Manusia hidup di alam dan lingkungan
sosial dan memiliki jasmani. Bahwa pengetahuan dan keterampilan yang
memungkinkan manusia menopang jasmani dan eksitensi jiwanya juga termasuk dalam
kurikulum.
Sebagai sebuah produk dari sejarah, manusia menciptakan biografi
dirinya. Ketika hidup di masyarakat, manusia membutuhkan etika, sistem hukum,
dan sistem politik dan sistem ekonomi yang memberikan keberadaan personal dan
sosial yang baik. Oleh karena manusia adalah makhluk sosial dan komunal, bahasa
dan keterampilan membaca menjadi penting. Hal itu menyumbang komunikasi dan
bentuk komunitas dasar utama pendidikan formal. Keterampilan membaca,
berbicara, dan menulis adalah bagian penting pendidikan dasar manusia.
Cunningham, salah seorang tokoh
pendidikan perenialis (Gutek, 1974: 59) menegaskan bahwa fungsi sekolah
utamanya bukan tempat pemikiran secara ekslusif. Ia menegaskan bahwa fungsi
khusus sekolah Katolik adalah pengembangan intelektual siswa. Sebagai agen
intelektual, Sekolah katolik adalah sekolah yang paling memperhatikan transmisi
dan penggunaan kebebasan seni dan ilmu untuk melatih dan mengolah rasionalitas
manusia. Walau pun utamanya diberikan pengembangan intelektual, fisik, sosial,
dan tetapi pengembangan agama tidak diabaikan. Oleh karena itu, pada umumnya
konsep pendidikan realis, proses sekolah formal ditempatkan pada transmisi
disiplin materi pelajaran.
Konsep Thomisme tentang mata
pelajaran yaitu bahwa “keilmuan”, ditemukan, diakumulasikan, ditunjukkan dan
diorganisir oleh pengetahuan. Disiplin Materi pelajaran, demikian juga
menyusun, terdiri dari pengetahuan jasmani yang berisi pertama-tama selain
premis yang jelas dengan sendirinya, berbasis pada eksperimental, juga diturunkan
dari pengetahuan lebih tinggi. Jasmani yang mengetahui, materi pelajaran
ditransmisikan oleh guru yang ahli dalam disiplin keilmuan kepada murid ketika
mengajar, yang diharapkan dapat digunakan sebagai kekuatan intelektual mereka
dalam memahami, menguasai, dan menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada materi
pelajaran. Untuk antisipasi, seni dan ilmu akan membantu pembentukan
intelektual yang dikomunikasikan mereka.
*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani
Purwastuti, L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar