Pendidikan Thomistik, khususnya dalam
sekolah katolik klasik, dimaksudkan menjadi pendidik yang berbuat/dikomitkan
untuk nilai-nilai supernatural (Ketuhanan). Hal ini dimaksudkan mendidik
individu seperti Kristus.
Teologi dan pendidikan agama adalah bagian pasti dari
pendidikan. Pembentukan nilai mengambil tempat tidak hanya pada pendidikan
agama pada pengajaran/pengetahaun formal tetapi juga dalam lingkungan sekolah
dan aktivitas yang meliputi keterbukaan untuk praktik keagamaan, kebiasaan, dan
upacara-upacara.
Aquinas hati-hati menunjukkan,
bagaimana pun pengetahuan tidak berperanan penting untuk kebutuhan moralitas.
Walaupun seseorang mungkin mengetahui prinsip-prinsip agama dan mungkin dapat
mengetahui ibadah keagamaan, pengetahuan tidak dapat disamakan dengan kebaikan.
Karena pengetahuan bukan kebaikan, hanya kepandaian manusia dapat membedakan
antara kebenaran dan kesalah moral. Sebagai pribadi yang bebas, manusia
memiliki banyak pilihan. Melalui kebebasannya berarti bahwa manusia memiliki
kemampuan membingkai, menyadari, dan mengevaluasi tindakan yang menjadi pilihannya.
Dalam konteks Thomistik, pendidikan
moral adalah proses pembiasaan kepada pembelajar untuk mewujudkan iklim
(membuat suasana) kebaikan (kebajikan). Seperti lingkungan yang berisi model
nilai kebaikan yang dapat ditiru. Lingkungan pendidikan Katolik harus
menyediakan latihan dan kondisi yang kondusif untuk pembentukan watak yang
cenderung kepada kebajikan. Pendidikan Thomistic didasarkan pada premis yang
ditemukan pada filsafat Aristoteles dan Kitab Suci agama katolik. Berdasar pada
anteseden teistiknya, Thomisme menegaskan bahwa pendidikan harus membantu
manusia untuk kebaikan kehidupan ketuhanannya.
Thomas Aquinas mengikuti Realisme
yang menegaskan bahwa pembedaan karakter manusia adalah penalaran dan bahwa
pendidikan harus menyumbang sebuah kehidupan dengan intelektual yang unggul.
Pendidikan yang utuh harus juga memfasilitasi setiap partisipasi aktif pada
kebudayaan dan sejarah yang dimilikinya.Walau pun merekomendasi pendidikan yang
mengutamakan intelektual, Thomisme mengakui bahwa manusia adalah manipulator
lingkungan alam dan pencipta kebudayaan. Sebagai seorang pekerja, manusia juga
ada secara praktis yang memerlukan beberapa persiapan untuk kehidupan
profesional dan pekerjaan. Ilmu filsafat yang tertinggi adalah metafisika.
Pengetahuan itu penting karena hasil dari pengolahan akal manusia (Gutek, 1974:
51- 58).
*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani
Purwastuti, L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar