Sabtu, 21 Oktober 2017

MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY MODELS

MODEL PEMBELAJARAN

SCIENTIFIC INQUIRY MODELS
(Model penelitian Ilmiah)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran SD
Dosen Pengampu Nana Hendracipta, M.Pd .





Disusun Oleh Kelompok 4 Kelas V/B
Maharani Ani Naimah             (2227150075)
Robbiathul Adawiyah             (2227150073)
Siti Solekhah                           (2227150049)


FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNTIRTA
2017

Model Pembelajaran Scientific Inquiry
(Penelitian Ilmiah)

Pada 25 Juni 2002, siswa kelas 5 bimbingan John sedang mencari rubric science times di majalah New York times. Dalam rubrik itu, mereka membaca sebuah laporan panjang tentang proyek penyebarluasan genome di Islandia (Wade, 2002). Sekolah di mana John mengajar ini memang telah sejak dulu berlangganan koran yang memuat rubrik elektronik, dan ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik dalam kelas. John seringkali membimbing siswa membaca cerita-cerita yang berhubungan dengan persoalan-persoalan di belahan dunia yang biasa mereka pelajari atau objek-objek berita nasional dan internasional yang seharusnya mereka tahu. Belajar dalam bentuk tim, mereka juga mencari segmen-segmen lain di majalah yang dianggap cukup menarik. Sebagaimana hari ini, John memproyeksikan sebuah artikel yang membahas seputar masalah-masalah elektronik, layar (screen) misalnya, yang menggunakan monitor LCD atau OHP, dan mcmbacakan artikel tersebut pada siswa. Setelah itu, poin-poin penting dalam artikel ini diringkas oleh para pemandu kepenulisan siswa pada hari itu.
Yang dilakukan adalah :
1.    Siswa dirangsang untuk mempelajari proyek-proyek genome.
2.    Membimbing siswa mempelajari konsep-konsep tidak hanya sains, tetapi juga ras dan gender.
Dari belajar tersebut siswa akan sadar akan perbedaan-perbedaan yang muncul di dunia ini sebenarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan siklus alamiah manusia yang berlangsung tanpa henti.
Tiga kisah dibawah ini sengaja disajikan secara khusus kepada pada siswa agar mereka dapat dirangsang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.
1.      Di Islandia, ada para peneliti yang memiliki informasi genealogis yang menjangkau hingga 1.100 tahun yang lalu. Mereka menyebutkan bahwa ada sejumlah orang yang terpaksa melakukan imigrasi yang disebabkan adanya isu genome pada pada periode tersebut.  Strategi penelitian yang diterapkan mereka ini berbeda dengan strategi penelitian lain tentang proyek-proyek genomic dalam hal bahwa mereka dapat merunut garis keturunan jauh kebelakang. Untuk itulah mereka mereka mulai menciptakan sebuah strategi unik.
2.      Beberapa penemuan tentatif. Proyek genome sebenarnya merupakan proyek penyebarluasan penyakit yang telah direncanakan (disease-oriented) dan dalam hal asma misalnya para peneliti merunut para penderita asma yang merupakan turunan dari para leluhur (yang juga menderita asma) yang lahir sekitar tahun 1710.
3.      Komposisi populasi. Pada tahun 800-an M, sekitar 10.000 hingga 15.000 masyarakat di Norwegia mendirikan Islandia. Mereka menyerang Irlandia Utara dan Inggris, mencari wanita-wanita muda untuk dijadikan ‘istri sekaligus budak’. Secara keseluruhan mereka berhasil memperbudak sekitar 40.000 hingga 50.000 wanita muda.

Objek ini merangsang siswa. Mereka akan geram dengan masalah ini dan secara perlahan, diarahkan untuk melakukan penelitian dan kajian tentang Islandia dan Skandinavia. Untuk memudahkan mereka melakukan penelitian, mereka berusaha mengumpulkan seperangkat data dari berbagai sumber. Para siswa belajar bagaimana ilmu pengetahuan dan sains diciptakan dalam bentuk penemuan-penemuan. John berusaha untuk terus membuat mereka sadar tentang bagaimana hal itu terjadi. Dia juga terus mengingatkan mereka tentang premis, bahwa “The method of science, as stodgy and grumpy as it seems, is far more important than its finding's (Metode sains, yang memang tampak bosan dan menjemukan ini, jauh lebih penting daripada penemuannya).”
Pada tahun 1950 hingga 1970-an, inovasi - inovasi dalam pendidikan di Amerika Serikat di dorong utamanya oleh Gerakan Reformasi Akademik (Movement Reform Academic), sebagai uasaha untuk mengembangkan bidang-bidang kurikulum sekolah konvensional seputar konsepsi-konsepsi berdasarkan gagasan-gagasan penting dari metode-metode penelitian dalam berbagai disiplin akademik.
A.  Orientasi Model
Hakikat pendekatan Kajian Kurikulum ilmu-Ilmu Biologi/Biological Sciences Curriculum Study (BSCS) adalah mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan menggunakan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para peneliti biologi, misalnya dengan mengidentifikasi masalah-masalah dan menggunakan metode tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. BSCS menekankan isi dan proses. Penekanan pertama (isi) berkaitan dengan perilaku manusia dalam ekologi bumi.



“Masalah-Masalah yang disebabkan oleh meningkatnya populasi manusia, pengurasan sumber daya, polusi, pengembangan daerah dan semacamnya, semua ini membutuhkan tindakan  pemerintah atau masyarakat yang cerdas. Semua hal ini setidaknya sebagian merupakan masalah-masalah ekologi biologis dan setiap warga Negara seharusnya memiliki kesadaran pada latar belakang mereka” (Schwab, 1965: 19)
Untuk membantu siswa memahami tujuan/sifat sains, strategi-strategi yang dikembangkan oleh panitia BSCS telah memperkenalkan metode-metode biologi pada siswa. Selain itu pada saat yang sama mereka juga memperkenalkan ide-ide dan fakta-fakta. Panitia tersebut menyatakan komitmen ini dengan lebih tajam.
BSCS menggunakan beberapa teknik untuk mengajarkan sains sebagai penelitian. Pertama, menggunakan banyak pernyataan yang mengungkapkan sifat/tujuan sains yang belum pasti, seperti “Kami tidak tahu,” “Kami tidak mampu mendeteksi bagaimana hal ini terjadi,” dan “Bukti tentang hal ini masih diperdebatkan,” (Schwab, 1965; 40)
Kedua, dalam meletakkan pernyataan kesimpulan BSCS menggunakan apa yang disebut narasi penelitian (narrative of inquiry), bahwa guru harus menggambarkan latar belakang gagasan-gagasan penting tentang biologi dan mengikutsertakan metode penelitian dalam biologi itu sendiri.
Ketiga, kajian laboratorium disusun untuk mengajak siswa melakukan penelitian masalah-masalah, lebih dari sekedar mengilustrasikan sebuah teks/tulisan. Sebagaimana dinyatakan masalah-masalah tersebut tidak tersedia dalam buku. Mereka membuat situasi dimana siswa dapat berpartisipasi dalam penelitian. (Schwab, 1965: 40).
Keempat, program-program laboratorium didesain dalam bentuk kelompok-kelompok yang melibatkan siswa dalam penelitian tentang suatu masalah biologi yang benar-benar nyata. Pertama-tama siswa mungkin disajikan dengan bahan-bahan yang sudah biasa dan masalah-masalah yang solusinya sudah tersingkap, tetapi “sebagaimana serangkaian masalah-masalah terus berkembang, mereka harus hadir lebih dekat dan lebih dekat dengan batas-batas pengetahuan”  (Schwab, 1965: 41).  Jadi siswa mensimulasikan aktivitas penelitian para ilmuwan.
Pada akhirnya terbentuklah suatu penerapan yang disebut sebagai Ajakan untuk Penelitian (Invitation to Inquiry). Sebagaimana fungsi laboratorium, ajakan penelitian ini melibatkan siswa dalam aktivitas-aktivitas yang memungkinkan mereka untuk mengikuti dan berpartisipasi dlam logika/penalaran yang berhubungan dengan objek penelitian atau problem metodologis dalam biologi.
Ajakan-ajakan untuk Penelitian
Dalam bab ini kami menyajikan Ajakan untuk Penelitian sebagai model pengajaran berdasarkan pada bahan-bahan BSCS.
Dalam mempersiapkan bab ini, diperoleh bahan BSCS modern bahwa bahan ini berhasil melanjutkan semangat penelitian sains yang dijalankan berdasarkan model kurikulum dan pengajaran asli. Membawa versi “Biru” dari buku Biologi BSCS/BSCS Biology, materi perkuliahan pengenalan tentang biologi di perguruan tinggi (Greenberg [sebagai ketua tim], 2006), ada materi yang ternyata memperbarui pengetahuan sains  dan ada pula materi lain yang berhasil menyingkap topik dan penelitian yang tidak ada dalam penddikan Ivy League. Buku dasar tersebut terdiri dari 100 halaman yang berisi kajian-kajian bagi siswa untuk melakukan penelitian mereka. Buku tersebut juga secara gencar membuka cara berfikir tentang pengumpulan dan pengolahan informasi dan penciptaan serta pengujian teori-teori yang eksplanatif. Sebagai warisan dari buku ini saya gambarkan suatu Ajakan untuk Penelitian yang disaring, salah satunya dari buku BSCS Biology tersebut. Meski demikian tidak semua tulisan atau pelajaran seharusnya mengikuti konsep ini secara berlebihan.
Setiap ajakan penelitian merupakan studi kasus yang menggambarkan konsep dan metode disiplin tertentu. Setiap ajakan "Mengajukan contoh percontoh dari proses itu sendiri dan melibatkan partisipasi siswa dalam proses tersebut" (Schwab, 1965:47)
Dalam setiap kasus dideskripsikan  suatu studi sains dalam kehidupan nyata. Namun demikian, situasi-situasi yang berwujud kelengahan, kehampaan, atau keanehan dibiarkan tidak diinvestigasi. Artinya, melalui situasi ini, siswa diajak untuk menganalisis: “Kelengahan ini mungkin merupakan bagian rencana eksperimentasi, atau cara untuk mengontrol satu faktor dalam suatu percoabaan” atau ia mungkin berupa kesimpulan untuk dapat digambarkan dari data yang tersedia. Jika tidak, ia mungkin merupakan hipotesis untuk dapat dipertimbangkan dari data yang  tersedia. Dengan kata lain format undangan tersebut harus memastikan bahwa siswa dapat melihat penelitian biologi terapan dan dilibatkan di dalamnya.
Seperangkat undangan ini diurutkan berdasarkan tingkat-tingkatan kerumitan untuk membimbing siswa secara berangsur-angsur pada konsep-konsep yang lebih rumit. Kita dapat melihat pengurutan ini dalam kelompok pertama ajakan untuk penelitian, yang fokus pada topik-topik yang berhubungan dengan metodologi -  peran dan sifat pengetahuan umum, data, uji coba, kontrol, hipotesis, dan masalah-masalah dalam penelitian sains.

B.  Model Pengajaran
Inti dari model ini adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut dan mengajak mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Dari sini mereka bisa melihat bagaimana suatu pengetahuan dibuat dan dibangun dalam komunitas para ilmuwan. Pada waktu bersamaan mereka akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasaan-keterbatasan dan keunggulan-keunggulan pengetahuan masa kini.
1.    Syntax (Struktur Pengajaran)
Struktur dalam model pengajaran penelitian ilmiah ini memiliki banyak bentuk. Pada dasarnya, hal ini meliputi elemen-elemen atau tahapan-tahapan seperti berikut ini, meskipun unsur-unsur atau tahapan-tahapan tersebut bisa saja dijalankan dalam suatu rangkaian pengajaran yang cukup lama. Joyce & Weil (1980) mengemukakan pembelajaran model scientific inquiry memiliki empat tahapan pokok, yaitu:
a.    Siswa Disajikan Bidang Penelitian.
Menyajikan suatu bidang penelitian kepada siswa, yang meliputi metodologi-metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut.
b.   Siswa Mendesain Masalah.
Masalah mulai disusun sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, seperti  interpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.
c.    Siswa Mengidentifikasi Masalah Dalam Penelitian.
Siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.
d.   Siswa Memperkirakan Cara-Cara Untuk Memperjelas Kesulitan Dalam Penelitian.
Siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data, mengembangkan konstruk, dan sebagainya. Untuk lebih lebih jelas tentang struktur pengajaran pada model penelitian ilmiah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL: Struktur Model Penelitian (berbasis ilmu biologi)
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Siswa disajikan suatu bidang penelitian
Siswa menyusun masalah
Tahap ketiga
Tahap ke empat
Siswa mengidentifikasi masalah dalam penelitian
Siswa berspekulasi untuk memperjelas masalah

2.    Social System (Sistem Sosial)
Dalam model pengajaran ini, iklim kooperatif sangat dianjurkan, oleh karena itu siswa benar-benar dimasukkan ke dalam komunitas peneliti yang menggunakan teknik ilmu pengetahuan terbaik, iklim tersebut mencakup tingkat keberanian tertentu sebagai bentuk kerendahanhatian. Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang bukti, mengkritisi rancangan penelitian dan sebagainya. Selain menerima ketatnya penelitian, siswa juga harus mengakui sifat pengetahuan mereka itu tentatif dan terus berkembang sebagai suatu disiplin dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan mereka terhadap disiplin-disiplin ilmiah yang telah berkembang dengan baik.

3.    Principles of Reaction ( Peran atau Tugas Guru)
a.    Membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan pada proses penelitian dan membujuk siswa untuk bercermin pada proses tersebut.
b.   Guru harus mengidentifikasi fakta bukanlah persoalan utama yang patut ditekankan dalam penelitian, yang terpenting bagaimana guru dapat mendorong siswa menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik dan cermat.
c.    Mengarahkan siswa membuat hipotesis, menafsirkan data dan mengembangkan konstruk yang merupakan bagian dari cara menginterpretasi realitas yang terus berkembang.

4.    Support System (Sistem Pendukung)
Satu-satunya sistem pendukung yang dibutuhkan dalam model ini adalah seorang instruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian, yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah yang mengiringinya, dan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian.


5.    Langkah-langkah Penelitian Ilmiah
Secara garis besar langkah-langkah penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
a.    Pembuatan rancangan;
b.    Pelaksanaan penelitian;
c.    Pembuatan laporan penelitian

Langkah-langkah penelitian ilmiah secara detail ialah sebagai berikut:
a.    Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
b.    Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
c.    Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
d.   Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
e.    Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis/ tipe penelitian: sangat menentukan variabel apa, objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
f.     Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
g.    Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
h.    Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
i.      Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
j.      Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
k.    Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.

C.  APPLICATION (Penerapan)
Ada banyak model pembelajaran yang berorientasi pada penelitian yang dibangun berdasarkan konsep dan metode disiplin tertentu. Proyek Kurikulum Ilmu Sosial Michigan yang dipimpin oleh Ronald Lippitt dan Robbet Fox, yaitu mengajarkan teknik penelitian psikologi sosial secara langsung pada siswa dengan memanfaatkan materi seputar hubungan antarmanusia, termasuk tingkah laku mereka.
Hasilnya, strategi ini berhasil menyajikan teori psikologi social sebagai disiplin yang menarik, dimana konsep-konsep dan metode-metode didalamnya muncul melalui penelitian secara terus menerus terhadap tingkah laku manusia.
Siswa membandingkan analisisnya tentang contoh-contoh sehingga mereka dapat mengecek penelitian dan dugaan satu sama lain hingga tuntas, serta mulai bersiap diri untuk memperoleh persetujuan penelitian dari guru mereka. Mereka juga belajar bagaimana menganalisis interaksi melalui teknik analisis kurikulum.
Pada akhirnya, guru mulai merancang kembali serangkaian aktivitas pengajaran untuk memperkenalkan pada siswa eksperimentasi - eksperimentasi para pakar psikologi sosial yang telah menghasilkan teori - teori menarik tentang perilaku yang bersahabat dan tidak bersahabat serta kerja sama dan kompetisi.
Pendekatan ini fokus pada bagaimana guru mampu membimbing siswa dalam mengkaji interaksi manusia, menyediakan kerangka rujukan akademik dan teknik-teknik untuk menguraikan dan melakukan penelitian, dan melibatkan mereka dalam penelitian terhadap perilaku mereka sendiri dan sesama.

D.  INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS (Dampak Instruksional Dan Pengiring)
Model pembelajaran ini dirancang untuk mengajarkan proses penelitian pada bidang biologi. Model scientific inquiry telah dikembangkan untuk pengguna dengan siswa pada semua rentang usia, mulai dari masa prasekolah hingga universitas (Metz, 1995). Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan esensi dari proses ilmiah kepada siswa dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep dan informasi-informasi penting tentang berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan.
Selain itu, banyak pengamat yang telah melakukan penelitian tentang model ini. Penelitian itu kebanyak berfokus pada semua kurikulum yang telah diimplementasikan untuk satu atau lebih, dengan menggukan model-model yang sesuai dengan materi-materi instruksional. Dari hasil penelitian itu, ada dua jenis penemuan yang penting untuk kita perhatikan, yaitu: (1) Guru yang akan menggunakan model-model ini perlu terlibat dalam upaya mengkaji substansi akademik dan model-model ini perlu terlibat dalam upaya mengkaji substansi akademik dan model pengajaran. Selain itu, mereka juga harus berusaha menerapkan pengajaran yang berbasis penelitian. (2) Dimanapun model-model tersebut diterapkan, asalkan model-model ini diimplementasikan dengan baik dan dengan perhatian yang cukup pada kajian materi akademik dan proses pengajaran, hasilnya cukup mengesankan (Bredderman, 1981; El-Nemr, 1979). Melalui model ini, siswa telah belajar tentang proses ilmiah, menguasai konsep pokok, mempunyai informasi dasar tentang ilmu pengetahuan dan mengembangkan pandangan yang positif tentang sains. Secara ringkas dapat digambarkan Instructional and Nurturant Effets dari model pembelajaran scientific inquiry, sebagai berikut:
                Instructional
                Nurturant



Model Penelitian Ilmiah

Pengetahuan Saintifik (Ilmiah)


Proses Penelitian

Komitmen terhadap penelitian Ilmiah

Pemikiran Terbuka; Kemampuan menyeimbangkan alternatif

Jiwa dan ketrampilan Kooperatif

Gambar: Instructional and Nurturant Effects of Scientific Inquiry

E.  FUTURE (Masa Depan)
Saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam model-model pengajaran, menunjukkan bahwa kondisi ini berpotensi memajukan pemikiran tentang bagaimana siswa dapat belajar membangun kategori, membuat dugaan, dan mengembangkan skill dalam membuat dari mensintesiskan sebab akibat yang lebih efektif.




KESIMPULAN

Model ini termasuk dalam kelompok model memproses informasi, yang pada intinya adalah siswa dilibatkan langsung dalam masalah penelitian, membantu mereka dalam mengidentifikasi masalah konseptual dan metodologis, dan mengajak untuk menemukan solusi sebagai pemecahan masalah. Dengan ini siswa dapat merasakan secara langsung betapa susahnya pengetahuan didapatkan atau dibangun oleh para ilmuwan. Pada akhirnya siswa mampu menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan juga tidak menutup kemungkinan mereka akan belajar tentang keterbatasan-keterbatasan dan keunggulan-keunggulan pengetahuan masa kini.
Adapun tahapan (Sintak) model pengajaran ini adalah sebagai berikut : (1) Penyajian bidang penelitian, yaitu guru menyajikan bidang penelitian, meliputi metodologi-metodologi yang dapat dgunakan dalam penelitian, (2) Identifikasi Masalah, yaitu guru mendesain masalah penelitian agar siswa dapat mengidentifikasi masalah yang ada, dan siswa menghadapi langsung berbagai kesulitan yang harus mereka atasi, seperti pengumpulan data, interpretasi data, sampai penarikan kesimpulan, (3) Pemecahan Masalah, yaitu guru meminta siswa untuk berspekulasi tentang masalah tersebut, sehingga mereka dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian berlangsung, (4) Uji Coba, yaitu guru meminta siswa untuk mencoba mengolah data dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruk-konstruk, dan sebagainya.
Dalam model pengajaran ini, kerja sama dalam kelompok sangat disarankan,karena siswa benar-benar melakukan penelitian di lapangan. Tugas Guru di sini adalah membimbing, melatih, dan mendidik siswa dalam melakukan penelitian, dan menekankan pada prosesnya. Tetapi yang lebih penting yaitu bagaimana guru dapat mendorong siswa agar dapat menghadapi persoalan penelitian yang rumit dan kompleks dengan cara yang baik dan cermat. Guru harus mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis, mengumpulkan data, menginterpretasi data, mengembangkan konstruk, yang juga merupakan bagian dari cara mereka untuk menginterpretasi realitas yang terus berkembang. Sistem dukungan yang dibutuhkan dalam model ini adalah seorang instruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian, yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah yang mengiringinya, dan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Apple.M. 1979. Ideology and curriculum. London: Routledge and Kegan Paul
Bruce Joyce.2009. Models of Teaching. Pearson Education. Inc, Publishing as Allyn & Bacon, one lake street Upper Saddle Rivers, New Jersey, USA
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang : Pustaka Pelajar Offset 
Dewey, Jhon. 1960. Ihe Child and 'lhe Carriculuna. Chicago: University of Chicago Press.
Johnson, I). W'. an Johnson, R. '1`. 1974. Instructional Goal Structure: Cooperative. competitive, or Individualistic. Review of Educational Research No. 44 (-ial 213-240. Ro\tien, 13, Bossert. S.T, and Uwver, D.('. 198'). Research on Effective schools: A cautionary note. Educational Research, No 124. Halaman 24- 31
Showers, 13. 1982a. A st5udy of coaching in teacher training. Eugene. University of Oregon
Rasyid Ali. 2013. Penelitian Ilmiah dan Latihan Penelitian, Seni Membuat Kesimpulan A. AT-TA’LIM; Vol. 4
http://hidayatkaryadi.blogspot.co.id/2014/03/model-penelitian-ilmiah-dan-latihan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar