MODEL
PEMBELAJARAN
SCIENTIFIC
INQUIRY MODELS
(Model
penelitian Ilmiah)
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran SD
Dosen
Pengampu Nana Hendracipta, M.Pd .
Disusun Oleh Kelompok 4 Kelas V/B
Maharani Ani Naimah (2227150075)
Robbiathul Adawiyah (2227150073)
Siti Solekhah (2227150049)
FAKULTAS
KEPENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNTIRTA
2017
Model Pembelajaran Scientific Inquiry
(Penelitian Ilmiah)
Pada 25 Juni 2002, siswa kelas 5 bimbingan John sedang mencari rubric science times di majalah New York
times. Dalam rubrik itu, mereka membaca sebuah laporan panjang tentang proyek
penyebarluasan genome di Islandia (Wade, 2002). Sekolah di mana John mengajar
ini memang telah sejak dulu berlangganan koran yang memuat rubrik elektronik,
dan ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik dalam kelas. John seringkali
membimbing siswa membaca cerita-cerita yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan di belahan dunia yang biasa mereka pelajari atau
objek-objek berita nasional dan internasional yang seharusnya mereka tahu.
Belajar dalam bentuk tim, mereka juga mencari segmen-segmen lain di majalah
yang dianggap cukup menarik. Sebagaimana hari ini, John memproyeksikan sebuah
artikel yang membahas seputar masalah-masalah elektronik, layar (screen) misalnya, yang menggunakan
monitor LCD atau OHP, dan mcmbacakan artikel tersebut pada siswa. Setelah itu,
poin-poin penting dalam artikel ini diringkas oleh para pemandu kepenulisan
siswa pada hari itu.
Yang dilakukan adalah :
1.
Siswa dirangsang untuk mempelajari proyek-proyek
genome.
2.
Membimbing siswa mempelajari konsep-konsep tidak
hanya sains, tetapi juga ras dan gender.
Dari belajar tersebut siswa akan
sadar akan perbedaan-perbedaan yang muncul di dunia ini sebenarnya merupakan hasil dari proses
sosialisasi dan siklus alamiah manusia yang berlangsung tanpa henti.
Tiga kisah dibawah ini sengaja disajikan secara khusus kepada pada siswa
agar mereka dapat dirangsang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.
1. Di Islandia, ada para peneliti yang memiliki
informasi genealogis yang menjangkau hingga 1.100 tahun yang lalu. Mereka
menyebutkan bahwa ada sejumlah orang yang terpaksa melakukan imigrasi yang
disebabkan adanya isu genome pada pada periode tersebut. Strategi
penelitian yang diterapkan mereka ini berbeda dengan strategi penelitian lain
tentang proyek-proyek genomic dalam hal bahwa mereka dapat merunut garis
keturunan jauh kebelakang. Untuk itulah mereka mereka mulai menciptakan sebuah
strategi unik.
2. Beberapa penemuan tentatif. Proyek genome
sebenarnya merupakan proyek penyebarluasan penyakit yang telah direncanakan (disease-oriented)
dan dalam hal asma misalnya para peneliti merunut para penderita asma yang
merupakan turunan dari para leluhur (yang juga menderita asma) yang lahir
sekitar tahun 1710.
3. Komposisi populasi. Pada tahun 800-an M, sekitar
10.000 hingga 15.000 masyarakat di Norwegia mendirikan Islandia. Mereka
menyerang Irlandia Utara dan Inggris, mencari wanita-wanita muda untuk
dijadikan ‘istri sekaligus budak’. Secara keseluruhan mereka berhasil
memperbudak sekitar 40.000 hingga 50.000 wanita muda.
Objek ini merangsang siswa. Mereka akan geram dengan masalah ini dan
secara perlahan, diarahkan untuk melakukan penelitian dan kajian tentang
Islandia dan Skandinavia. Untuk memudahkan mereka melakukan penelitian, mereka
berusaha mengumpulkan seperangkat data dari berbagai sumber. Para siswa belajar
bagaimana ilmu pengetahuan dan sains diciptakan dalam bentuk penemuan-penemuan.
John berusaha untuk terus membuat mereka sadar tentang bagaimana hal itu
terjadi. Dia juga terus mengingatkan mereka tentang premis, bahwa “The method of science, as stodgy and grumpy
as it seems, is far more important than its finding's (Metode sains, yang
memang tampak bosan dan menjemukan ini, jauh lebih penting daripada
penemuannya).”
Pada tahun 1950 hingga 1970-an, inovasi - inovasi dalam pendidikan di
Amerika Serikat di dorong utamanya oleh Gerakan Reformasi Akademik (Movement Reform Academic), sebagai
uasaha untuk mengembangkan bidang-bidang kurikulum sekolah konvensional seputar
konsepsi-konsepsi berdasarkan gagasan-gagasan penting dari metode-metode
penelitian dalam berbagai disiplin akademik.
A. Orientasi
Model
Hakikat pendekatan
Kajian Kurikulum ilmu-Ilmu Biologi/Biological
Sciences Curriculum Study (BSCS) adalah mengajarkan siswa untuk memproses
informasi dengan menggunakan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para
peneliti biologi, misalnya dengan mengidentifikasi masalah-masalah dan
menggunakan metode tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. BSCS menekankan
isi dan proses. Penekanan pertama (isi) berkaitan dengan perilaku manusia dalam
ekologi bumi.
“Masalah-Masalah
yang disebabkan oleh meningkatnya populasi manusia, pengurasan sumber daya,
polusi, pengembangan daerah dan semacamnya, semua ini membutuhkan
tindakan pemerintah atau masyarakat yang cerdas. Semua hal ini
setidaknya sebagian merupakan masalah-masalah ekologi biologis dan setiap warga
Negara seharusnya memiliki kesadaran pada latar belakang mereka” (Schwab, 1965:
19)
Untuk membantu
siswa memahami tujuan/sifat sains, strategi-strategi yang dikembangkan oleh
panitia BSCS telah memperkenalkan metode-metode biologi pada siswa. Selain itu
pada saat yang sama mereka juga memperkenalkan ide-ide dan fakta-fakta. Panitia
tersebut menyatakan komitmen ini dengan lebih tajam.
BSCS menggunakan
beberapa teknik untuk mengajarkan sains sebagai penelitian. Pertama,
menggunakan banyak pernyataan yang mengungkapkan sifat/tujuan sains yang belum
pasti, seperti “Kami tidak tahu,” “Kami tidak mampu mendeteksi bagaimana hal
ini terjadi,” dan “Bukti tentang hal ini masih diperdebatkan,” (Schwab, 1965;
40)
Kedua, dalam meletakkan pernyataan kesimpulan BSCS menggunakan apa yang
disebut narasi penelitian (narrative of inquiry), bahwa guru harus
menggambarkan latar belakang gagasan-gagasan penting tentang biologi dan
mengikutsertakan metode penelitian dalam biologi itu sendiri.
Ketiga, kajian laboratorium disusun untuk mengajak
siswa melakukan penelitian masalah-masalah, lebih dari sekedar mengilustrasikan
sebuah teks/tulisan. Sebagaimana dinyatakan masalah-masalah tersebut tidak
tersedia dalam buku. Mereka membuat situasi dimana siswa dapat berpartisipasi
dalam penelitian. (Schwab, 1965: 40).
Keempat, program-program laboratorium didesain dalam
bentuk kelompok-kelompok yang melibatkan siswa dalam penelitian tentang suatu
masalah biologi yang benar-benar nyata. Pertama-tama siswa mungkin disajikan
dengan bahan-bahan yang sudah biasa dan masalah-masalah yang solusinya sudah
tersingkap, tetapi “sebagaimana serangkaian masalah-masalah terus berkembang,
mereka harus hadir lebih dekat dan lebih dekat dengan batas-batas
pengetahuan” (Schwab, 1965: 41). Jadi siswa mensimulasikan
aktivitas penelitian para ilmuwan.
Pada akhirnya
terbentuklah suatu penerapan yang disebut sebagai Ajakan untuk
Penelitian (Invitation to Inquiry). Sebagaimana fungsi laboratorium, ajakan
penelitian ini melibatkan siswa dalam aktivitas-aktivitas yang memungkinkan
mereka untuk mengikuti dan berpartisipasi dlam logika/penalaran yang
berhubungan dengan objek penelitian atau problem metodologis dalam biologi.
Ajakan-ajakan
untuk Penelitian
Dalam bab ini kami
menyajikan Ajakan untuk Penelitian sebagai model pengajaran
berdasarkan pada bahan-bahan BSCS.
Dalam mempersiapkan
bab ini, diperoleh bahan BSCS modern bahwa bahan ini berhasil melanjutkan
semangat penelitian sains yang dijalankan berdasarkan model kurikulum dan
pengajaran asli. Membawa versi “Biru” dari buku Biologi BSCS/BSCS Biology,
materi perkuliahan pengenalan tentang biologi di perguruan tinggi (Greenberg
[sebagai ketua tim], 2006), ada materi yang ternyata memperbarui pengetahuan
sains dan ada pula materi lain yang berhasil menyingkap topik dan penelitian
yang tidak ada dalam penddikan Ivy League. Buku dasar tersebut terdiri dari 100
halaman yang berisi kajian-kajian bagi siswa untuk melakukan penelitian mereka.
Buku tersebut juga secara gencar membuka cara berfikir tentang pengumpulan dan
pengolahan informasi dan penciptaan serta pengujian teori-teori yang
eksplanatif. Sebagai warisan dari buku ini saya gambarkan suatu Ajakan
untuk Penelitian yang disaring, salah satunya dari buku BSCS Biology
tersebut. Meski demikian tidak semua tulisan atau pelajaran seharusnya
mengikuti konsep ini secara berlebihan.
Setiap ajakan
penelitian merupakan studi kasus yang menggambarkan konsep dan metode disiplin
tertentu. Setiap ajakan "Mengajukan contoh percontoh dari proses itu
sendiri dan melibatkan partisipasi siswa dalam proses tersebut" (Schwab,
1965:47)
Dalam setiap kasus
dideskripsikan suatu studi sains dalam kehidupan nyata. Namun demikian,
situasi-situasi yang berwujud kelengahan, kehampaan, atau keanehan dibiarkan
tidak diinvestigasi. Artinya, melalui situasi ini, siswa diajak untuk
menganalisis: “Kelengahan ini mungkin merupakan bagian rencana eksperimentasi,
atau cara untuk mengontrol satu faktor dalam suatu percoabaan” atau ia mungkin
berupa kesimpulan untuk dapat digambarkan dari data yang tersedia. Jika tidak,
ia mungkin merupakan hipotesis untuk dapat dipertimbangkan dari data yang
tersedia. Dengan kata lain format undangan tersebut harus memastikan
bahwa siswa dapat melihat penelitian biologi terapan dan dilibatkan di
dalamnya.
Seperangkat
undangan ini diurutkan berdasarkan tingkat-tingkatan kerumitan untuk membimbing
siswa secara berangsur-angsur pada konsep-konsep yang lebih rumit. Kita dapat
melihat pengurutan ini dalam kelompok pertama ajakan untuk penelitian, yang
fokus pada topik-topik yang berhubungan dengan metodologi - peran dan
sifat pengetahuan umum, data, uji coba,
kontrol, hipotesis, dan masalah-masalah dalam penelitian sains.
B. Model
Pengajaran
Inti dari model ini
adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan
cara menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka
mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut dan
mengajak mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Dari sini mereka
bisa melihat bagaimana suatu pengetahuan dibuat dan dibangun dalam komunitas
para ilmuwan. Pada waktu bersamaan mereka akan menghargai pengetahuan sebagai
hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar
keterbatasaan-keterbatasan dan keunggulan-keunggulan pengetahuan masa kini.
1. Syntax (Struktur
Pengajaran)
Struktur dalam model
pengajaran penelitian ilmiah ini memiliki banyak bentuk. Pada dasarnya, hal ini
meliputi elemen-elemen atau tahapan-tahapan seperti berikut ini, meskipun
unsur-unsur atau tahapan-tahapan tersebut bisa saja dijalankan dalam suatu
rangkaian pengajaran yang cukup lama. Joyce & Weil (1980) mengemukakan
pembelajaran model scientific inquiry memiliki empat tahapan
pokok, yaitu:
a. Siswa Disajikan Bidang Penelitian.
Menyajikan
suatu bidang penelitian kepada siswa, yang meliputi metodologi-metodologi yang
digunakan dalam penelitian tersebut.
b.
Siswa Mendesain
Masalah.
Masalah
mulai disusun sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam
penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa
kesulitan yang harus mereka atasi, seperti interpretasi data,
generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.
c.
Siswa
Mengidentifikasi Masalah Dalam Penelitian.
Siswa
diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat
mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.
d.
Siswa Memperkirakan
Cara-Cara Untuk Memperjelas Kesulitan Dalam Penelitian.
Siswa
diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan tersebut,
dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda,
mengeneralisasikan data, mengembangkan konstruk, dan sebagainya. Untuk lebih
lebih jelas tentang struktur pengajaran pada model penelitian ilmiah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL: Struktur Model Penelitian (berbasis ilmu biologi)
Tahap
Pertama
|
Tahap
Kedua
|
Siswa
disajikan suatu bidang penelitian
|
Siswa
menyusun masalah
|
Tahap
ketiga
|
Tahap
ke empat
|
Siswa
mengidentifikasi masalah dalam penelitian
|
Siswa
berspekulasi untuk memperjelas masalah
|
2. Social System (Sistem
Sosial)
Dalam model
pengajaran ini, iklim kooperatif sangat dianjurkan, oleh karena itu siswa
benar-benar dimasukkan ke dalam komunitas peneliti yang menggunakan teknik ilmu
pengetahuan terbaik, iklim tersebut mencakup tingkat keberanian tertentu
sebagai bentuk kerendahanhatian. Siswa perlu menghipotesis secara cermat,
menantang bukti, mengkritisi rancangan penelitian dan sebagainya. Selain menerima ketatnya penelitian, siswa juga harus
mengakui sifat pengetahuan mereka itu tentatif dan terus berkembang sebagai
suatu disiplin dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan mereka terhadap
disiplin-disiplin ilmiah yang telah berkembang dengan baik.
3.
Principles
of Reaction ( Peran atau
Tugas Guru)
a.
Membimbing,
melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan pada proses penelitian dan
membujuk siswa untuk bercermin pada proses tersebut.
b.
Guru
harus mengidentifikasi fakta bukanlah persoalan utama yang patut ditekankan
dalam penelitian, yang terpenting bagaimana guru dapat mendorong siswa
menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik dan cermat.
c.
Mengarahkan
siswa membuat hipotesis, menafsirkan data dan mengembangkan konstruk yang
merupakan bagian dari cara menginterpretasi realitas yang terus berkembang.
4.
Support
System (Sistem
Pendukung)
Satu-satunya sistem
pendukung yang dibutuhkan dalam model ini adalah seorang instruktur yang
fleksibel dan terampil dalam proses penelitian, yang dapat menyediakan
bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah yang mengiringinya, dan
sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian.
5.
Langkah-langkah Penelitian
Ilmiah
Secara garis
besar langkah-langkah penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan rancangan;
b. Pelaksanaan penelitian;
c. Pembuatan laporan penelitian
Langkah-langkah penelitian ilmiah
secara detail ialah sebagai berikut:
a. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
b. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari
informasi;
c. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai,
ke mana harus pergi dan dengan apa
d. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat
berpijak, (hipotesis);
e. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian,
jenis/ tipe penelitian: sangat menentukan variabel apa, objeknya apa, subjeknya
apa, sumber datanya di mana;
f. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang
akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
g. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis
data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
h. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
i. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian
terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
j. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah
hipotesis terbukti?
k. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa
yang baik dan benar.
C. APPLICATION (Penerapan)
Ada banyak model pembelajaran
yang berorientasi pada penelitian yang dibangun berdasarkan konsep dan metode
disiplin tertentu. Proyek Kurikulum Ilmu Sosial Michigan yang dipimpin oleh Ronald Lippitt dan Robbet Fox, yaitu mengajarkan teknik penelitian psikologi
sosial secara langsung pada siswa
dengan memanfaatkan materi seputar hubungan antarmanusia, termasuk tingkah laku
mereka.
Hasilnya, strategi ini berhasil menyajikan teori
psikologi social sebagai disiplin yang menarik, dimana konsep-konsep dan
metode-metode didalamnya muncul melalui penelitian secara terus menerus terhadap tingkah laku
manusia.
Siswa membandingkan
analisisnya tentang contoh-contoh sehingga mereka dapat mengecek penelitian dan
dugaan satu sama lain hingga tuntas, serta mulai bersiap diri untuk memperoleh
persetujuan penelitian dari guru mereka. Mereka juga belajar bagaimana
menganalisis interaksi melalui teknik analisis kurikulum.
Pada akhirnya, guru
mulai merancang kembali serangkaian aktivitas pengajaran untuk memperkenalkan
pada siswa eksperimentasi - eksperimentasi para pakar psikologi sosial yang
telah menghasilkan teori - teori menarik tentang perilaku yang bersahabat dan
tidak bersahabat serta kerja sama dan kompetisi.
Pendekatan ini
fokus pada bagaimana guru mampu membimbing siswa dalam mengkaji interaksi
manusia, menyediakan kerangka rujukan akademik dan teknik-teknik untuk
menguraikan dan melakukan penelitian, dan melibatkan mereka dalam penelitian
terhadap perilaku mereka sendiri dan sesama.
D. INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS (Dampak
Instruksional Dan Pengiring)
Model pembelajaran ini dirancang
untuk mengajarkan proses penelitian pada bidang biologi. Model scientific
inquiry telah dikembangkan untuk pengguna dengan siswa pada semua
rentang usia, mulai dari
masa prasekolah hingga universitas (Metz, 1995). Tujuan utamanya adalah untuk
mengajarkan esensi dari proses ilmiah kepada siswa dan sekaligus mengajarkan
konsep-konsep dan informasi-informasi penting tentang berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang telah dikembangkan.
Selain itu, banyak
pengamat yang telah melakukan penelitian tentang model ini. Penelitian itu
kebanyak berfokus pada semua kurikulum yang telah diimplementasikan untuk satu
atau lebih, dengan menggukan model-model yang sesuai dengan materi-materi
instruksional. Dari hasil penelitian
itu, ada dua jenis penemuan yang penting untuk kita perhatikan, yaitu: (1) Guru
yang akan menggunakan model-model ini perlu terlibat dalam upaya mengkaji
substansi akademik dan model-model ini perlu terlibat dalam upaya mengkaji
substansi akademik dan model pengajaran. Selain itu, mereka juga harus berusaha
menerapkan pengajaran yang berbasis penelitian. (2) Dimanapun model-model
tersebut diterapkan, asalkan model-model ini diimplementasikan dengan baik dan
dengan perhatian yang cukup pada kajian materi akademik dan proses pengajaran,
hasilnya cukup mengesankan (Bredderman, 1981; El-Nemr, 1979). Melalui model
ini, siswa telah belajar tentang proses ilmiah, menguasai konsep pokok,
mempunyai informasi dasar tentang ilmu pengetahuan dan mengembangkan pandangan
yang positif tentang sains. Secara ringkas dapat digambarkan Instructional
and Nurturant Effets dari model pembelajaran scientific
inquiry, sebagai berikut:
Instructional
Nurturant
|
Model Penelitian
Ilmiah
|
Pengetahuan
Saintifik (Ilmiah)
|
Proses Penelitian
|
Komitmen terhadap
penelitian Ilmiah
|
Pemikiran Terbuka;
Kemampuan menyeimbangkan alternatif
|
Jiwa dan
ketrampilan Kooperatif
|
Gambar:
Instructional and Nurturant Effects of Scientific
Inquiry
E. FUTURE
(Masa Depan)
Saat ini sudah
banyak penelitian yang dilakukan dalam model-model pengajaran, menunjukkan
bahwa kondisi ini berpotensi memajukan pemikiran tentang bagaimana siswa
dapat belajar membangun kategori, membuat dugaan, dan mengembangkan skill dalam
membuat dari mensintesiskan sebab akibat yang lebih efektif.
KESIMPULAN
Model ini termasuk
dalam kelompok model memproses informasi, yang pada intinya adalah siswa
dilibatkan langsung dalam masalah penelitian, membantu mereka dalam
mengidentifikasi masalah konseptual dan metodologis, dan mengajak untuk
menemukan solusi sebagai pemecahan masalah. Dengan ini siswa dapat merasakan
secara langsung betapa susahnya pengetahuan didapatkan atau dibangun oleh para
ilmuwan. Pada akhirnya siswa mampu menghargai pengetahuan sebagai hasil dari
proses penelitian yang melelahkan dan juga tidak menutup kemungkinan mereka
akan belajar tentang keterbatasan-keterbatasan dan keunggulan-keunggulan
pengetahuan masa kini.
Adapun tahapan
(Sintak) model pengajaran ini adalah sebagai berikut : (1) Penyajian
bidang penelitian, yaitu guru menyajikan bidang penelitian, meliputi
metodologi-metodologi yang dapat dgunakan dalam penelitian,
(2) Identifikasi Masalah, yaitu guru mendesain masalah penelitian agar
siswa dapat mengidentifikasi masalah yang ada, dan siswa menghadapi
langsung berbagai kesulitan yang harus mereka atasi, seperti pengumpulan data,
interpretasi data, sampai penarikan kesimpulan, (3) Pemecahan Masalah,
yaitu guru meminta siswa untuk berspekulasi tentang masalah tersebut, sehingga
mereka dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian
berlangsung, (4) Uji Coba, yaitu guru meminta siswa untuk mencoba mengolah
data dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan
konstruk-konstruk, dan sebagainya.
Dalam model
pengajaran ini, kerja sama dalam kelompok sangat disarankan,karena siswa
benar-benar melakukan penelitian di lapangan. Tugas Guru di sini adalah
membimbing, melatih, dan mendidik siswa dalam melakukan penelitian, dan
menekankan pada prosesnya. Tetapi yang lebih penting yaitu bagaimana guru dapat
mendorong siswa agar dapat menghadapi persoalan penelitian yang rumit dan
kompleks dengan cara yang baik dan cermat. Guru harus mengarahkan siswa untuk
membuat hipotesis, mengumpulkan data, menginterpretasi data, mengembangkan
konstruk, yang juga merupakan bagian dari cara mereka untuk menginterpretasi
realitas yang terus berkembang. Sistem dukungan yang dibutuhkan dalam model ini
adalah seorang instruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian,
yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah
yang mengiringinya, dan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Apple.M. 1979. Ideology and curriculum. London: Routledge and Kegan Paul
Bruce Joyce.2009. Models of Teaching. Pearson Education. Inc, Publishing as Allyn
& Bacon, one lake street Upper Saddle Rivers, New Jersey, USA
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran
dan Pembelajaran. Malang : Pustaka Pelajar Offset
Dewey, Jhon. 1960. Ihe Child and 'lhe Carriculuna. Chicago: University of Chicago
Press.
Johnson, I). W'. an Johnson, R. '1`. 1974. Instructional Goal Structure: Cooperative. competitive, or
Individualistic. Review of Educational Research No. 44 (-ial 213-240.
Ro\tien, 13, Bossert. S.T, and Uwver, D.('. 198'). Research on Effective schools: A cautionary note. Educational Research,
No 124. Halaman 24- 31
Showers, 13. 1982a. A st5udy of coaching in teacher training. Eugene. University of
Oregon
Rasyid Ali. 2013. Penelitian Ilmiah dan Latihan Penelitian, Seni Membuat Kesimpulan A.
AT-TA’LIM; Vol. 4
http://hidayatkaryadi.blogspot.co.id/2014/03/model-penelitian-ilmiah-dan-latihan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar