Membiasakan berdoa dalam hati untuk kebaikan yang bersangkutan, yaitu setiap kali berjumpa dengan orang lain.
b. Berprasangka baik
c. Bergaul dengan mereka yang berfikir positif
10.
DISIPLIN
Keteraturan
Keteraturan itu ada dan ditemukan dalam ragam tata kehidupan manusia, seperti:
a. Keteraturan makan, kerja, istirahat, tidur bangun.
b. Tata kehidupan manusia, mulai dari pralahir, pascalahir, pascamati.
c. Mengikuti pendidikan teratur. Mulai dari TK hingga PT.
Keteraturan
Keteraturan itu ada dan ditemukan dalam ragam tata kehidupan manusia, seperti:
a. Keteraturan makan, kerja, istirahat, tidur bangun.
b. Tata kehidupan manusia, mulai dari pralahir, pascalahir, pascamati.
c. Mengikuti pendidikan teratur. Mulai dari TK hingga PT.
Disiplin
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Displin ada 2 macam,
yaitu:
a. Disiplin hidup, adalah perilaku taat, patuh alamiah yang menyatu pada dirinya.
b. Disiplin mati, adalah taat dan patuh pada aturan yang disepakati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
a. Disiplin hidup, adalah perilaku taat, patuh alamiah yang menyatu pada dirinya.
b. Disiplin mati, adalah taat dan patuh pada aturan yang disepakati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari ketidakteraturan
menuju ketertiban
Saat seseorang dilahirkan belum ada keteraturan, kemudian dalam perjalanan hidupnya, pendidikan yang ia tempuh menuntunnya pada ketertiban. Ketertiban tersebut berkembang menjadi tingkah laku, dan tingkah laku tersebut menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi perilaku.
Saat seseorang dilahirkan belum ada keteraturan, kemudian dalam perjalanan hidupnya, pendidikan yang ia tempuh menuntunnya pada ketertiban. Ketertiban tersebut berkembang menjadi tingkah laku, dan tingkah laku tersebut menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi perilaku.
Kehidupan seseorang
bukan hanya berbasis pada perilaku, tetapi juga mencakup:
a. Naluri (instinct) yang mampu menangkap isyarat melalui firasat
b. Kecerdasan (intelligence), adalah elemen paling penting bagi manusia untuk memahami fakta dan peristiwa kehidupan.
a. Naluri (instinct) yang mampu menangkap isyarat melalui firasat
b. Kecerdasan (intelligence), adalah elemen paling penting bagi manusia untuk memahami fakta dan peristiwa kehidupan.
Aspek
keterampilan dalam domain Digital-Age Literacy
berdasarkan enGauge 21st Century
Skill
Di abad 21,
kemampuan literasi tidak hanya
terbatas paka kemampuan
membaca, mendengar, menulis dan
berbicara secara lisan, namun
lebih daripada itu, kemampuan literasi ditekankan pada
kemampuan literasi yang
terkoneksi satu dengan
lainnya di era digital seperti saat
ini. NCREL & Metiri Group, (2003),
dalam enGauge 21st Century
Skills, menyatakan bahwa literasi
di era digital
mencakup beberapa komponen, antara lain:
(1). Literasi dasar –
kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis;
(2) Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dan proses sains;
(3) Literasi
teknologi – pengetahuan tentang apa
itu teknologi, bagaimana
cara kerjanya dan bagaimana
cara menggunakannya secara
efektif dan efisien;
(4)
Literasi ekonomi – pengetahuan tentang prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 117
masalah, situasi dan perkembangan ekonomi;
(5)
Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar
dan video menggunakan media
konvensional dan modern;
(6)
Literasi informasi – kemampuan untuk
memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi
secara efektif dan efisien
dari berbagai sumber;
(7) Literasi multicultural –
kemampuan untuk
mengapresiasi perbedaan nilai,
keyakinan dan budaya orang
lain; dan
(8) Kesadaran global – kemampuan
untuk memahami dan permasalahan di tingkat global.
Aspek keterampilan abad 21 pada domain Digital-Age
Literacy Skills Aspek
Basic
1. Berbahasa Inggris (membaca, menulis. Mendengarkan,
berbicara)
2. Numerik (komputasi aritmatika, penalaran matematis)
Scientific
1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep
dan proses ilmiah
2. Menganalisis jawaban dari rasa ingin tahu
didasarkan atas pengalaman
3. Kemampuan mendeskripsikan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena alam
4. Membaca dan memahami artikel ilmiah
5. Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
6. Mengevaluasi kualitas informasi ilmiah
Economic
1. Mengidentifikasi masalah-masalah ekonomi
di tingkat lokal
2. Mengidentifikasi masalah-masalah ekonomi
di tingkat global
Information
1. Sebelum mengakses informasi (membedakan
apa yang ingin diketahui dan dibutuhkan dari sumber berbeda berdasarkan
kredibilitas sumber)
2. Ketika mengakses informasi (mengidentifikasi
informasi yang relevan)
3. Setelah informasi diperoleh (menggunakan
untuk tujuan spesifik menggunakan sejumlah alat dan media)
Technological
1. Menggunakan berbagai macam teknologi untuk
meningkatkan produktivitas
2. Menggunakan berbagai
alat komunikasi untuk
mengkomuikasikan ide kepada orang lain
3. Menggunakan teknologi untuk memcahkan
masalah
Visual
1. Memahami
elemen dasar dari desain visual
2. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam media
elektronik secara visual
Multicultural
1. Memahami
dan mengapresiasi persamaan dan
perbedaan nilai, kepercayaan dan budaya
2. Kepekaan
terhadap informasi yang
mengandung SARA
3. Mempelajari budaya lain
Global
Awareness
1. Memiliki kesadaran tentang isu-isu global
2. Memiliki
pengetahuan tentang permasalahan
global
3. Menganalisis
cara pemecahan masalah-masalah
global
Tidak ada komentar:
Posting Komentar