Kaum progressif meyakini bahwa
nilai-nilai berasal dari masyarakat. Nilainilai bukan suatu kualitas yang sudah
tetap dalam diri subjek, juga bukan sesuatu yang berasal dari wahyu, melainkan
berpusat pada manusia itu sendiri.
Nilai-nilai mengungkapkan keinginan, hasrat,
minat, aspirasi, dan ambisi individu-individu dan juga kelompok. Dengan kata
lain, apa pun yang dipandang berharga, atau diinginkan, itulah artinya nilai
bagi individu atau kelompok tersebut (Akinpelu, 1988: 146). Jadi, individu atau
masyarakat menentukan nilai-nilainya sendiri. Masyarakat menjadi wadah
timbulnya nilai-nilai. Nilai-nilai bersifat relatif, tidak ada prinsip mutlak.
Nilai timbul karena manusia mempunyai
bahasa, dengan demikian timbul pergaulan. Bahasa adalah sarana ekspresi yang
berasal dari dorongan, kehendak, perasaan dan kecerdasan individu. Nilai itu
benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada, bila menunjukkan
kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan manusia.
Kriteria tindakan etik adalah uji sosial dalam masyarakat.
Kriteria keindahan (estetik) bergantung pada selera
sosial. Seni tidak dibedakan antara yang tinggi dan praktis.
*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani
Purwastuti, L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar